13. Naughty Girl [13]
AKHIRNYA CHAPTER YANG MEMBUAT KERUSUHAN MINGGU LALU DI IGS AING SELESAI JUGAAAAAAAA 😭😭😭😭😭😭
Happy reading~
📸📸📸
Sehun benar-benar tidak mengira jika sosok yang tergila-gila padanya bisa sampai mengabaikannya seperti ini. Biasanya, Sehun-lah yang bersikap tidak acuh, tapi sekarang keadaan justru terbalik.
Setelah kejadian di taman kemarin, Sehun kembali ke rumah dengan perasaan yang tidak karuan. Bahkan hanya dengan melihatnya saja, Sehun bisa merasakan nada dingin yang Lisa gunakan saat mengirimkan pesan padanya.
Perasaan apa ini? Kenapa Sehun merasa sangat frustrasi ketika dia diabaikan oleh Lisa? Padahal biasanya Sehun-lah yang mengabaikan, tapi situasi berbalik dengan tidak terduga dan membuatnya sangat stres.
Laki-laki itu bahkan tidak berhenti menghisap rokoknya sejak satu jam yang lalu, sebuah pemandangan yang jarang sekali Hyunsuk lihat.
"Hyung, apa kau sedang ada masalah?" Hyunsuk memberanikan diri untuk bertanya. Dia baru saja keluar dari kamar dan hendak pergi ke dapur, tapi melihat sang kakak yang sibuk menghisap rokok.
Sehun menggeleng setelah membuang kepulan asap dari mulutnya.
Hyunsuk meringis. Jawaban yang diberikan padanya berbanding terbalik dengan wajah kacau sang kakak saat ini. Jika Sehun memang tidak ada masalah, maka laki-laki itu tidak akan terjaga sampai pagi dengan lima batang rokok dan dua kaleng bir.
Jelas ada yang sedang mengganggu pikiran Sehun, hingga membuatnya sekacau ini.
"Tidurlah, Hyung. Ini sudah jam tiga pagi dan nanti kau ada jadwal mengajar pagi juga." Hyunsuk mengingatkan dengan ringisan. Sebagai adik, tentu sedikit banyak dia hapal dengan jadwal mengajar kakaknya.
"Kau tidur duluan saja." Sehun membalas dengan suara yang terdengar parau, tanpa memberikan atensi pada adiknya.
Hyunsuk mengembuskan napas kasar dan memutuskan untuk membiarkan kakaknya. Laki-laki itu tidak bisa memaksa Sehun untuk bicara di saat sang kakak tidak ingin.
Sehun mematikan bara rokoknya setelah Hyunsuk kembali ke kamar, kemudian menandaskan birnya. Laki-laki itu harus tidur jika tidak ingin terlihat seperti zombie saat mengajar nanti pagi.
Melirik ke sisi kosong di sebelahnya, Sehun teringat dengan sosok Lisa yang pernah berbaring di sana bersamanya.
Kenapa Sehun merasa sangat kehilangan karena kekosongan di sisinya? Setelah bercerai dengan Jieun, Sehun selalu tidur sendiri dan beberapa bulan setelah perpisahannya laki-laki itu memang merasa kesepian dan itu wajar karena Sehun baru berpisah dengan istrinya, tapi sekarang apa yang membuat Sehun merasa kosong tanpa kehadiran Lisa?
"Sebenarnya apa yang terjadi padaku?" Sehun bergumam menatap langit-langit kamarnya, bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya saat ini. "Kenapa rasanya seperti patah hati?"
Laki-laki itu nyaris menangis saat mengingat bagaimana Lisa selalu menyapanya, bagaimana Lisa selalu tersenyum padanya tidak peduli kehadirannya diinginkan atau tidak, bagaimana gadis itu berjuang menyelesaikan soal matematika hanya agar bisa berkencan dengannya, dan mengingat bagaimana Lisa menatapnya membuat Sehun merasa sangat dicintai. Betapa bodohnya dia karena menyiakan-nyiakan gadis seperti Lisa.
Hei, bisakah gadis itu kembali berjalan ke arahnya lagi? Sehun berjanji tidak akan bersikap kasar. Laki-laki itu akan memperlakukan Lisa dengan sangat baik tanpa memandang dengan rasa iba.
Sehun berjanji dia akan memperbaiki segalanya saat memiliki kesempatan.
📸📸📸
"TAEYONG!"
Pagi-pagi sekali, Lisa sudah membuat satu teriakan yang sangat kencang ketika melihat sosok yang dikenalnya berjalan dari arah depan.
Merasa namanya dipanggil, pemuda itu mengangkat pandangannya dari ponsel dengan senyum yang merekah di bibirnya.
Lisa yang tampak tidak sabaran menunggu laki-laki itu datang padanya segera berlari menghampiri, kemudian memeluknya dengan sangat erat.
Sosok yang dipeluk tertawa dengan sebelah tangan yang mengusap kepala Lisa.
"Kau pasti benar-benar sangat kesepian saat aku tidak ada, 'kan?" Laki-laki itu menyombongkan diri dengan tawa gelinya.
Lisa melepaskan pelukannya dan menggandeng lengan laki-laki yang memiliki nama lengkap Lee Taeyong.
"Tidak benar-benar kesepian karena aku memiliki banyak teman di sini," sahut Lisa tidak mau kalah. "Kau bukan satu-satunya temanku tahu."
"Tapi aku adalah satu-satunya yang memahamimu." Taeyong tersenyum dengan penuh kemenangan, membuat Lisa mengerucutkan bibir karena itu memang benar adanya.
Selain Taeyong, sebenarnya ada sosok lain yang bisa sedikit memahaminya. Namun, Lisa enggan memikirkannya karena hanya akan membuat dadanya sesak.
"Ngomong-ngomong kapan kau kembali dari Singapura?" Lisa bertanya untuk mengalihkan perhatian.
"Baru kemarin pagi," balas Taeyong apa adanya.
"Kondisi ibumu sudah lebih baik?"
"Jauh lebih baik dari kondisi sebelum aku pergi mengunjunginya."
"Kuharap ibumu bisa segera sembuh dan kembali ke sini." Lisa mendoakan dengan tulus.
Taeyong menerima doa itu dengan anggukan penuh rasa terima kasih. "Ah~ aku punya sesuatu untukmu." Taeyong melepaskan tangannya dari Lisa dan merogoh tas untuk mengambil sesuatu, kemudian memberikannya pada si gadis berponi.
Lisa tidak langsung mengambilnya karena tidak tahu kenapa Taeyong memberikannya sebuah kotak berwarna dengan pita merah muda yang terlihat sangat cantik.
"Jika aku mengatakan itu hadiah ulang tahunmu, kau pasti tidak akan menerimanya, 'kan?" tukas Taeyong seolah tahu dengan apa yang Lisa pikirkan saat ini. "Maka anggap saja itu oleh-oleh dariku."
Lisa mengambilnya dengan ragu, tapi senyumnya terlihat di sudut bibir. "Boleh aku buka?"
"Tentu saja."
Meski mengaku tidak menyukai ulang tahunnya, tapi Lisa tetap menyukai hadiah. Gadis itu membuka tutup kontaknya dan bergumam takjub mengeluarkan isinya.
Sebuah kotak musik menjadi hadiah Lisa pagi ini.
Taeyong menekan salah tombolnya dan miniatur yang ada di dalamnya bergerak, diiringi dengan sebuah dentingan yang lembut.
"Saat kau merasa bosan, mainkan saja ini. Setidaknya kau tidak akan merasa terlalu kesepian," kata Taeyong saat Lisa menatap takjub hadiahnya.
Setelah satu instrumen selesai dimainkan, Lisa memasukkan kembali hadiahnya ke dalam kotak dengan anggukan ringan. "Oleh-oleh dari Singapura diterima," katanya saat menatap Taeyong. "Kotak musik ini lumayan untuk membayar kepergianmu selama sebulan ini, tapi kau harus tetap mentraktirku makan, juga membantuku mengerjakan tugas."
"Rasanya aku benar-benar mau mati karena kau tidak ada." Lisa mengeluh dengan penekanan yang dilebih-lebihkan, membuat lawan bicaranya tertawa.
"Itulah kenapa kau seharusnya berkencan saja denganku," sahut Taeyong dengan penuh kesombongan, "Jika kau berkencan denganku, bahkan satu menitmu pun tidak akan pernah terasa bosan. Percaya padaku."
Lisa mendesis dan memainkan poni Taeyong yang ditata agar tidak menutupi kening. "Sayangnya kesan pertama yang kau berikan membuatku sangat membencimu dan fakta itu tidak akan pernah berubah bahkan jika kau menjadi seorang super star," celotehnya panjang lebar, kemudian menepuk pelan pipi Taeyong dan memberikan senyum untuk laki-laki itu. Lalu, meninggalkannya di belakang.
Taeyong memandang punggung Lisa dengan senyum di sudut bibirnya. Entah sudah berapa banyak dia mengajak Lisa berkencan, tapi tidak pernah ada satu pun yang ditanggapi dengan serius.
Sejauh ini, Lisa hanya menganggap Taeyong sebagai teman dekatnya saja. Hati gadis itu masih sepenuhnya milik laki-laki yang ditemuinya di toko buku.
Jika Taeyong mau bersabar satu tahun lagi untuk menunggunya, mungkin Lisa akan belajar membuka hatinya. Namun untuk saat ini, Lisa benar-benar tidak bisa menyukai orang lain.
Selama gadis itu masih menyukai Sehun, maka laki-laki yang ada di sekitarnya hanyalah selembar daun kering baginya.
Meski patah hati, tapi Lisa tidak terlalu menunjukkan kesedihannya. Gadis itu tampak ceria seperti pagi-pagi sebelum bertemu dengan Sehun-karena itulah caranya menyembunyikan kesedihannya dari dunia.
Berbeda dengan Lisa yang tidak memperlihatkan kesedihan, Sehun malah sebaliknya. Laki-laki itu menjadi sulit tersenyum setelah Lisa pergi dari rumahnya, padahal biasanya Sehun cukup ramah pada murid yang menyapa. Namun, beberapa hari belakangan ini dia sering terlihat melamun dan tidak fokus.
Saat ini pun Sehun berjalan dengan kepala tertunduk. Laki-laki itu sedang berusaha mencari cara agar bisa kembali berbicara dengan Lisa.
Sejak hari itu, Lisa selalu menghindari Sehun di sekolah, bahkan gadis itu sudah dua kali membolos di mata pelajarannya. Pesan yang Sehun kirimkan tidak pernah dibalas dan hanya dibaca saja. Begitu pula dengan teleponnya yang tidak pernah dijawab.
Namun setidaknya, Sehun harus bersyukur karena Lisa tidak memblokir nomornya.
Saat jam istirahat, Sehun melangkah keluar dari ruang guru. Laki-laki itu bermaksud pergi ke kantin untuk membeli makan. Entah Sehun sudah bosan hidup atau lupa bagaimana caranya makan, tapi laki-laki itu melewatkan semua jadwal makannya kemarin. Alhasil dia kelaparan sekarang.
Bosan menatap langkahnya di atas lantai, Sehun kembali menatap jalanan di depannya sebelum dia menabrak tiang nantinya. Namun, laki-laki itu dikejutkan dengan sosok Lisa yang berjalan ke arahnya.
Bukan hanya berjalan ke arahnya, tapi gadis itu juga tersenyum dan melambaikan tangan, membuat Sehun menahan langkahnya.
Apa Sehun bermimpi? Apa laki-laki itu berhalusinasi tentang Lisa karena terus memikirkannya belakangan ini? Atau Lisa memang sudah tidak marah lagi padanya.
Sehun berharap kalau opsi ketiga adalah situasi mereka saat ini.
Suasana hati Sehun yang tadi muram, mendadak cerah saat melihat senyum gadis di depannya. Kedua bibirnya sontak ikut tersenyum, dengan tangan yang membalas lambaian tangan Lisa.
Oh, Tuhan! Akhirnya Lisa kembali lagi pada Sehun setelah berhari-hari gadis itu mengabaikannya.
Namun, sesuatu yang tidak terduga terjadi, melenyapkan senyum Sehun, juga kebahagiaan di wajahnya ketika Lisa melewatinya begitu saja.
Ya, tolong dicatat, Lisa melewati Sehun begitu saja.
Rasanya seperti rahang Sehun baru saja jatuh menyentuh lantai. Di antara momen-momen Lisa mengabaikannya, ini adalah yang paling menyakitkan untuk Sehun.
Laki-laki itu berbalik untuk melihat punggung Lisa dan ternyata gadis itu sudah berada di dalam rangkulan Taeyong.
Rupanya tadi Lisa tersenyum dan melambaikan tangan pada Taeyong dan bukannya Sehun.
Kini guru matematika itu mempertanyakan keabsahan wujudnya. Apakah Lisa melihatnya atau tidak?
Sekarang bagaimana cara Sehun memperbaiki situasi ini, jika Lisa saja bersikap seolah tidak melihatnya?
"Para remaja memang sulit dimengerti." Sehun berdecak kesal seraya mengacak rambutnya.
Niatnya untuk pergi ke kantin batal. Laki-laki itu mendadak kenyang karena diabaikan oleh Lisa. Jadi, Sehun memutuskan untuk kembali ke kantor dan mempersiapkan materi untuk kelasnya nanti.
Sehun tidak tahu dia harus senang atau tidak saat ini. Di satu sisi, dia bersyukur karena Lisa tidak bolos lagi di jam pelajarannya, tapi di satu sisi, gadis itu menjaga jarak yang jauh. Biasanya Lisa akan duduk paling depan ketika pelajaran Sehun, tapi sekarang gadis itu tetap duduk di tempatnya, yaitu berada di deretan paling belakang.
Nah, yang paling membuat Sehun kesal adalah bukannya memperhatikan, Lisa justru malah asyik bercanda dengan sosok laki-laki yang sebelumnya tidak pernah Sehun lihat selama dia mengajar.
Kesal dengan tawa Lisa yang terlihat ringan ketika bersama Taeyong, Sehun menegurnya sebagai guru.
"Hei, kau yang di belakang."
Teguran Sehun jelas membuat banyak pasang mata menoleh ke belakang, mencari tahu siapa yang sedang ditegur oleh sang guru.
Taeyong yang merasa duduk di deretan belakang sontak menoleh ke kanan dan ke kiri.
"Kau yang di samping Lalisa." Sehun memperjelas tegurannya.
Taeyong pun terlihat bingung saat menatap Sehun dan tidak mengatakan apa pun saat semua pasang mata tertuju padanya. Dia hanya diam menunggu Sehun melanjutkan katanya.
"Sebelumnya aku tidak pernah melihatmu. Apa kau murid pindahan?"
Taeyong menggeleng dengan senyum kecil. "Tidak, Ssaem. Aku bukan murid pindahan. Saat kau mulai mengajar di sini, aku sedang mengambil cuti panjang. Itulah kenapa kau tidak pernah melihatku sebelumnya."
"Itu artinya ini adalah pertemuan kita?" Sehun bertanya untuk memastikan, yang kemudian dibalas dengan anggukan kecil oleh Taeyong. "Karena ini adalah pertemuan pertama, maka sebaiknya kau memperhatikan materi hari ini, bukannya malah bermain dengan temanmu."
Di akhir kalimat, Sehun melirik Lisa yang ternyata sedang menatapnya, kemudian gadis itu menunduk untuk menghindari tatapannya.
Ditegur keras pada hari pertamanya masuk setelah sekian lama, agaknya membuat Taeyong tersinggung. Meski ini hari pertamanya masuk di kelas Sehun, tapi Taeyong selalu mengerjakan tugasnya secara online. Apa gurunya itu sadar?
"Aku akan memberikanmu tugas tambahan. Jadi, jangan pulang dulu nanti," kata Sehun pada Taeyong.
Taeyong hanya membalas dengan anggukan. Diam-diam melirik Lisa di sebelahnya dan bertanya dengan bisikan, 'apa dia memang segalak ini?' yang kemudian hanya Lisa balas dengan bahu yang terangkat ringan.
"Lalisa, kau juga jangan pulang dulu. Ada beberapa hal yang harus kubicarakan denganmu," kata Sehun saat bel terakhir baru saja berbunyi dan anak-anak mulai membereskan barang-barangnya.
Lisa tidak membalas dengan kata, tidak juga dengan anggukan, membuat Sehun semakin kesal dengan tingkah dingin gadis itu.
Setelah memberikan Taeyong beberapa tugas tambahan, kini waktunya untuk Sehun meluruskan masalahnya dengan Lisa.
"Ada apa, Ssaem?" Lisa bertanya ketika Sehun hanya menatapnya saja.
"Sepanjang aku mengajar, kau sama sekali tidak memperhatikanku." Sehun mengutarakan tanpa basa-basi.
"Karena aku tidak suka matematika. Jadi, tidak ada alasan untuk memperhatikan angka-angka itu, 'kan?" Lisa membalas setengah acuh, memperlihatkan sikap dingin yang tidak pernah ditunjukkan pada Sehun selama ini.
Sehun mengalah dengan argumentasi Lisa dan membenarkan dengan anggukan. "Kalau dilihat-lihat, kau sepertinya cukup dengan Taeyong."
"Bukan cukup, tapi kami berdua sangat dekat," ralat Lisa dengan penuh penekanan. Gadis itu seakan ingin menunjukkan ada orang lain yang peduli padanya.
Sehun yang menyadari sarkasme Lisa membasahi bibirnya dan terpaksa mengulas senyum. "Jadi, alasanmu tidak bolos hari ini adalah karena Taeyong?"
Lisa membenarkan lewat anggukan. Gadis itu sama sekali tidak terlihat stres, seperti Sehun terlihat tertekan belakangan ini.
"Tentang kesepakatan kita wak-"
"Aku sudah melupakannya, Ssaem." Lisa memotong tegas, terlihat seperti tidak ingin mendengarkan apa pun lagi dari Sehun. "Jadi, kau juga harus melupakannya. Anggap saja kesepakatan itu tidak pernah ada."
Sehun tidak lagi terkejut dengan pernyataan Lisa, tapi laki-laki itu terlihat sedih sekarang.
"Tidak apa-apa jika kau tidak ingin berkencan denganku, tapi bisakah kau tetap belajar matematika untuk dirimu sendiri?" Sehun bertanya dalam permintaan lirih.
Lisa menatap dalam diam. Gadis itu tidak suka melihat Sehun memohon, tapi suka dengan perhatian yang diberikan barusan.
Sehun menarik tangan Lisa di atas meja untuk digenggam. "Hei, Lisa, kau tidak benar-benar bodoh seperti yang kau pikirkan," katanya meyakinkan, "Kau mengerti matematika lebih dari yang kau kira selama ini. Kau hanya perlu menemukan niatmu."
Lisa menatap tangan yang sedang membungkusnya, kemudian menarik dengan perlahan dan menatap Sehun. "Tolong jangan memaksaku, Ssaem," pintanya dengan penuh permohonan, "Aku sudah memutuskan untuk melepaskanmu. Jadi, tolong jangan pedulikan aku lagi."
"Kau melepaskan sebelah tanganku, tapi sebelah tanganku masih menggenggammu." Sehun mengatakan dengan sungguh-sungguh. Kali ini dia tidak memperlihatkan rasa iba atau keterpaksaan seperti biasa.
Lisa menunduk dengan mata tertutup. Gadis itu tidak pernah bingung dengan perasaan. Hingga detik ini dia masih sangat menyukai Sehun, tapi tidak ingin disakiti seperti yang sudah-sudah.
"Ssaem, kenapa kau melakukannya?" Lisa bertanya dengan air mata yang baru saja jatuh ketika dia membuka mata dan menatap gurunya. "Kenapa kau bersikap seolah peduli padahal sebenarnya kau hanya kasihan padaku?"
Sehun mengembuskan napas kasar dan keluar dari balik mejanya untuk berdiri di depan gadis itu. "Aku tahu ini sudah sangat terlambat, tapi aku benar-benar memedulikanmu saat ini. Bukan karena aku kasihan, tapi karena aku memang peduli padamu, Lisa~ya."
Lisa menggigit kuat bibirnya. Panggilan 'Lisa~ya' masih menjadi panggilan yang sangat disukainya dan mendengar panggilan itu dari Sehun membuat pertahanan Lisa hancur.
Gadis itu menutup matanya dengan tangan, berharap air matanya tidak akan tumpah. Sehun benar-benar tahu apa saja yang bisa melemahkan pertahanan Lisa dan mengurangi kemarahannya.
Setelah membuat Lisa menangis, Sehun bertanggung jawab dengan memeluk gadis itu dan mengusap punggungnya.
"Kenapa aku tidak bisa membencimu, Ssaem?" Lisa berbisik lirih dan membiarkan tangisannya terdengar di telinga Sehun. "Aku berusaha untuk mengabaikanmu, tapi kenapa rasanya malah lebih menyakitkan dari saat kau mengabaikanku?"
"Aku marah padamu, tapi aku tidak benar-benar bisa membencimu," Lisa mengeluh dengan kedua tangan mencengkeram erat pinggang Sehun. "Itu sangat tidak adil, Ssaem!"
Sehun mengecup pucuk kepala Lisa. Sebuah tindakan yang sangat ingin dia lakukan sejak beberapa hari yang lalu.
"Kalau begitu ... bisakah kita memulai semuanya dari awal?" Sehun bertanya dengan sungguh-sungguh, tubuh sedikit ditarik mundur agar bisa melihat wajah anak muridnya, di mana Lisa terlihat sibuk mengontrol tangisannya. "Aku ingin menjadi tutormu lagi."
📸📸📸
Mari kita sudahi saja penderitaan Oh Ssaem sampai di sini, ya.
Biarkan Soonli kembali ke pelukannya Oh Ssaem. Kan yang penting Oh Ssaem udah sempat dapat karma, udah sempat frustrasi dikit 🤣🤣🤣🤣
Kalau diperpanjang masa galaunya Oh Ssaem, tar malah bablas lagi ini. Niat awal cuma lima chapter aja, ini udah bablas belasan.
Aing pengin chapter lima belas tamat, gaes 🌚
Dan kalau kalian bertanya-tanya kenapa yang muncul malah Taeyong, padahal yang bikin rusuh kemarin adalah Haruto. Jawabannya sederhana, feel sama Taeyong lebih dapat sebagai teman daripada sama Haruto 🤣🤣
Dah, itu aja yang mau aing ocehkan. Sampai ketemu kapan-kapan 😘😘😘
25 Juli 2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro