Part 60
Pagi itu, Youngjae memaksa untuk kembali melakukan aktivitasnya meski tubuhnya belum benar-benar pulih. Dia sudah duduk dengan manis di dalam mobil dengan sebuah berkas di tangannya yang menyita perhatiannya dan tak beberapa lama, Daehyun pun menempati kursi kemudi dan bersiap untuk bergegas meninggalkan rumah.
Namun perhatian keduanya teralihkan oleh kedatangan Kihyun dan juga Soonyoung. Berbeda dengan Daehyun yang benar-benar melihat ke arah dua orang tersebut, Youngjae lebih memilih berpura-pura tak peduli dan hanya menggunakan ekor matanya untuk menangkap sosok Kihyun yang terlihat begitu buruk pagi itu meski hanya di lihat dalam sekejap mata.
"Tunggu sebentar!" gumam Youngjae ketika ekor matanya melihat pergerakan Daehyun yang hendak menghidupkan mesin mobil dan hal itu membuat Daehyun menatapnya dengan heran.
"Ada apa?"
"Tunggu!"
Satu kata yang membuat Daehyun tak berkutik dan memilih untuk diam, dan memperhatikan dua orang yang berada di luar.
"Berikan kuncinya!"
Soonyoung tertegun akan permintaan Kihyun yang menghentikan langkahnya ketika ia ingin masuk ke dalam mobil.
"Apa yang ingin Hyeong lakukan?"
"Berikan saja."
"Tapi..."
Kihyun langsung merampas kunci mobil di tangan Soonyoung dan segera masuk ke dalam mobil, membuat ekor mata Youngjae menatapnya penuh selidik ketika ia mengambil alih kemudi.
Soonyoung yang tak mampu berbuat apa-apa pun segera berjalan memutari bagian depan mobil lalu menuju kursi penumpang bagian depan. Dia hendak membuka pintu, namun rupanya Kihyun sudah menguncinya dari dalam dan membuatnya terheran.
"Hyeong, aku belum masuk. Kenapa di kunci?"
Soonyoung mengetuk kaca jendela. Namun bukannya mendengarkan, Kihyun justru menyalakan mesin mobil dan segera bergegas meninggalkan garasi. Meninggalkan kebingungan bagi yang di tinggalkan tak terkecuali Youngjae yang mengangkat pandangannya begitu dia melewati tempatnya.
"Hyeong, kau ingin pergi kemana? Kihyun Hyeong.... Kembali!" panik Soonyoung yang mencoba untuk menghentikan Kihyun namun berakhir dengan sia-sia.
"Ada apa dengan mereka?" gumam Daehyun.
"Turunlah!" cetus Youngjae.
"Kau bilang apa?"
Youngjae menjatuhkan tatapan dinginnya pada Daehyun dan berucap, "turun dan ambilkan dasiku yang tertinggal di kamar."
Daehyun terdiam sejenak, benarkah Youngjae ingin mengenakan dasi kali ini?
"Cepatlah! Aku bisa terlambat."
Daehyun kemudian turun karna tak ada yang perlu di curigai dari permintaan Youngjae, namun dia melakukan kesalahan fatal karna tepat setelah ia menutup pintu mobil. Youngjae segera membuang berkas di tangannya ke kursi belakang lalu beralih ke kursi kemudi dan menyalakan mesin mobil.
Youngjae segera memundurkan mobilnya dengan cepat seakan tengah terburu-buru dan membuat Daehyun mematung di tempat ketika menyaksikan kepergiannya yang begitu cepat, apakah dia baru saja di bodohi?
Kedua orang yang di tinggalkan hanya bisa saling bertukar pandang dengan tatapan yang sama-sama tidak mengerti dengan keadaan yang terjadi sekarang.
Break Up
Kihyun melajukan mobilnya dengan lebih tenang ketika telah berbaur dengan kendaraan lain di jalan raya dan berada tidak jauh di belakangnya, mobil Youngjae melaju dengan cepat dan berhasil menyusulnya. Tanpa ia sadari, Youngjae mengikuti tepat di belakangnya.
Tak memiliki perasaan curiga sedikitpun, Kihyun sama sekali tak menyadari bahwa mobil yang berjalan di belakang mobilnya adalah mobil milik Youngjae. Yang ia butuhkan untuk saat ini hanyalah ketenangan dan setelah insiden semalam, dia sadar bahwa dia terlalu lemah untuk bisa menuntut sebuah keadilan. Dia seorang kakak, namun dia masih terlalu lemah untuk bisa melindungi seseorang menggunakan kedua tangannya.
"Jika kau bisa melindungi dirimu sendiri dari orang itu, maka aku akan menyerahkan ibumu padamu."
Perkataan Jonghyun semalam kembali memenuhi kepalanya, sebuah pernyataan yang menegaskan seberapa lemahnya seorang Yoo Kihyun yang bahkan tak mampu untuk sekedar melindungi dirinya sendiri.
Dia memiliki tubuh dan pikiran yang sehat untuk mengendalikan tubuhnya, namun sayangnya ia hidup layaknya seorang robot yang di ciptakan untuk kepentingan orang lain. Dia, tidak di izinkan untuk memiliki hati.
Setelah satu jam berlalu, keduanya keluar dari jalanan utama yang begitu ramai dan berakhir dengan menyusuri jalanan yang sepi oleh pengendara lainnya di mana hanya ada pepohonan yang berada di sepanjang jalan. Dan selama itu pula Kihyun tidak sadar bahwa dia telah di ikuti.
Youngjae sendiri tampak begitu tenang di kursinya meski sejak kepergiannya dari rumah, Daehyun tak henti-hentinya menghubunginya. Dia bisa saja mematikan ponselnya jika merasa terganggu, namun nyatanya dia membiarkan ponselnya berbunyi terus menerus seakan ia yang tak masalah jika Daehyun mengalami cedera pada jarinya ketika terus berusaha menghubunginya.
Kihyun memelankan laju mobilnya, begitupun dengan Youngjae yang memang menjaga jarak sekitar lima meter dengan Kihyun. Mobil Kihyun kemudian menepi dan berhenti, Youngjae pun melakukan hal yang sama. Namun satu hal yang menjadi pertanyaan bagi Youngjae, untuk apa Kihyun datang ke tempat seperti itu?
Kihyun turun dari mobil dan saat itu pandangannya langsung tertuju pada mobil Youngjae yang berhenti tidak jauh darinya, namun dia tidak sampai berpikir bahwa itu adalah Youngjae dan memilih untuk acuh. Menganggap bahwa pemilik mobil tengah memiliki keperluan lain.
Dia menutup pintu mobil, berjalan ke bagian depan mobil lalu duduk di sana dengan wajah frustasinya dan hal itu yang membuat Youngjae menyimpan ribuan pertanyaan di balik raut wajahnya yang terlihat begitu mengintimidasi.
Tak ada hal lain yang di lakukan oleh Kihyun. Sesuai keinginannya, dia hanya menginginkan ketenangan dan dia akan tetap berdiam diri di sana untuk mendapatkan ketenangan yang bahkan sangat sulit untuk ia dapatkan kembali selama apapun dia berdiam diri.
Satu mobil melewati tempatnya, dan dia pikir itu adalah mobil yang sebelumnya ia lihat. Setelah berdiam diri untuk beberapa menit tanpa melakukan apapun, dia kemudian mengeluarkan ponselnya dan menghidupkan layarnya.
'Sepuluh panggilan tak terjawab' itulah kalimat yang tertera pada layar ponselnya dan dari sepuluh panggilan tersebut, keseluruhannya berasal dari Soonyoung. Dia membuka kunci layar dan menghilangkan notifikasi panggilan yang ada seakan ia yang benar-benar tidak perduli terhadap apapun kali ini.
Bukan tidak perduli, lebih tepatnya dia memanfaatkan kesempatan untuk bisa merasakan sedikit kebebasan ketika ayah Youngjae tengah berada di Gwangju. Dia tidak perduli dengan resiko yang akan ia terima setelah ini, karna yang dia pikirkan sekarang hanyalah pergi jauh. Sejauh mungkin bahkan jika bisa sampai dia bisa menghilangkan kebenciannya terhadap nama yang ia sandang.
Jarinya perlahan bermain di atas layar ponsel yang menunjukkan gambar-gambar yang terus berganti hingga pergerakan jarinya terhenti setelah terlihat di layar ponselnya, sosok pemuda berlesung pipi yang tengah tersenyum ke arahnya. Perlahan sudut bibirnya terangkat ketika ia mengingat masih ada kenangan baik di hidupnya sebelum ia kembali ke Seoul.
Lee Jooheon, adik sepupunya yang telah tiada karna insiden kecelakaan beberapa tahun yang lalu. Meskipun semua berakhir dengan buruk, namun Kihyun masih ingat betul tentang kenangan manis yang di tinggalkan oleh Jooheon.
Dialah satu-satunya orang yang mampu membuatnya tertawa waktu itu, dialah satu-satunya orang yang mampu menyingkirkan kenangan buruknya sebelum datang ke Daegu. Pemuda itu, pemuda yang sangat di sesalkan oleh Kihyun setelah Youngjae.
Hidupnya kembali terpuruk setelah kepergian Jooheon, dan kian terpuruk setelah ia kembali ke Seoul. Bertemu dengan Yoo Youngjae.
Tanpa ia sadari, semua kenangan manis yang kembali berputar dalam ingatannya perlahan membuat air matanya terjatuh. Dia segera mendongak ke arah langit guna menarik kembali air matanya.
"Aku harus bagaimana sekarang?" gumaman itu lolos begitu saja dari mulutnya, sebuah gumaman yang merupakan curahan dari rasa keputus-asaan yang mengikat kakinya. Membuatnya tak bisa melarikan diri.
Pandangannya kemudian terjatuh dengan ponsel yang telah tergenggam lemah di tangannya, dan sekali lagi panggilan masuk ke dalam ponselnya. Namun kali ini dia tak lagi mengabaikannya, dia akhirnya bersedia untuk menerima panggilan dari Soonyoung.
"Hyeong, hyeong di mana?" seru Soonyoung bernada panik ketika sambungan terhubung.
"Kau di mana?" Kihyun mengembalikan pertanyaan namun dengan nada yang terdengar tak bersahabat.
"Aku sedang mencari Hyeong, hyeong di mana?"
"Pulanglah!"
"Apa yang Hyeong katakan? Hyeong pergi kemana?" suara Soonyoung terdengar meninggi, namun tidak dengan Kihyun yang bersuara datar meski suaranya akan tetap terdengar lembut.
"Aku tidak bisa,"
"Hyeong..."
"aku tidak bisa kembali, aku sudah tidak tahan lagi dengan semua ini."
"Hyeong ini bicara apa? Jangan bicara lagi dan cepat katakan di mana Hyeong sekarang." Soonyoung tampak telah kehilangan kesabarannya ketika suaranya terdengar makin meninggi dan semakin panik.
"Sampaikan maafku pada Youngjae."
Kihyun memutuskan sambungan secara sepihak, tak berniat untuk mendengarkan respon dari Soonyoung yang pasti tengah meneriakinya. Dia mengusap wajahnya dengan kasar dan segera masuk ke dalam mobilnya dengan langkah yang terksesan begitu terburu-buru dan menarik perhatian Youngjae.
Kihyun kembali melajukan mobilnya dan kali ini dia terlihat lebih emosional di bandingkan dengan sebelumnya. Youngjae pun bergegas menyusulnya, namun ada hal yang membuat Youngjae terheran kali ini. Kenapa Kihyun terkesan begitu buru-buru? Mungkinkah terjadi sesuatu?
Menyadari ada hal yang tak beres, Youngjae menaikkan kecepatan mobilnya namun tetap menjaga jarak dengan Kihyun. Tak begitu jauh dari tempat sebelumnya, suara lonceng peringatan pertanda bahwa akan ada kereta api yang lewat menyapa pendengaran Youngjae.
Matanya menyipit ketika melihat jauh di ujung jalan yang ia tuju, sebuah pembatas jalan di turunkan dan itu berarti kereta akan melintas di jalanan yang akan ia lewati. Namun hal yang aneh justru terlihat dari Kihyun ketika pemuda itu justru semakin menaikkan kecepatannya meski seharusnya ia tahu bahwa pembatas jalan telah di turunkan dan dia tidak mungkin bisa lewat.
Mata Youngjae memicing tajam, mencoba menerka-nerka apa yang kiranya akan di lakukan oleh Kihyun. Mungkinkah dia akan menerobos palang pembatas? Namun untuk alasan apa dia melakukan hal itu?
Bunyi panjang klakson kereta api seakan menyadarkan Youngjae dengan kemungkinan besar yang akan di lakukan oleh Kihyun. Seketika matanya membulat tak percaya, dan dia segera menaikkan kecepatannya untuk menyusul Kihyun.
Ya, Kihyun berusaha bunuh diri. Itulah yang ada dalam pikiran Youngjae saat ini, dan hal itu pula yang berada di dalam pikiran Kihyun ketika hanya ada perasaan putus-asa yang terlihat dari tatapan kosongnya tak perduli berapa kalipun air matanya terjatuh. Semua kenangan manis itu telah tertimbun oleh pahitnya kehidupan yang ia rasakan.
Tak pernah ada ketenangan dalam kesendirian, justru hanya ada keputus-asaan lah yang telah menggelapkan matanya saat ini. Dia ingin mengakhiri semuanya, penderitaan Youngjae, penderitaan ibunya, penderitaan Soonyoung, penderitaannya sendiri dan juga kebencian Youngjae. Dia ingin mengakhiri semuanya.
"Pecundang, apa yang sedang kau lakukan?" gumam Youngjae dengan sedikit penekanan dan suaranya yang terdengar gemetar.
Youngjae terus menaikkam kecepatannya tanpa mempedulikan resikonya dan tepat lima meter dari palang pembatas, dia berhasil menyusul Kihyun. Semua berlangsung begitu cepat, tepat setelah ia mengungguli Kihyun, dia langsung membanting setirnya ke arah kiri dan membuat bagian depan mobil keduanya saling menghantam dengan keras sehingga mengakibatkan bagian depan mobil Youngjae hancur bersamaan dengan kaca di sebelahnya yang turut hancur berkeping.
Kihyun pun langsung menginjak rem, namun sayangnya hal itu tak begitu berguna ketika mobilnya terus mendorong mobil Youngjae yang berusaha untuk tidak lepas kendali meski fisiknya telah terluka.
Mata keduanya membulat ketika jarak lima meter tersebut hampir terputus bersamaan dengan kereta api yang sebentar lagi akan melintas.
"Jebal!" Kihyun membatin, dia yang ingin mengakhiri hidupnya bukannya membuat orang asing di hadapannya itu yang meregang nyawa untuknya.
Dia dan Youngjae sama-sama menginjak rem mobil mereka dengan kuat, namun mobil keduanya justru menabrak palang pembatas dan menerobos palang pembatas yang turut hancur hingga mobil Youngjae yang terlempar jauh dan berhenti setelah menabrak pembatas jalan begitupun mobil Kihyun yang kemudian berhenti setelah berputar 180° dan tepat saat itu, kereta api melintas. Mereka luput dari maut.
Keduanya tampak terguncang dengan apa yang baru saja terjadi. Kihyun segera menjatuhkan keningnya pada kemudi, tubuhnya terasa lemas. Sedangkan Youngjae sama sekali tak berkutik dari tempat duduknya, tangannya yang masih memegang kemudi terlihat sedikit gemetar sedangkan bagian kaki kirinya sedikit terjepit oleh bagian samping mobilnya yang mengalami kerusakan parah dan bahkan kaca depan mobilnya turut hancur si saat kaca depan mobil Kihyun hanya mengalamu keretakan yang cukup parah.
Kihyun mulai mengatur napasnya yang tak beraturan, mencoba mengendalikan dirinya sendiri tanpa peduli dengan darah yang keluar dari beberapa luka kecil di wajahnya. Perlahan dia mengangkat wajahnya dan segera turun untuk memastikan keadaan orang asing yang baru saja menyelamatkannya, namun matanya membulat tak percaya ketika melihat bahwa yang dia anggap sebagai orang asing tidak lain adalah Youngjae.
Melihat hal itupun, dia segera menghampiri Youngjae dan berusaha untuk membuka pintu mobil yang sudah rusak akibat benturan keras sebelumnya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" panik Kihyun ketika ia masih berusaha untuk membuka pintu mobil tersebut.
Perlu usaha yang cukup keras baginya untuk membuka pintu tersebut hingga akhirnya dia berhasil membukanya meski ia harus melukai tangannya. Dia segera mendekati Youngjae untuk memastikan keadaannya yang tak terlihat begitu baik di mana terlihat darah di area wajah serta lehernya.
Tangan gemetarnya hendak menyentuh wajah Youngjae yang masih berdiam diri, namun dia tak sampai untuk melakukan hal itu.
"Y-youngjae-ya." suara Kihyun bergetar. Dia takut, sangat takut. Dia takut kehilangan Youngjae.
Perlahan Youngjae mengarahkan pandangannya pada Kihyun, masih dengan tatapannya yang terkesan begitu kosong.
"Mianhae."
Selesai di tulis : 06.11.2019
Di publikasikan : 22.11.2019
#LoveForYoo
#HappyKihyunDay
#HappyYooDay
#TheMostBeautifulVoiceInTheWorld
#WeAlwaysLoveYoo
Special For Yoo💝💝💝💝💝💝💝
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro