Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 62

    Langit senja membentang di atas Seoul, membawa kebisingan kota semakin mengendap. Perlahan kelopak mata Youngjae terbuka setelah pendengarannya kembali berfungsi dan menangkap kebisingan di sekitarnya.

    Mata yang baru terbuka itu kemudian memicing, ketika hanya warna putih yang mampu di tangkap oleh penglihatannya di saat kesadarannya masih sedikit mengambang.

    "Apa aku sudah mati?" gumamnya.

    "Belum."

    Matanya melebar ketika, tatkala mendengar suara Daehyun yang menyahutinya. Dia pun segera bangkit, namun baru separuh ia mengangkat tubuhnya dan Daehyun menahannya. Membuatnya kembali berbaring.

    "Kau ingin kemana?" tegur Daehyun dengan tangan yang menahan dada Youngjae.

    Youngjae pun menyingkirkan tangan Daehyun dan berujar dengan was-was, "di mana ini?"

    "Di Surga."

    "Jangan konyol, orang sepertiku mana mungkin di masukkan ke Surga."

    "Jangan berpikir bahwa aku ikut mati bersamamu."

    Pembicaraan yang benar-benar terdengar konyol. Mata Youngjae sejenak mengerjap, memberi waktu pada dirinya sendiri untuk beradaptasi pada keadaan di mana ruangan itu terasa sedikit berbeda.

    Perlahan dia mengarahkan pandangannya ke sekeliling dan melihat ada tirai putih, wanita berpakaian putih dan juga seorang pria tua yang duduk bersila di atas ranjang dengan sprei berwarna putih. Dan satu hal yang membuatnya heran, kenapa semuanya serba berwarna putih.

    "Eoh! Sudah bangun? Apa dia sudah bangun?" ujar si pria tua yang sebelumnya di lihat oleh Youngjae dengan tawa ringan yang menyertai ucapannya dan gumaman yang entah apa, Youngjae sendiri tak yakin.

    "Siapa dia?"

    "Tetanggamu."

    Youngjae menghela napasnya, masih terlalu sulit memahami perkataan Daehyun. Dia hendak memijat keningnya yang sedikit berat, namun tepat ketika permukaan jarinya menyentuh permukaan keningnya, dia segera kembali menarik tangannya dengan wajah yang mengernyit ketika merasakan sensasi perih di keningnya.

    "Kau apakan keningku?" protesnya dengan suara pelan.

    "Tanyakan itu pada dirimu sendiri! Masih tidak tahu kau berada di mana?"

    Youngjae justru memejamkan matanya dengan pasrah di saat ia merasa tubuhnya yang sedikit lemas, namun saat itu juga bayangan akan insiden sebelumnya kembali terputar dalam otaknya. Dia lantas segera membuka matanya lebar-lebar dan mengarahkannya kepada Daehyun yang sedikit kaget akan pergerakannya yang tiba-tiba.

    "Ada apa?"

    "Aku sungguh masih hidup?"

    "Sudah ingat sekarang?"

    Youngjae berusaha untuk bangkit, dan Daehyun pun membantunya. Menata bantal di belakang Youngjae agar Youngjae bisa bersandar.

    "Jika masih lemas, lebih baik berbaring saja."

    "Tutup mulutmu!" acuh Youngjae, namun dengan suara yang pelan karna ia melihat orang asing di sana.

    "Hoho, kau bangun juga. Aku pikir kau tidak akan bangun sampai ada wanita yang menciummu." gurau si pak tua yang memang adalah tipe yang senang bercanda.

    Youngjae sendiri saat ini tengah berada di Ruang Rawat salah satu Rumah Sakit ternama di Korea, namun alih-alih memberikan ruangan sendiri, Daehyun lebih memilih menempatkan Youngjae di Ruang Rawat biasa. Di mana ada beberapa orang yang menghuni kamar tersebut dan hanya menggunakan tirai putih sebagai sekat antar ranjang.

    Youngjae tentu merasa asing dan lebih aneh dengan apa yang baru di ucapkan oleh orang asing tersebut. Namun dia merasakan sesuatu yang tidak nyaman di kakinya.

    "Kau apakan kakiku?" tanyanya dengan wajah mengernyit, merasakan hal asing yang terjadi pada lututnya.

    "Kau baru saja melakukan Operasi kecil pada lututmu."

    "Apa? Operasi? Kenapa dengan lututku?"

    "Mungkin kau sudah terlalu tua, itulah sebabnya lututmu sakit." si pak tua tiba-tiba menyahuti dengan tawa ringannya.

    "Paman ini ada-ada saja." sahut Daehyun dengan senyum lebarnya, namun wajah Youngjae justru terlihat begitu datar.

    "Eoh! Hyeong." suara terkejut dari arah pintu masuk.

    Soonyoung masuk ke dalam dan menghampiri keduanya. "Hyeong sudah sadar?"

    Youngjae tak menjawab, tatapan matanya yang sempat sayu ketika ia bangun pun telah kembali menjadi tatapan mengintimidasi.

    "Kau dari mana?" tegur Daehyun.

    Soonyoung mengangkat kantong plastik di tangannya. "Membeli sesuatu." ujarnya dengan senyum lebar di akhir kalimatnya.

    Soonyoung kemudian merogoh kantong plastiknya dan mengeluarkan dua Onigiri yang sudah di kemas dalam plastik dan satu botol air mineral lalu menyerahkannya pada Daehyun.

    "Ini untuk Hyeong."

    "Satu saja."

    "Kenapa hanya satu?"

    "Dia tidak boleh makan apapun, lagi pula dia juga akan mendapatkannya dari pihak Rumah Sakit."

    Youngjae memberikan tatapan tajamnya pada Daehyun, merasa tak begitu di anggap ketika ia tengah sakit. Dengan cepat ia merebut Onigiri di tangan Daehyun.

    "Apa yang kau lakukan?"

    "Dia kemari untuk menjengukku, dan dia juga membawakan ini untukku. Kenapa hanya kau yang boleh memakan semuanya?" protesnya dan kembali pada sifatnya yang menyebalkan.

    "Kau tidak boleh makan sembarang, tunggulah sampai pihak Rumah Sakit memberikannya."

    "Cih, kau kira aku sakit. Berhenti berbicara omong kosong!"

    Daehyun menghembuskan napas dengan pasrah, dia pun mengambil satu lagi Onigiri di tangan Soonyoung yang kemudian pergi meninggalkan keduanya.

    "Kembalikan!" ujar Daehyun dengan penuh kesabaran.

    "Kenapa?"

    "Kau belum boleh makan."

    "Kenapa? Kenapa? Kenapa tidak boleh?" pertanyaan memburu yang membuat mata Youngjae sedikit melebar.

    "Karna kau belum buang angin."

    Youngjae terdiam, sedikit terperangah akan pernyataan Daehyun yang tiba-tiba merebut Onigiri dari tangannya.

    "Apa hubungannya buang angin dengan makan? Kau ingin mempermainkanku?" ucap Youngjae pelan namun penekanan.

    Di sisi lain, Soonyoung masuk ke dalam salah satu tirai dan mendapati Kihyun yang terduduk di atas ranjang.

    "Hyeong sudah bangun?" tegur Soonyoung yang berjalan ke nakas dan menaruh kantong plastiknya di sana.

    "Untuk apa aku bangun? Aku kan tidak tidur."

    Soonyoung tersenyum lebar dengan canggung mendengar ucapan Kihyun yang di tujukan untuk sebuah candaan, meski pada kenyataannya memang dia tidak tidur sebelum Soonyoung meninggalkannya.

    "Apa yang kau dapatkan?"

    "Hanya makanan kecil, tapi Hyeong tidak boleh memakannya."

    "Kenapa?"

    "Hyeong seorang pasien, jadi hanya boleh memakan sesuatu yang di sediakan oleh Rumah Sakit."

    Kihyun menarik sudut bibirnya sedikit lebih lebar. "Aku bukannya sakit, aku bahkan terlalu baik untuk berbaring di sini."

    "Tetap saja tidak boleh, bagaimana seseorang bisa baik-baik saja setelah mengalami kecelakaan?"

    Kihyun hanya meresponnya dengan seulas senyum tipis sebelum ia kembali menatap lurus ke depan, ke tempat di mana ia mendengar kebisingan sejak sebelum Soonyoung menghampirinya.

    "Apa Youngjae sudah bangun?"

    Soonyoung mengangguk. "Dia sedang bertengkar dengan Daehyun Hyeong. Sepertinya mereka memang sangat dekat."

    "Tunggullah sebentar lagi! Ku pastikan akan buang angin tepat di depan wajahmu!" lantang Youngjae yang sarat akan kemarahan, dan dia berani melakukan hal itu karna pak tua yang menjadi tetangganya tengah pergi keluar. Dan tentunya hal itu sedikit mengagetkan Kihyun dan juga Soonyoung.

    Soonyoung tertawa pelan tak percaya. "Youngjae Hyeong memang luar biasa."

    "Bisa kau bukakan tirainya?"

    "Ne?" Soonyoung tampak tertegun dengan permintaan Kihyun.

    "Tolong bukakan tirainya."

    "Ah... Ne, ne."

    Soonyoung bergegas membuka tirai yang memang posisinya berhadapan dengan Youngjae, dan tentu saja hal itu menarik perhatian kedua orang yang berada di dalam ruangan tersebut. Namun ketertegunan terlihat di wajah Youngjae ketika ia melihat sosok Kihyun tepat di hadapannya.

    Dan setelah Soonyoung membuka sepenuhnya tirai yang mengelilingi ranjang Kihyun, saat itu pula Youngjae mengarahkan tatapan tajam dan menuntutnya kepada Daehyun. Di detik selanjutnya, ia menarik kerah baju Daehyun dengan kasar dan membuat tubuh Daehyun refleks condong ke arahnya.

    "Aku bukan orang miskin!" gumam Youngjae penuh penekanan, merasa kesal kepada Daehyun karna dia justru menempatkannya di kamar yang sama dengan Kihyun.

    "Aku tahu kau tidak miskin, lalu apa masalah?" ucap Daehyun dengan santai namun terkesan malas.

    "Berikan aku ruangan yang bagus! Kau ingin merendahkanku dengan menaruhku di ruangan semacam ini?"

    "Berhematlah sebelum kau mengalami kebangkrutan." Daehyun menyingkarkan tangan Youngjae, namun Youngjae malah semakin mencekiknya.

    "Apa urusannya denganmu? Harta, harta ku. Lagi pula Kakekku meninggalkan harta yang banyak untukku, kau tidak perlu khawatir jika aku jatuh miskin."

    "Kau berlebihan."

    "Pindahkan aku dari sini!"

    "Ya!!!"

    Keempat pemuda di ruangan itu seketika di kejutkan oleh suara bentakan yang datang dari arah pintu masuk, dan di sanalah mereka menemukan seorang pria yang kira-kira sepantaran dengan pak tua yang menjadi teman sekamar mereka, datang dengan bersungut-sungut.

    "Bajingan tengik! Kau sudah bosan hidup!" maki si pak tua sembari berjalan masuk, namun seketika ia terkejut karna sepertinya tak mendapati orang yang ia maksud.

    "Eoh! Kenapa tidak ada?" ujarnya dan membuat keempat pemuda di sana memandangnya dengan heran.

    Daehyun pun menyingkirkan tangan Youngjae dan kembali menegakkan tubuhnya. "Paman sedang mencari siapa?"

    Si pak tua asing terlihat kebingungan. "Tunggu sebentar, apa aku sudah salah kamar?"

    "Orang aneh." gumam Youngjae.

    "Jaga bicaramu." tegur Daehyun.

    "Siapa yang sedang Paman cari?" Daehyun kembali melontarkan pertanyaan yang sama.

    "Aku sedang mencari adikku, mereka mengatakan bahwa dia ada di ruangan ini."

    "Apa yang Paman maksud adalah Paman Yeongshil."

    "Eoh! Benar, benar. Kau mengenalnya?"

    "Dia di rawat di sini, tapi beberapa waktu yang lalu dia pegi ke luar."

    "Ah... Jadi benar dia ada di sini?"

    "Ye, beliau menempati ranjang itu. Sepertinya beliau akan segera kembali."

    "Ah... Baiklah, baiklah. Kalau begitu aku akan menunggu di sini saja." ujar si Paman yang kemudian bergegas ke ranjang Paman yang menjadi tetangga mereka dan di ketahui bernama Yeongshil.

    "Apa-apaan Paman itu? Datang langsung marah-marah." gerutu Soonyoung.

    "Dia sedang bersemangat." sahut Kihyun.

    "Itu berlebihan." balas Soonyoung.

    Kihyun lantas mengembalikan pandangannya pada Youngjae yang tiba-tiba tak berkutik. Sikap cerewet yang sempat ia tunjukkan tiba-tiba saja menghilang entah kemana dan menjadikannya sebagai sosok pendiam meski tatapannya masih terlihat was-was.

    "Eoh! Kalian masih muda-muda, apa kalian semua saudara?" ucap si Paman yang berusaha memulai perbincangan.

    "Mereka bertiga yang saudara, aku hanya bekerja di sini." cetus Daehyun yang tentu saja mendapatkan tatapan tak terima dari Youngjae. Namun siapa yang peduli.

    "Ah... Benarkah? Kalau begitu biar ku tebak. Yang itu, pasti kakak tertua dan di sebelahnya adalah anak tengah." ucap si Paman yang menunjuk ke arah Kihyun dan Soonyoung lalu yang terakhir mengarah pada Youngjae.

    "Dan kau, yang paling terlihat berandal. Pasti anak bungsu."

    Dugaan salah yang menyulut emosi Youngjae, namun dia sadar bahwa yang di hadapannya kali ini adalah orang tua. Dia bisa saja melawan orang tuanya sendiri, namun dia tidak bisa melawan orang tua yang tidak ia kenal. Dan ucapan si Paman tadi setidaknya cukup menghibur bagi ketiga pemuda di sana, terlebih dengan kata 'Brandal' yang di tujukan pada Youngjae.

    "Paman salah, Youngjae-ssi adalah anak tengah. Namun sikapnya memang seperti ini." ucap Daehyun tanpa mempedulikan Youngjae yang semakin berapi-api di sampingnya.

    "Hoho, begitukah? Aku pikir dia si bungsu karna dia terlihat paling kekanak-kanakan."

    "Matanya sudah tidak beres." gerutu Youngjae dengan mulut yang bahkan seperti tak ingin terbuka.

    "Eoh, Hyeong! Kau kemari?"

    Perhatian semua orang kembali tersita ke arah pintu, dan di sanalah Paman Yeongshil datang. Dia segera berjalan masuk dan menghampiri si Paman yang baru datang.

    Si Paman lantas berdiri menyambut sang adik, namun bukannya memberikan pelukan. Paman itu justru memukul kepala Paman Yeongshil dan memaki setelahnya.

    "Bocah kurang ajar! Kau kira berapa usiamu sekarang? Masih pantaskah kau berperilaku seperti ini!" bentak sang Paman yang tentunya mengundang keterkejutan dari siapapun yang melihat kejadian tersebut.

    "Hyeong ini, datang-datang kenapa langsung marah?"

    "Karna kau tidak tahu diri! Harusnya ku biarkan saja kau mati waktu itu, manusia tidak berguna!"

    Alih-alih sakit hati akan perkataan sang kakak, Paman Yeongshil justru tersenyum lebar.

    "Hyeong yang dulu menyelamatkanku, kenapa sekarang justru menyesalinya?"

    "Ya, aku menyesal! Harusnya dulu aku tidak menghalangi mobilmu dan membiarkan mu tertabrak Kereta Api! Manusia tidak tahu diri!"

    Pernyataan yang membuat batin Yoo bersaudara tersentak, mencoba memahami perkataan si Paman dalam waktu yang cepat.

    "Eih... Kenapa di bahas lagi? Kejadian itu sudah lama sekali... Lagi pula kali ini aku benar-benar kecelakaan, bukannya bunuh diri." sahut Paman Yeongshil.

    Merasa tersindir, Kihyun pun mengalihkan pandangannya begitupun dengan Youngjae yang tiba-tiba merasa kurang enak badan setelah menyaksikan pertengkaran kakak beradik yang terkesan begitu akrab tersebut.

    Namun perlahan, pandangan mereka kembali di pertemukan dengan perasaan yang membuat mereka terlihat cangung di saat pertengkaran Park bersaudara masih tetap berlangsung di ruangan tersebut. Namun bagaimana dengan mereka? Mungkin semua akan lebih mudah jika mereka saling meneriaki satu sama lain seperti yang tengah di lakukan oleh Paman Yeongshil dan kakaknya.

    Namun pada kenyataannya, seribu kalipun Youngjae berteriak. Sepertinya hanya ada kata maaf yang kemungkinan besar akan di lontarkan oleh Kihyun untuk membalas teriakannya, dan itu sama saja dengan usaha yang sia-sia.

Selesai di tulis : 03.12.2019
Di publikasikan : 03.12.2019







Sedikit Promosi.
Besok, perdana Kdrama pertama Yoo Youngjae akan di tayangkan di KBS setiap hari Rabu dan Kamis pukul 22.00 Kst.

Dengan judul Woman 9.9 Billion, berperan sebagai Kim Seok. Si ahli Komputer/Hacker.
Jika merasa tertarik dengan bagaimana Acting Yoo Youngjae secara langsung, silahkan lihat Dramanya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro