01. Naughty Girl [1]
YOKSIIIIIII, SELAMAT DATANG DI LAPAK BLACKMOON YANG ENTAH ISINYA BAKALAN ADA APA AJA 🌚🌚🌚🌚
pokoknya mah aing buang ide yang ada di kepala aja 🤣🤣🤣🤣
Happy reading~
🎌🎌🎌
Lalisa.
Satu sekolah mengenal nama itu dengan baik. Seorang pelajar tingkat akhir dengan track record kenakalan yang tidak main-main. Di hari pertamanya, gadis itu sudah membuat Kim Yeol-seorang pelajar tingkat akhir yang populer pada masanya-berjalan keluar dari kantin dengan wajah merah padam.
Bagaimana tidak malu, jika gadis itu mempermalukannya dengan mengutarakan cinta di depan puluhan penghuni kantin. Lalu, saat Kim Yeol sudah menerimanya dengan sedikit keangkuhan yang mengejek, Lisa-sapaan akrab Lalisa-justru malah mengatakan kalau pernyataan cinta yang tadi hanyalah sebuah lelucon.
Tidak berhenti sampai di sana, setidaknya 80% populasi laki-laki di SMA Kirin sudah pernah dia ajak jalan-ah, lebih tepatnya dialah yang mendapatkan ajakan untuk jalan bersama.
Lalu, nilai dan kelakuan sehari-harinya sama sekali tidak bisa dibanggakan. Dalam sebulan Lisa bisa bolos sampai tujuh kali dan dalam sebulan juga gadis itu paling sedikit akan memasuki ruang BP sebanyak dua kali. Padahal gadis itu sudah berada di tahun terakhir.
Namun, ada yang berubah dalam sebulan terakhir ini. Lisa yang awalnya sering kali melarikan diri ketika pelajaran matematika, sekarang malah sangat bersemangat untuk mata pelajaran yang satu itu, bahkan gadis itu mengambil duduk paling dekat dengan meja guru, alih-alih duduk paling belakang di pojok dinding seperti biasa.
Dan itu semua karena guru baru yang menggantikan posisi guru matematika untuk kelas Lisa yang sedang cuti hamil.
Parasnya yang tampan bak aktor dalam drama membuat Lisa enggan untuk membolos dan rela menatap angka-angka di depan yang membuat kepalanya pusing.
"Baiklah. Pelajaran hari ini cukup sampai di sini. Kumpulkan tugas kalian sebelum pulang." Sehun memberikan titahnya pada tiga puluh anak muridnya.
Satu per satu anak mulai mengumpulkan tugas seperti yang diperintahkan, tapi ada satu yang bergeming di tempat duduknya dan hanya menatap dengan kagum.
Lalisa.
Gadis itu seakan tuli dengan perintah yang diberikan. Fokusnya tumpah pada Sehun yang tampak sangat menawan di balik kemeja putih dan kacamatanya.
"Hanya dua puluh sembilan." Sehun baru saja selesai menghitung buku-buku PR yang dikumpulkan di mejanya dan merasa kehilangan satu buku. "Siapa yang tidak mengumpulkan tugas hari ini?" Suaranya terdengar begitu lantang dengan tatapan yang menjelajahi satu per satu anak muridnya.
Entah Lisa meninggalkan pikirannya di atas kasur atau dia sengaja memancing perhatian Sehun dengan mengangkat tangan tinggi-tinggi dan penuh dengan antusias.
"Aku, Oh Ssaem. Aku tidak mengerjakan tugas."
Meski terlihat tampan dan terbilang masih muda, tapi sikap Sehun sebagai guru cukup tegas dan dingin. Dia tidak segan untuk menghukum anak muridnya yang lalai dalam kelasnya.
Sehun mengembuskan napas kasar. Tatapannya terlihat jengkel karena lagi-lagi Lisa yang menjadi sumber masalahnya.
"Yang lain boleh pulang, kecuali yang tidak mengumpulkan tugasnya," titah Sehun.
Satu per satu siswa mulai berhambur keluar dari kelas dan hanya menyisakan satu murid nakalnya dan sang guru tampan.
"Ini sudah kali kedua kau tidak mengerjakan tugas dariku." Sehun menatap sengit dari tempat duduknya yang hanya berjarak satu meter dari meja Lisa saat ini. "Aku tidak akan segan untuk memberikan nilai nol padamu dalam ujian nanti."
"Aku tidak mengerjakannya karena aku tidak mengerti, Ssaem," sahut Lisa dengan polos tanpa dosanya. "Kau ingin mengajariku?" tawarnya dengan senyum jahil yang menggoda.
"Aku sudah mengajarimu!" balas Sehun keras.
Tatapannya tampak tajam, tapi tidak membuat Lisa menciut. Justru gadis itu malah semakin gencar mencari perhatian.
"Tapi aku tidak bisa konsentrasi karena ada terlalu banyak orang di sini, Ssaem," keluhnya dengan bibir mengerucut.
"Kau bisa konsentrasi atau tidak, itu urusanmu, bukan urusanku," bantah Sehun tidak mau kalah. Tatapannya terlihat semakin sengit. "Tugasku adalah mengajarimu di sekolah dan di dalam kelas. Selebihnya gunakan otakmu sendiri."
Lisan guru muda itu sangatlah kejam untuk ukuran laki-laki tampan. Harusnya dia bersikap lembut dan mengayomi, bukan malah bersikap keras dan tidak acuh seperti ini.
"Kalau begitu ajarkan aku sekarang saja. Toh, sudah tidak ada siapa pun lagi sini," usul Lisa dengan antusias. Wajahnya tampak berseri-seri. "Aku pasti akan mengerti dengan mudah jika kau mengajariku sekarang."
"Kau pikir aku dibayar hanya untuk mengajarimu?" tantang Sehun, "Kau pikir aku tidak punya pekerjaan setelah ini?"
Sehun benar-benar tidak menunjukkan kepeduliannya pada Lisa, tapi gadis berponi dengan rambut di atas bahu dan jepitan mungilnya itu tidak kehabisan akal. Dia kembali membuka suara dengan sebuah penawaran.
"Kalau begitu jadilah tutorku," tawarnya ringan, "Kau mengajariku matematika dan aku akan membayarmu. Bagaimana, Ssaem? Bukan ini disebut dengan win-win solutions?"
Sehun menggeleng tidak habis pikir. Gadis dihadapannya ini tampak tidak waras dengan segala keras kepalanya.
"Kerjakan tugas yang kuberikan sebelumnya dalam satu jam. Jika kau tidak bisa menyelesaikannya, jangan harap kau bisa masuk ke kelasku lusa nanti." Sehun mengancam dengan tajam.
Lisa mendengus dengan bibir mengerucut. "Kau benar-benar kejam, Ssaem," keluhnya.
"Kerjakan tugasmu!" titah Sehun.
Lisa tidak punya pilihan selain mengerjakan tugasnya yang memang sengaja dia abaikan. Namun, selama dia bisa bersama dengan Sehun, Lisa akan melakukan apa saja.
"Ssaem, apa kau memiliki kekasih?" Lisa bertanya di sela kegiatan menghitung angka.
"Aku sudah menikah," sahut Sehun asal-asalan. Dia tampak enggan meladeni pertanyaan anak muridnya.
Tawa Lisa pecah mendengar jawaban Sehun. "Saaem, jika kau ingin berbohong, setidaknya pakailah cincinmu agar aku percaya," sahutnya geli. Tatapannya terlihat mengejek.
Sehun mengumpat dalam hati. Anak muridnya yang satu ini memang sulit sekali untuk kelabui.
"Diam dan kerjakan tugasmu," titahnya dengan geraman rendah.
Lisa menelan tawanya dan kembali dengan tugasnya. Gadis itu pikir cuaca hari ini agak panas, tapi faktanya langit di luar sana terlihat mendung. Tanpa memedulikan apa pun, Lisa membuka satu kancing teratasnya dan dua kancing terbawah. Kemudian mengikatnya jadi satu di ujung seragamnya.
Lisa tidak bermaksud menggoda guru tampannya ini. Dia benar-benar merasa sangat gerah sekarang, tapi kalau gurunya itu tergoda, ya itu bukan salah Lisa sepenuhnya.
"Ssaem, aku tidak bisa! Aku menyerah mengerjakannya." Lisa melemparkan asal penanya di meja dan melemparkan punggung ke sandaran kursi dan melemparkan tatapan jahil pada Sehun. "Lebih baik hukum aku menatapmu saja selama tiga jam, daripada harus mengerjakan tugas ini."
Sehun yang sejak tadi sibuk dengan ponsel terkejut ketika mengangkat pandangan. Gadis di depannya ini memang sudah hilang akal.
"Yak, rapikan pakaianmu! Kau pikir kau ada di mana sekarang?" Sehun memekik dengan tidak habis pikir. Bagaimana mungkin Lisa membuat pakaiannya menjadi sangat tidak senonoh di lingkungan sekolah.
Lisa berdecak dan merapikan pakaiannya seperti yang pinta. Bibirnya mengerucut sebal dan menatap malas dari tempat duduknya.
"Ssaem, aku tidak paham dengan angka-angka ini. Setidaknya kau harus menjelaskannya sekali lagi padaku," rengek Lisa seraya menjejakkan kesal kakinya di bawah meja.
Sehun balas berdecak kesal. "Setelah pulang dari sekolah, minta pada orang tuamu untuk mencarikan tutor. Aku tidak ingin ada murid bodoh di kelasku," geramnya dengan jengkel.
"Maka jadilah tutorku, Ssaem," sahut Lisa antusias. Tubuhnya condong ke depan, mencoba untuk mengikis jarak yang masih cukup jauh dengan Sehun. "Aku akan memperhatikanmu dengan sungguh-sungguh, jika kau yang menjadi tutorku."
Sehun menggeleng lelah. Dia benar-benar lelah menghadapi sikap anak murid nakalnya yang satu ini, bahkan satu bulan baru berlalu, tapi Sehun sudah kewalahan.
"Waktumu tinggal lima menit lagi," desis Sehun tanpa ingin meladeni ocehan Lisa.
Lisa semakin mencebik, tapi alih mengerjakan tugas yang berikan, gadis itu malah asyik mencoret abstrak bukunya sambil menunggu waktu yang Sehun berikan habis. Lisa jelas tidak ingin mengurai semua angka itu.
"Kumpulkan tugasmu," titah Sehun saat waktu yang diberikannya sudah habis.
Lisa mendengus dan menutup bukunya dengan enggan, lalu mengumpulkannya seperti yang diperintahkan. Tangannya bertumpu di atas buku dengan tubuh yang condongkan pada sang guru tampan.
"Ssaem, aku selalu mendapatkan laki-laki mana saja yang kuinginkan dan aku pasti akan mendapatkanmu suatu saat nanti." Lisa berbicara hampir setara dengan bisikan. Bibirnya merekahkan senyum kecil.
Sehun balas menantang Lisa dengan menopangkan dagunya. "Catch me if you can," katanya dengan seringai yang meremehkan.
Senyum Lisa semakin tersenyum lebar. "Kau salah karena menantangku, Ssaem," katanya dengan gelengan geli. "Kau benar-benar akan kesulitan menghadapiku."
Sehun mendecih sinis. Memangnya apa yang bisa gadis di depannya ini lakukan? Bahkan jika Lisa menghampirinya tanpa pakaian, Sehun tidak akan menggubrisnya.
"Pulanglah. Kau mungkin perlu banyak waktu berpikir untuk mencari perhatianku," ejek Sehun seraya mengambil buku yang Lisa jadikan tumpuan.
Lisa mengangkat bahu tidak acuh. Dia senang karena Sehun menantang lebih dulu. Gadis itu jadi semakin bersemangat untuk mendapatkan gurunya yang satu ini.
Jarak keduanya tidak terlau jauh dan Lisa sudah mempertimbangkannya sejak awal. Bibirnya menyambar Sehun dengan kilat.
"Sampai jumpa, Ssaem," pamitnya dengan lambaian tangan. Senyum kemenangan tercetak penuh di wajahnya. Lalu, meninggalkan kedipan nakal untuk Sehun sebelum keluar dari kelas.
Sehun terkejut dengan tindakan Lisa. Gadis itu memang luar biasa gila dan tidak taat aturan. Berani-beraninya anak muridnya itu mencium tanpa izin seperti ini.
"Akan kupastikan kalau nilai ujianmu nanti adalah nol," geramnya saat Lisa sudah hilang dari pandangan.
🎌🎌🎌
Sehun menggeleng tidak habis. Laki-laki itu sedang memeriksa tugas-tugas anak muridnya yang sengaja dibawa pulang ke rumah, karena tidak ada lagi waktu untuk memeriksanya di sekolah dan itu semua karena Lisa!
Alih-alih mengerjakan soal-soalnya, Lisa justru malah mengasah kemampuan menggambar abstraknya di atas kertas.
Oh Ssaem, hari ini kau belum menjadi milikku, tapi kau pasti akan menjadi milikku. PASTI!
Namun, bukan hanya meninggalkan tulisan, tapi Lisa juga meninggalkan nomor ponselnya dan membubuhkan sejumlah kalimat di bawah.
Hubungi aku jika kau ingin menjadi milikku, Ssaem.
"Gadis itu benar-benar tidak waras," ringisnya dengan ekspresi yang memandang ngeri.
Lalu, dengan jengkel membuat lingkaran yang sangat besar dengan tinta warna merah.
Lisa jelas tidak mendapatkan nilai dari Sehun atas tugasnya hari ini.
Dosa apa yang Sehun lakukan di masa lalu, hingga Tuhan memberikannya satu murid super tidak waras seperti Lisa untuk dia bimbing? Jika boleh memilih, Sehun lebih suka jika yang memiliki sepuluh murid yang suka tawuran, daripada satu murid yang seperti Lisa.
Berbeda dengan Sehun yang sedang meratapi nasib sialnya, Lisa sibuk menggulung diri di kasur sambil terus memeriksa ponselnya, kalau-kalau ada pesan masuk. Namun, dua jam sudah berlalu sejak Lisa menatap ponselnya, tapi tidak ada notif yang inginkankanya.
Jelas gadis itu sedang menunggu pesan dari Sehun.
Lisa berdecak dan mengangkat punggung dari kasur. "Apa Sehun Ssaem tidak melihat nomor yang aku tinggalkan? Apa kau menulisnya terlalu kecil?" gumamnya penuh tanda tanya.
Lisa mencoba untuk mengingat kembali tulisannya tadi siang. Gadis itu pikir dia menulisnya dengan cukup jelas. Tidak mungkin deretan angka yang dia tuliskan tidak Sehun lihat, sementara gadis itu membuat kotak yang memisahkan antara coretan abstrak dan nomornya.
"Besok-besok aku akan menempelkan nomor ponselku di keningnya!"
🎌🎌🎌
Pelajaran matematika pada jam terakhir benar-benar bagaikan sebuah ujian. Para murid ditantang untuk tidak terlelap di siang hari yang hangat ini, terlebih lagi mereka dipaksa untuk mengerjakan deretan angka dalam hening.
Yup~ mereka sedang ujian untuk menguji kompetensi para siswa/i. Dari tiga puluh orang, ada satu yang terlihat begitu santai dan tenang di kursinya.
Ya, siapa lagi kalau bukan Lisa. Gadis itu sama sekali tidak peduli dengan ujiannya dan hanya menganggap kertas soal itu hanyalah mainan, parahnya lagi Lisa membuat kertas soalnya menjadi pesawat kertas yang siap diterbangkan.
Namun, belum sempat Lisa menentukan ke mana pesawat kertas itu diterbangkan, mainannya sudah lebih dulu dirampas.
"Keluar dari kelasku jika kau tidak ingin mengikuti ujian hari ini." Sehun menggeram tertahan.
Lisa memperlihatkan deretan gigi rapinya dan menarik kembali pesawat kertasnya, kemudian membongkar hasil karyanya dan mulai mengerjakan soal dengan terpaksa. Lisa lebih suka berada di dalam kelas dan berkutat dengan angka, juga kertas kusutnya, ketimbang diusir keluar dan tidak bisa melihat paras tampan laki-laki idamannya.
"Waktu kalian tinggal dua puluh menit lagi!" tegas Sehun seraya mengedarkan pandangan hanya untuk mendapati desahan frustrasi dari anak didiknya.
"Pastikan nilai kalian tidak di bawah nilai yang sudah kutetapkan atau kalian akan mendapatkan tugas matematika tambahan selama satu bulan penuh."
Ancaman Sehun terdengar sangat mengerikan, membuat desahan frustrasi semakin meningkat tajam, tapi tidak dengan Lisa. Gadis itu tampak santai mengerjakan soal yang sama sekali tidak dipahaminya. Dia hanya asal mencoretkan angka di kertas jawabannya.
Satu setengah jam yang Sehun berikan sudah habis. Laki-laki itu meminta agar kertas jawaban ditinggalkan di atas meja dan mempersilakan anak muridnya untuk pulang. Satu per satu dari penghuni kelas Lisa sudah mulai beranjak dari tempat duduk, tapi Lisa diam ditempat dan menunggu Sehun datang padanya.
Lisa menahan tangan Sehun yang menarik lembar jawabannya. "Kenapa tidak pernah menghubungiku?" tanyanya dengan setengah rengekan. Bibirnya mengerucut tidak suka. "Aku menunggumu selama dua malam, Ssaem."
"Karena aku tidak ingin menjadi milikmu. Itulah sebabnya aku tidak menghubungimu," balas Sehun dengan tatapan sinis yang meremehkan.
"Tapi kau pasti akan menjadi milikku, Ssaem. Pasti." Lisa menumpahkan semua keyakinannya sambil menatap dan menggenggam erat tangan Sehun.
"Pulang, cuci kaki, tidur dan bermimpilah!" Sehun mendesis tajam seraya menarik tangan dari genggaman Lisa, sekaligus menarik lembar jawaban gadis itu.
"Apa yang aku dapatkan jika kau ada di dalam mimpiku, Ssaem?" tanya Lisa ingin tahu. Tatapannya terlihat jahil dan ingin menggoda.
Sehun mengembuskan napas kasar. Dia pikir Lisa sudah sangat mengganggunya dalam sebulan terakhir ini. Laki-laki itu melemparkan tatapan jengkelnya dan berharap gadis di depannya ini akan takut dan segan padanya.
"Bisakah kau berhenti menggangguku?" tanyanya dengan nada keras yang menuntut. "Aku tidak tertarik dengan gadis kecil sepertimu!"
Lisa menantang Sehun dengan berdiri tepat di depan laki-laki itu. Sebelah tangannya dikalungkan pada leher lawan bicaranya. "Maka biarkan gadis kecil ini menarik perhatianmu, Ssaem," katanya dengan senyum jahil. "Dan kita lihat, kau akan tertarik padaku atau tidak."
Sehun sama sekali tidak berdebar dengan tindakan Lisa. Dia justru malah menatap remeh dan mengikis jarak, membuat pinggang Lisa terantuk meja di belakang. Tubuhnya menghimpit tubuh gadis di depannya dan Lisa menggunakan kesempatan ini untuk mengalungkan sebelah tangannya lagi.
Melihat tingkah Lisa yang luar biasa berani membuat Sehun ikut mengambil langkah. Dengan penuh kesadaran dia mengangkat tubuh Lisa untuk duduk di atas meja tanpa memutuskan pandangan.
Lisa jelas senang dengan perlakuan Sehun barusan. Bibirnya melengkungkan senyum kecil yang teramat manis dengan kaki menggantung yang bergoyang kecil. Gadis itu nyaris memekik girang kala Sehun menekan telapak tangannya di kedua sisi tubuh Lisa.
"Kenapa kau sangat yakin bisa membuatku tertarik padamu?" Suara Sehun kental dengan nada meremehkan. "Kau pikir kau siapa bisa membuatku tertarik padamu?"
"Kau tidak akan tahu dengan pesonaku jika kau tidak memberiku kesempatan, Ssaem," bisik Lisa tepat di depan bibir Sehun. Gadis itu tergoda untuk mendaratkan bibir di sana dan merasakan kelembutan, serta kelembapannya.
Lagi-lagi Sehun tersenyum meremehkan. Dia menatap gadis di depannya dengan tawa kecil karena terlalu percaya.
"Aku tidak tertarik padamu, bahkan jika kau menari striptis di depanku," balas Sehun dengan angkuh.
Sehun berniat untuk melepaskan diri dari Lisa, tapi siapa yang tahu kalau gadis itu justru malah menarik tengkuknya dan menciumnya tepat di bibir. Lalu, melingkarkan kaki yang tadinya menggantung di pinggang Sehun.
Lisa itu memang gila, bahkan sangat gila. Bagaimana mungkin dia bisa mencium gurunya sendiri saat masih berada di sekolah?
Namun, yang lebih gilanya lagi adalah Sehun yang membalas ciuman nakal dari gadis remaja di depannya dengan sama menggebunya.
🎌🎌🎌
Aing ngakak kenceng. Di sini Lisa buchen, tapi nackal. Ini tuh kayak jiwa Cassie, raganya Lalisa 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
DASAR SOONLI NACKAL 😭😭😭😭😭
Btw, ini bakalan jadi beberapa chapter. Mungkin 3-5 chapter atau lebih kalau blackmoon di dalam kepala kelebihan muatan. Tapi, kayaknya tiga aja cukup. Tydac baik juga untuk kesehatan jantung kalau keseringan konsumsi blackmoon 😂😂😂😂😂
Dadah~ 😘😘😘😘😘
19 September 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro