08. Naughty Girl [8]
BLACKMOON PECAH REKOR UPDATE 2X SEMINGGU 🤣🤣🤣
Yok, yang belum legal tolong skip setting waktunya masih malam. Lucknut sekali kelakuan guru dan anak muridnya itu 🤧🤧🤧🤧
Tolong setelah kalian baca ini bantu aing untuk nyari kewarasannya Oh ssaem, sekalian sama akhlak Lisa. Terus paketin ke rumah aing, biar chapter selanjutnya biar bisa lebih waras lagi merekanya 😭😭😭
📍📍📍
Pintu kamar Sehun dibuka lebar, dengan lampu ponsel Hyunsuk yang menyorotinya. Laki-laki itu menatap sang kakak dalam diam dan memperhatikan dengan lekat.
"Kenapa kau tidak pakai baju, Hyung?" Hyunsuk bertanya ingin tahu saat melihat Sehun duduk di tengah kasur dengan selimut menutupi perut dan sebelah kaki ditekuk tinggi.
Sehun tampak menahan napas dengan wajah memerah. "Aku kepanasan," katanya terbata-bata. Senyumnya mengembang kaku dengan tangan mencengkeram seprai di balik selimut.
"Aku bahkan nyaris mati kedinginan," balas Hyunsuk tidak terima. Jelas-jelas cuaca malam ini sangat dingin, tapi bisa-bisanya Sehun tidur tanpa pakaian.
Sehun tidak menjawab dan hanya mengulas senyum sambil menggigit bibir dalamnya. Laki-laki itu menelan saliva dengan susah payah dan menahan diri untuk mengerang.
"Kenapa tidak menyalakan lampu?" Hyunsuk setengah menggerutu. "Aku tadi nyaris jatuh karena menabrak sofa tahu."
Sungguh, Hyunsuk cerewet sekali malam ini. Bisakah laki-laki itu pergi saja ke kamarnya dan tidur. Rasanya Sehun akan mati sebentar lagi.
"Saat pemadaman listrik aku sudah tidur dan baru saja terbangun." Sehun beralasan dengan wajah kaku yang semakin menegang dan merah. "Pergilah ke kamar dan ganti pakaianmu."
Sehun berharap kalau Hyunsuk tidak akan lagi bicara tentang apa pun dan segera meninggalkan kamarnya.
"Selamat malam, Hyung." Hyunsuk menutup pintu, membuat cahaya ponsel yang menyoroti Sehun hilang seketika.
Erangan Sehun tidak lagi bisa ditahan. Rasanya laki-laki itu akan gila karena menahan diri mati-matian.
Sehun menyibak selimut, di mana kepala Lisa berada tepat di depan pahanya dan sedang melakukan blowjob.
"Kau memang benar-benar gadis nakal." Sehun menggeram, tapi kehangatan yang membungkus kejantanannya tidak bisa Sehun tolak.
Tangannya bahkan menekan kepala Lisa agar bisa memberikannya kepuasan yang lebih banyak lagi.
Sehun benar-benar kehilangan akal sehatnya sekarang dan semua itu karena Lisa!
Bagaimana mungkin dia membiarkan anak muridnya ini melakukan blowjob, bahkan di saat sang adik ada di kamar sebelah.
Sungguh, ada di mana akal sehat Sehun saat ini?!
Tolong sadarkan Sehun dari kegilaannya, sebelum laki-laki itu kehilangan seluruh kontrolnya dan benar-benar bercinta dengan muirdnya sendiri.
"Sudah cukup." Sehun menarik kepala Lisa untuk berhenti bermain-main dengan kejantanannya. Laki-laki itu tidak ingin memuntahkan cairannya di dalam mulut Lisa dan membiarkannya lepas begitu saja mengotori kasurnya.
Didudukannya gadis itu di atas pangkuannya. Napas laki-laki itu memburu dengan jantung yang berdetak ingin pecah.
Lisa sendiri dengan senang hati melingkarkan kedua kakinya pada pinggang Sehun dan menyelipkan tangan di balik rambut laki-laki itu setelah mengusap mulutnya yang basah karena air liur.
"Sudah kukatakan kalau aku bisa melakukan apa yang biasa wanita dewasa lakukan." Lisa berbisik penuh kemenangan, dengan rasa bangga yang terdengar begitu kental di suaranya.
"Kau melakukannya dengan sangat baik." Sehun mengusap kening Lisa. Senyumnya mengembang dengan pipi bersemu merah. Sehun yang dipuaskan, tapi Sehun juga yang merasa sangat malu sekarang.
"Aku bisa melakukan lebih dari ini. Aku bisa—"
Lisa tidak sempat menyelesaikan kata-kata nakalnya karena Sehun sudah membungkamnya dengan bibir. Dipagut bibir yang selalu mengeluarkan kata-kata kotor untuk ritme cepat.
Sehun pikir apa yang mereka lakukan saat ini sudah lebih dari cukup.
Setelah empat tahun bercerai dengan Jieun, ini adalah kali pertama Sehun mendapatkan kepuasan batin yang tidak disangka-sangka.
Lisa bergerak nakal di atas pangkuan Sehun, sementara bibirnya terus beradu dengan bibir sang guru tercinta.
Sehun dengan terpaksa menahan pinggang Lisa agar tidak bergerak. Sepertinya laki-laki itu belum siap untuk benar-benar mengambil harta berharga gadis itu.
"Berhenti bergerak di atas pangkuanku," kata Sehun memperingati. Gesekan pantat Lisa sungguh mengacaukan pikiran Sehun.
"Aku menginginkanmu, Ssaem." Lisa berbisik serak. Tampaknya gadis itu tidak ingin menunggu lebih lama lagi. "Bisakah kita—"
"Tidak sekarang." Sehun memotong cepat dengan suara serak yang sama. Tangannya merengkuh Lisa dari belakang. "Kau belum mendapatkan nilai delapan untuk ujian matematikamu."
"Ah, Ssaem!" Lisa merengek, gerakannya semakin tidak karuan di atas pangkuan Sehun dan tanpa sengaja bergesekan dengan kejantanan sang guru yang menegang. "Itu perjanjian untuk berkencan, bukan untuk bercinta," protesnya tidak senang.
"Jika delapan nilai yang kutetapkan agar kita bisa berkencan, lalu kau pikir berapa nilai yang kutetapkan jika kau ingin bercinta denganku?" Sehun menantang dengan suara yang terdengar rendah, seakan sedang mengendalikan sesuatu yang memberontak di dalam dirinya.
"Ah, Ssaem, bisakah kau berhenti membahas soal nilai?" Lisa merengek lagi. Rasanya muak sekali mendengar angka delapan yang terus disebutkan Sehun. "Rasanya aku ingin muntah sekarang."
Ketegangan Sehun berkurang secara drastis karena rengekan manja dari Lisa. Gadis itu benar-benar sangat ajaib karena mampu mengendalikan suasana hatinya dengan cepat.
Setelah menangis ketakutan, Lisa dengan percaya dirinya menggoda Sehun hingga laki-laki itu kehilangan setengan akalnya, dan sekarang gadis itu merengek manja layaknya anak kecil.
Bagaimana mungkin Lisa bisa mengatur suasana hatinya secepat kedipan mata?
"Tidak bisakah kita melakukannya dulu, kemudian memikirkan tentang nilai, hmm?" Lisa memberikan penawaran nakal dengan mengusap dada Sehun, berharap laki-laki itu akan kehilangan kontrol lagi. "Masih ada banyak waktu yang tersisa untuk membahas nilai."
"Dan masih banyak waktu juga untuk bercinta," balas Sehun tidak mau kalah dan menahan tangan Lisa untuk berhenti menjelajahi dadanya.
Lisa merengek dalam gerakan acak. Kedua tangannya memeluk erat leher Sehun, dengan wajah yang disembunyikan di bahu sang guru. Lalu, bergumam di sela-sela kulit Sehun.
Diam-diam Sehun bersyukur dengan kepulangan adiknya. Berkat Hyunsuk, kewarasan Sehun yang sempat berlarian kini mulai kembali padanya.
Mungkin laki-laki itu akan menyesali perbuatannya saat pagi datang nanti.
"Turunlah, aku harus mengunci pintu." Sehun menepuk pelan punggung Lisa. Laki-laki itu nyaris saja ketahuan sedang melakukan aksi tidak senonoh dengan muridnya oleh sang adik.
Beruntung Hyunsuk mengumumkan kepulanganannya, jika tadi laki-laki itu langsung membuka pintu dan mendapati tubuh telanjangnya dan Lisa, maka Sehun tidak akan pernah melangkahkan kaki keluar dari kamarnya sampai bumi terbelah dua.
"Bawa saja aku," sahut Lisa tanpa ingin berpindah dari pangkuan Sehun.
Sehun mengembuskan napas kasar dan berusaha melepaskan tangan Lisa dari lehernya, tapi gadis itu enggan untuk melepaskan.
Mau tidak mau, Sehun membawa Lisa untuk mengunci pintu dan kembali ke kasur dengan posisi Lisa yang masih tidak ingin melepaskan Sehun.
"Apa kau akan terus memelukku seperti ini sampai pagi?" Sehun mulai terdengar galak lagi. Sulit sekali rasanya untuk bersikap lembut pada Lisa karena tingkah ajaib si gadis.
Lisa mengeratkan pelukannya. "Aku akan terus memelukmu seperti ini sampai kau ingin bercinta denganku."
Sehun mendesah putus asa. Dia sendiri tidak paham kenapa bisa dengan bodohnya terpancing dengan kenakalan Lisa, bahkan nyaris bercinta dengan murid sendiri.
Akal sehat Sehun benar-benar melarikan diri ketika hawa nafsu menguasainya.
Jika Sehun memperlakukan Lisa dengan ketus, maka gadis itu tidak akan pernah melepaskannya. Maka dari itu, Sehun harus bersikap lembut untuk mengontrol Lisa.
"Tidurlah dengan benar. Aku akan membiarkanmu memelukku malam ini," kata Sehun memberikan penawaran.
"Aku tidak ingin memelukmu, aku ingin bercinta denganmu, Ssaem!" Lisa menegaskan sekali lagi tanpa malu dengan perkataan tidak senonohnya.
Sehun mengembuskan napas pelan, menutup mata rapar-rapat dan mengulas senyum dalam kegelapan.
"Adikku ada di kamar sebelah. Jadi, bagaimana mungkin kita bisa bercinta." Sungguh, pipi Sehun rasanya terbakar karena kata-kata menjijikkan barusan, tapi harus mengatakannya untuk meluluhkan hati Lisa. "Dia mungkin akan kembali menerobos kamarku karena mendengar suara-suara aneh."
Tiba-tiba saja Lisa menarik diri dari Sehun dengan semangat menggebu. "Kita bisa melakukannya di kamar mandi. Toh, sedang hujan lebat saat ini. Jadi, dia tidak akan mendengar suara kita, Ssaem."
Mata Sehun melompat keluar karena ocehan tidak senonoh Lisa. Memang benar kalau anak muridnya ini sudah sangat amat gila dan Sehun tidak bisa lagi bersikap lembut!
Langsung saja Sehun menggulingkan Lisa dari atas pangkuannya dan segera berbaring memunggungi gadis itu, kemudian menutup diri dengan selimut.
Persetan dengan tubuh telanjangnya!
Sehun enggan mencari di mana pakaiannya yang ditangglkan Lisa, enggan juga mengambil pakaian baru dari lemari. Jadilah Sehun membiarkan dirinya telanjang di bawah selimut tebalnya.
Lisa segera menyusup ke dalam selimut dan memeluk Sehun dari belakang. "Kenapa kau mudah sekali merajuk seperti anak kecil? Membuatku gemas dan semakin ingin bercinta denganmu tahu." Lisa cekikikan di punggung Sehun dengan jari-jari nakalnya yang mengusap dada Sehun.
Sehun menyerah. Tidak tahu harus menggunakan cara apa lagi untuk mengendalikan kenakalan Lisa. Bersikap kasar atau lembut, tetap saja pikiran gadis itu dipenuhi dengan fantasi liar untuk bercinta.
"Tidurlah. Besok kau harus bangun pagi-pagi untuk mengambil pakaian di rumahmu." Suara Sehun terdengar lelah. Gairah yang tadi sempat menyesatkan kini telah menemukan jalan pulangnya.
Lisa mencium dalam punggung Sehun, sebagai ganti karena tidak bisa melumat bibir laki-laki itu, sekaligus untuk membuat kewarasan Sehun tersesat lagi.
Sial! Sial! Sial! Ciuman beruntunnya membuat Sehun kembali tegang. Sentuhan Lisa seakan memercikan aliran listrik yang membuatnya harus menahan diri sekuat tenaga.
Sehun mendesah tertahan. "Apa kau akan terus menyiksaku seperti ini sampai besok?" keluhnya. Tangan laki-laki itu menahan pergerakan nakal Lisa yang semakin turun ke bawah perutnya.
"Ide yang bagus, Ssaem!" Lisa memekik girang dan merangkak ingin melewati pinggang Sehun, tapi laki-laki itu lebih dulu membalik tubuh, membuat Lisa gagal melakukan aksi nakalnya.
"Lisa~ya, kumohon." Sehun merengek dengan tatapan memohonnya yang tidak Lisa ketahui. "Tidurlah dengan tenang malam ini."
Lisa mengedip lambat, bukan karena Sehun yang terdengar lelah menghadapinya, melainkan—
"Kau ... memanggilku apa barusan?" Lisa terdengar gugup.
Sehun mengerutkan alis. "Lisa~ya?"
"Katakan itu sekali lagi, Ssaem," pinta Lisa.
Sehun bingung, terlebih lagi keadaan gelap saat ini membuatnya tidak bisa melihat ekspresi Lisa. Jadi, mustahil untuk tahu bagaimana ekspresi gadis itu saat ini.
"Lisa~ya." Sehun menuruti permintaan sederhana Lisa, tapi kali ini dengan nada yang dilambatkan.
Setelah Sehun memanggilnya dengan panggilan paling manis yang didengarnya, Lisa tidak memberikan respons apa pun, bahkan setelah sepuluh detik berlalu.
"Kau sudah tidur?" tanya Sehun memastikan.
Namun, tidak ada jawaban yang didapat dan Sehun benar-benar berpikir kalau Lisa tertidur begitu saja dan Sehun bersyukur akan hal ini.
Laki-laki itu baru akan tidur ketika lampu menyala dan mengisi seluruh ruangan dengan cahaya putih.
"Oh, syukurlah," Sehun mendesah lega saat menatap langit-langit kamarnya dan menoleh pada Lisa untuk memastikan apakah gadis itu bangun atau tidak.
Namun, yang Sehun lihat saat ini adalah Lisa yang menatapnya dengan mata berkaca-kaca dan beberapa lelehan air mata.
"Hei, kenapa kau menangis?" Sehun bertanya dengan penuh kebingungan. Pasalnya dia tidak merasa menyakiti perasaan Lisa dengan sikap maupun kata-katanya beberapa saat lalu. "Ada apa?"
Lisa tersenyum samar dan berusaha menghentikan air matanya. "Kau adalah orang pertama yang memanggilku seperti tadi."
"Selama ini tidak pernah ada yang memanggilmu seperti itu?" Sehun terlihat terkejut. Matanya membulat karena tidak percaya.
Lisa menggeleng dalam genangan air mata. Bibirnya berusaha untuk memberikan senyum kecil pada Sehun. "Kau adalah yang pertama, Ssaem." Lisa tertawa kecil di sudut bibirnya. "Aku tidak tahu kalau panggilan seperti itu bisa membuatku merasa sangat dicintai."
Benar-benar ada yang salah dengan Lisa!
Bagaimana mungkin tidak pernah ada yang memanggil Lisa dengan sebutan seumum itu. Apa Lisa sungguh tidak memiliki siapa pun di sampingnya selama ini?
Sehun mulai kehabisan kata. Semakin banyak yang dia tahu tentang kehidupan pribadi Lisa, semakin Sehun dibuat merasa bersalah karena selama ini selalu bersikap ketus pada gadis itu.
Melihat Lisa menangis karena hal yang sangat sepele membuat Sehun membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Laki-laki itu tidak peduli dengan tubuh telanjang mereka, karena baginya menenangkan Lisa adalah hal yang harus dilakukannya saat ini.
"Aku akan memanggilmu seperti itu mulai sekarang," katanya seraya mengusap rambut Lisa.
Lisa mendongak dengan mata berbinar. "Sungguh?"
Sehun mengusap kening Lisa dan mengangguk. "Aku akan memanggilmu sampai kau muak."
"Aku tidak akan pernah muak jika kau yang memanggilku, bahkan sampai seribu tahun ke depan," balas Lalisa menyanggupi.
Sehun hanya merespons dengan senyum kecil. Sungguh, dia benar-benar mengasihani Lisa dan mencoba untuk memberikan sedikit kasih sayang pada gadis itu—meski Sehun sendiri tidak yakin dengan apa yang dirasakannya pada Lisa.
Entah murni rasa kasihan atau ada perasaan lain yang timbul tanpa disadarinya.
"Terima kasih, Ssaem." Lisa membalas pelukan Sehun dengan erat.
"Terima kasih untuk apa?" Sehun pikir dia tidak melakukan apa pun yang mengharuskan Lisa untuk berterima kasih padanya.
"Terima kasih karena sudi untuk memberikan perhatian padaku."
Oh, sial! Sehun tidak tahan melihat wajah sendu Lisa yang penuh rasa syukur atas perhatian yang tidak seberapa ini. Jadilah dia menekan kepala Lisa ke dadanya agar mereka tidak lagi melakukan kontak mata.
"Tidur saja dan jangan pikirkan apa pun," titah Sehun seraya mengusap lembut kepala Lisa. Laki-laki itu sudah cukup merasa iba dan tidak ingin semakin memandang kasihan pada gadis itu.
Sehun mencoba untuk melupakan apa yang terjadi beberapa saat sebelumnya di antara mereka dan hanya memeluk Lisa, tapi memang dasarnya saja Lisa yang memiliki pikiran nakal, hingga dengan mudah membangkitkan gairah Sehun dengan menjilat dada laki-laki itu.
Sehun sontak menjauhkan diri dari Lisa dan menatap tajam gadis itu. "Yak," tegurnya.
Lisa cengengesan dan menarik Sehun agar merapat lagi padanya. "Aku tidak akan melakukannya lagi. Aku janji."
Sehun berdecak kesal dan memeluk Lisa lagi. "Kau tidak boleh menginap di sini jika melakukan hal itu lagi," ancamnya.
"Aku akan melakukannya dengan izimu."
"Dan aku tidak akan pernah mengizinkanmu."
"Maka kau yang akan memohon padaku nanti."
"Cih, percaya diri sekali," decih Sehun, seakan tidak suka dengan apa yang Lisa katakan, tapi anehnya pelukan pada gadis itu mengerat guna mencari kehangatan yang lebih banyak lagi.
Lisa hanya tertawa geli tanpa membalas penuturan sang guru. Tampaknya Lisa sudah sangat puas berbicara dengan Sehun, hingga kantuk mulai datang padanya.
Sehun menatap ke luar jendela melewati bahu Lisa. Sepertinya hujan sudah mulai reda, petir dan angin juga sudah tidak terdengar lagi dan tubuhnya terasa lebih hangat karena selimut tebal yang menyelimuti, juga karena pelukan Lisa.
Sehun sadar kalau dia nyaris saja tenggelam dalam lumpur mengerikan bernama dosa, tapi laki-laki itu berencana untuk menanggungnya di akhirat nanti. Untuk saat ini, biarlah Sehun tidur dalam pelukan dosanya.
📍📍📍
Sehun bangun lebih awal pagi ini dan beberapa menit waktunya dihabiskan untuk menatap Lisa yang masih tertidur pulas dengan tubuh telanjangnya, sementara Sehun sudah berpakaian lengkap setelah mandi.
Laki-laki itu membenarkan posisi selimut Lisa untuk menutupi tubuh polos gadis itu. Sehun tidak ingin berkubang dalam lumpur dosa di saat matahari bahkan belum terbit.
Sehun mendapati mata Lisa bergetar kecil. Tampaknya gadis itu berusaha untuk mencari kesadarannya dan Sehun memperhatikan tanpa melewatkan satu detik pun.
Apa yang terjadi pada Sehun? Kenapa dia tersenyum saat melihat Lisa yang mulai meregangkan tubuh dengan mata tertutup?
Sehun merasa senang saat bisa menyaksikan seperti apa Lisa saat membuka mata di pagi hari. Hal yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan oleh Sehun selama ini.
"Hai, Ssaem," Lisa menyapa dengan senyum di sudut bibir. Matanya berkedip lambat. "Senang melihatmu sepagi ini."
Sehun hanya membalas dengan senyum kecil. "Apa tidurmu nyenyak?"
Lisa mengangguk. "Karena kau memelukku, sudah pasti aku tidur dengan nyenyak semalam."
"Mandilah. Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu." Sehun yang tadinya berbaring kini mengubah posisinya menjadi setengah duduk, tanpa melepaskan pandangannya pada Lisa.
Melihat wajah segar Sehun membuat Lisa mendengus sebal. "Kau pasti sudah mandi, 'kan? Kenapa tidak menungguku atau membangunkanku?" rengeknya seraya menendang selimut, hingga dada polosnya terekspos bebas. "Kita 'kan bisa mandi bersama."
Buru-buru Sehun menutupi tubuh Lisa agar tidak membangkitkan gairahnya pagi ini. "Mandi dan cuci pikiranmu sampai bersih agar semua fantasi liar tentang seks bisa hilang dari dalam kepalamu," gerutunya jengkel.
Sungguh, melihat dada polos Lisa yang memiliki beberapa bercak merah membuat jantung Sehun berdebar tidak karuan. Semalam Sehun tidak melihat kemolekan tubuh Lisa dengan jelas, jadi pipinya tidak terasa panas sama sekali.
Berbeda dengan yang dilihatnya beberapa detik lalu, di mana pipi Sehun langsung terlihat memerah saat mendapati betapa sintalnya tubuh sang murid nakal yang satu ini.
Lisa menarik punggung agar bisa menatap Sehun, di mana tangan laki-laki itu masih menahan selimut tepat di bawah lehernya untuk menutupi kemolekan tubuhnya. "Kau merona, Ssaem," katanya menahan tawa.
Sehun mengalihkan pandangan, tapi tetap menahan selimutnya untuk menutupi tubuh Lisa. "Cepat mandi, setelah itu kita akan mengambil pakaianmu," titahnya.
Melihat Sehun memerah karena melihat tubuh telanjangnya membuat Lisa bersemangat tanpa alasan. Gadis itu menarik wajah Sehun agar menatapnya dan langsung memagut bibir sang guru tanpa pemberitahuan apa pun.
Sehun terkejut dengan serangan Lisa. Ini masih terlalu pagi, tapi bisa-bisanya gadis itu membangkitkan kembali gairah yang sudah susah payah Sehun padamkan.
"Kau lucu saat sedang merona, Ssaem," kata Lisa setelah menarik bibir dari Sehun, kemudian mencium sekali lagi, sebelum akhirnya melompat turun dari kasur dengan tubuh telanjangnya menuju kamar mandi.
Sehun masih membeku setelah beberapa detik kepergian Lisa. Tangannya bahkan masih memegang selimut seolah Lisa masih ada di depannya dan perlu untuk dilindungi tubuhnya dari Sehun.
Laki-laki itu hanya bisa tertawa kering atas respons bodohnya tadi. Kenapa Sehun bisa sampai terpaku hanya karena sebuah ciuman, terlebih lagi ciuman dari seorang gadis berusia delapan belas tahun?
"Wah~ aku pasti sudah gila." Sehun mendesah dan menjatuhkan selimutnya. Pandangan laki-laki itu tampak kosong sesaat. "Bagaimana mungkin gadis sepertinya memengaruhiku sampai seperti ini?" Sehun menggeleng tidak percaya.
Lisa benar-benar memiliki sihir ajaib yang mampu meluluhkan dinding es di hati Sehun hanya dalam semalam.
Ini sungguh tidak masuk akal!
Di mana Sehun harus memungut kewarasannya ini? Laki-laki itu tidak ingin berkubang dalam lumpur dosa selamanya, terlebih lagi bersama Lisa yang notabenenya adalah muridnya sendiri.
Tolong sadarkan Sehun sebelum laki-laki itu tersesat dalam gairahnya!
📍📍📍
Sehun dan Lisa pergi sebelum Hyunsuk bangun. Keduanya mengendap saat keluar kamar, seperti maling yang hendak melarikan diri.
Laki-laki itu hanya tidak ingin bertemu adiknya saat sedang bersama Lisa, karena takut kalau adiknya akan bertanya yang macam-macam mengenai keberadaan Lisa semalam.
Jadilah mereka keluar secara diam-diam.
"Ssaem, kau benar-benar mengizinkanku untuk tinggal di rumahmu, 'kan?" tanya Lisa was-was. Tatapannya terlihat penuh selidik. "Bukan ingin mengantarku pulang dan meninggalkanku saat aku mengemas pakaian, 'kan?"
Sungguh, Lisa masih tidak percaya kalau Sehun mengizinkannya untuk menetap di rumahnya selama beberapa hari, membuat gadis itu was-was karena takut dibohongi.
"Apa aku terlihat seperti pembohong di matamu?" Sehun menoleh sekilas.
"Bukan begitu, Ssaem," bantah Lisa lemah, "Kau berubah menjadi sangat baik dan itu membuatku takut."
Sehun mengembuskan napas kasar dan terpaksa menepikan mobilnya sebentar. "Kau sedih saat aku bersikap dingin padamu, tapi kau curiga saat aku bersikap baik padamu. Jadi, kau ingin aku bersikap seperti apa?" Sehun tidak menekankan kemarahannya sama sekali. Laki-laki itu murni ingin bertanya.
Lisa diam dan menatap jauh ke dalam mata Sehun. "Aku ingin tidak kau baik padaku hanya karena kasihan, Ssaem," lirihnya dengan gelengan kecil. "Karena itu lebih menyakitkan daripada melihatmu bersikap dingin padaku."
Oh, sial! Bagaimana Sehun harus menjawab pernyataan Lisa. Pelukan kasih sayang yang diberikannya semalam memang karena rasa kasihan, tapi jika Sehun mengatakannya dengan jujur, Lisa pasti akan sedih dan Sehun tidak ingin melihat gadis itu menangis lagi.
Sehun menjilat bibir dan membuang pandangannya dari Lisa beberapa saat. "Aku tidak tahu," katanya nyaris seperti bisikan, "Aku tidak tahu apakah sikap baikku ini karena aku kasihan padamu atau karena aku peduli padamu." Sehun menggeleng, kali ini dengan menatap Lisa sepenuhnya. "Aku tidak bisa membedakannya."
Lisa tersenyum miris. Yah, hidupnya memang cukup menyedihkan hingga orang-orang harus bersimpati padanya, tapi Lisa tidak ingin belas kasihan dari sosok yang disukainya.
"Tidak masalah jika kau ingin mengasihaniku, tapi tolong lakukan itu di belakangku dan jangan biarkan aku tahu kalau kau sedang mengasihaniku." Lisa meminta dengan penuh permohonan. "Lakukan itu untukku agar aku tidak terlihat sangat menyedihkan," katanya dengan senyum tipis akhir kalimat.
Sehun mengangguk seraya mengusap lembut kepala Lisa, kemudian mencium kening gadis itu tanpa sadar dengan apa yang dilakukannya barusan.
"Maaf." Sehun menarik bibirnya dari kening Lisa dengan menutup rapat mulutnya.
"Kau tidak perlu meminta maaf, Ssaem," kata Lisa dengan senyum kecil. "Kau bebas menyentuhku."
Sehun diam tidak membalas dan kembali melanjutkan perjalanan.
Laki-laki itu sibuk menenangkan jantungnya yang sedang berdetak dengan tidak normal. Entah apa yang membuatnya gugup, tapi Sehun merasa seperti terpacu oleh sesuatu.
Sehun bahkan tidak tahu sejak kapan kata yang keluar dari mulut Lisa bisa membuatnya gugup. Selama ini Sehun selalu berhasil menangani kenakalan lisan Lisa dengan santai, tapi setelah mendengar banyak cerita gadis itu, sulit sekali bagi Sehun untuk bersikap dingin seperti dulu.
Sehun seperti tidak ingin menyakiti Lisa, lebih dari yang sudah dilakukannya selama ini. Bahkan laki-laki itu terpikir untuk menebus sikap kasarnya pada Lisa dan bersikap baik pada gadis itu adalah satu-satunya bentuk permintaan maaf yang bisa dilakukannya saat ini.
"Ayo, masuk, Ssaem." Lisa menarik tangan Sehun untuk masuk ke rumahnya.
Sebenarnya, Sehun ingin menolak dan bermaksud untuk menunggu di luar saja, tapi Lisa menarik paksa Sehun agar ikut dengannya.
"Kau ingin minum, Ssaem," tawar Lisa.
Sehun menggeleng. "Kemasi saja pakaianmu dan setelah itu kita akan mencari sarapan."
Lisa mengangguk cepat dan segera melangkahkan kaki meninggalkan sang guru tercinta, tapi tiba-tiba saja gadis itu berteriak histeris.
"OPPA!"
Rasanya seperti jantung Sehun baru saja melompat keluar dari dadanya saat mendengar teriakan Lisa. Langsung saja Sehun menoleh untuk mencari tahu alasan di balik teriakan si gadis berponi dan mendapati Lisa yang sedang berada dalam pelukan seorang laki-laki muda.
Tidak hanya memeluk, Lisa juga melingkarkan kedua kaki di pinggang laki-laki tampan yang tidak Sehun ketahui siapa. Namun, dilihat dari cara Lisa menyambutnya, mereka berdua pasti sangat dekat.
"Kapan kau kembali? Kenapa tidak meneleponku?" Lisa merengek dalam pelukan si laki-laki berjaket boomber merah itu. "Aku merindukanmu tahu."
Laki-laki itu mengusap kepala Lisa dengan sebelah tangan yang memeluk erat pinggang gadis itu. "Aku juga merindukanmu, Gadis Nakal," katanya dengan senyum gemas.
Oke, cukup sudah Sehun melihat Lisa mengutarakan kerinduannya pada laki-laki lain. Guru matematika yang terkenal galak dan pelit nilai itu tidak berniat untuk melihat bagaimana Lisa bermesraan dengan laki-laki yang jauh lebih muda darinya.
Jadi, Sehun putuskan untuk keluar dari rumah Lisa dan menenangkan diri di teras. Laki-laki itu tidak tahu apa yang terjadi perasaannya, tapi melihat Lisa berpelukan dan merengek manja pada laki-laki selain dirinya membuat Sehun kesal bukan main.
Rasanya seperti Sehun sedang cemburu saat ini.
Sehun menggeleng kuat, menepis pikiran barusan yang sama sekali tidak masuk akal.
Tidak mungkin Sehun cemburu karena Lisa bersama laki-laki lain. Dia tidak memiliki perasaan apa pun pada gadis itu. Jadi, sangat tidak masuk akal kalau Sehun cemburu.
"Tapi kenapa hatiku terasa panas sekali?" Sehun bergumam seraya menyentuh dada sebelah kirinya. "Apa aku cemburu karena menyukainya?"
📍📍📍
CIEEE, HAN SEO-JUN DEBUT 💃💃💃💃💃
CIEEE, OH SSAEM CEMBURU 🤣🤣🤣🤣🤣
Sungguh absurd dan tidak terstruktur sekali para cameo yang meramaikan lapak blackmoon ini. Laki ganteng mana aja masuk di sini semua 🤣🤣🤣
Coba tebak, mas kolor maung di sini ada hubungan apa sama Soonli? 🌚🌚🌚🌚
Ingat, ya, gaes, kalau udah nemuin kewarasan dan akhlak Oh ssaem dan Soonli tolong segera paketkan ke aing.
9 Januari 2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro