Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 5

Brakk!!

Youngjae menggebrak meja ruang rapat dengan sangat keras. Menyatakan perasaan kesalnya yang sudah tak ingin ia tahan lagi.

"Bukankah sudah aku katakan untuk memberikan laporan perusahaan hanya padaku! Apa kalian tidak mengerti juga, huh? Apa karena kalian bertambah tua sehingga kalian tidak bisa lagi mengingat perkataanku lagi? Jawab!"

Daehyun hanya bisa menyaksikan kejadian tersebut di dekat pintu masuk, tapi matanya sempat menangkap gerak-gerik Youngjae yang aneh. Sesudah dia menggebrak meja, dia langsung menarik tangannya ke bawah meja dan sedikit mengibaskannya. Daehyun sedikit memalingkan wajahnya dan menahan tawanya. Sepertinya Youngjae si arogan itu kesakitan setelah menggebrak meja, dan menurut Daehyun itu hal yang patut ditertawakan.


"Apa karena aku terlalu muda untuk menjadi atasan kalian sehingga kalian tidak mau menghargaiku? Benar begitu, huh?!" Youngjae melanjutkan kemarahannya untuk menutupi rasa malunya pada diri sendiri setelah merasa kesakitan setelah menggebrak meja.

Para petinggi perusahaan yang berada di hadapan Youngjae hanya bisa menunduk sembari menggumamkan kata maaf. Karena bagaimanapun juga memang benar Youngjae adalah presdir di perusahaan itu. Akan tetapi mereka juga tidak bisa menolak perintah presiden selaku orang yang memberikan perusahaan tersebut kepada putranya, yang sepertinya sedikit bermasalah dalam hal mengontrol emosi.

"Tidak ada yang ingin menjawab?!" Youngjae kembali menggertak. Dan sekali lagi Youngjae menggebrak meja, tapi kali ini dia tidak menarik tangannya. Dia hanya sedikit menggerakkan jarinya seperti sedang meremat sesuatu.

Melihat hal itu, Daehyun berani bertaruh bahwa tangan Youngjae saat ini pasti memerah seperti baru saja terbakar.



"Mulai besok, pastikan aku adalah orang yang pertama melihat laporan perusahaan. Mengerti?!"

"Mengerti, Presdir ..." jawab mereka serempak.

"Rapat selesai! Kembali ke tempat kalian masing-masing!"





Satu persatu dari mereka meninggalkan ruang rapat dan setelah terdengar suara pintu tertutup, Youngjae melihat telapak tangannya yang memerah lalu meniupnya beberapa kali. Raut wajahnya yang kesakitan baru bisa muncul setelah beberapa detik berlalu ketika harga dirinya terlalu tinggi. Youngjae berhenti mengibaskan tangannya dan perlahan menoleh ke tempat Daehyun berdiri. Dia kemudian segera menurunkan tangannya dan membersihkan jasnya yang sama sekali belum terkena debu.

Youngjae kemudian berjalan ke arah Daehyun. Dan Daehyun yang menyadari hal itu refleks membuka pintu. Tapi Youngjae justru berhenti di depan Daehyun yang membuat pria itu sedikit kebingungan.



"Apa setiap kali aku berjalan ke pintu, kau harus selalu membuka pintunya? Meski aku berjalan ke pintu, bukan berarti aku ingin melewatinya."




"Apa?" Hanya batin Daehyun yang berbicara ketika ia tertegun dengan ucapan Youngjae. Dia sedikit memiringkan kepalanya, hatinya bertanya-tanya, apa orang yang di hadapannya saat ini benar-benar orang aneh.


"Kenapa? Kenapa kau menatapku seperti itu?" tegur Youngjae, masih dengan gaya bicara yang santai.



"Tidak, Tuan Muda. Jadi apa aku harus menutup pintunya kembali?"





"Apa kau orang bodoh?" celetuk Youngjae.

"Apa?" Kali ini Daehyun benar-benar mengeluarkan suara hatinya. Sikap Youngjae justru berada di luar nalar.


"Jika aku ke sini, untuk apa lagi kalau bukan keluar dari sini? Ck! Sepertinya aku harus melakukannya sendiri." Youngjae berlalu dengan kalimat terakhirnya.


Daehyun merasa seperti ada sesuatu yang hilang darinya. Dia sudah bertemu dengan banyak orang sebelum ini, tapi Youngjae benar-benar berbeda. Sangat aneh.


"Jung Daehyun, apa kau akan berdiri di sana sampai subuh?" Youngjae berbalik dan memberikan teguran.

Daehyun tersadar ketika mendengar suara Youngjae. Dia segera menyusul Youngjae. Hari pertamanya bekerja terasa cukup berapa baginya, Daehyun berpikir bahwa ia akan mengalami banyak kesulitan dalam menangani anak presiden seperti Yoo Youngjae.


††††

Daehyun berdiri di samping pintu di dalam ruang kerja Youngjae yang saat ini sedang duduk santai sembari membolik-balik berkas, entah dia benar-benar membacanya atau hanya membolak-baliknya. Youngjae sesekali melihat ke arah Daehyun. Sebenarnya dia heran kenapa petugas keamanan harus selalu berdiri di depan pintu atau lebih tepatnya apa kaki mereka tidak sakit harus berdiri seharian.

Youngjae sedikit merasa tidak enak hati karena sebelumnya tidak ada petugas keamanan yang setiap waktu berada di sisinya. Melihat dirinya sendiri yang hanya duduk dengan santai dan Daehyun yang berdiri di sana, membuat Youngjae merasa tidak nyaman. Dia kemudian berdehem dengan sangat pelan agar Daehyun tidak mendengarnya.



"Hey, orang baru. Apa kau tidak lelah berdiri terus di situ?" tegur Youngjae pada akhirnya.

Daehyun tidak menjawab, dia berpikir kenapa dia harus menjawab. Bukankah ini hal yang wajar, bahkan bagi Daehyun itu tidak seberapa dibandingkan saat dia tergabung dalam divisi 0XForce yang harus mengendap-endap seperti tikus yang bersembunyi dari kucing. Dan kenapa Youngjae bertanya, apa dia hanya merasa bosan. Tentunya ada banyak pertanyaan yang berkecamuk dalam benak Daehyun meski Youngjae hanya mengucapkan satu pertanyaan.



"Duduklah di sana, kau membuatku tidak nyaman jika kau berdiri di sana."

Youngjae menunjuk sofa tidak jauh di samping meja kerjanya. Tapi Daehyun tetap diam saja. Youngjae mengerti, mungkin Daehyun merasa canggung karena dia adalah seorang Kepala Keamanan.


"Berhenti melihatku seperti itu dan duduk di sana."

Youngjae kembali membaca berkas di tangannya meski sekadar untuk formalitas karena matanya mengikuti pergerakan daehyun hingga pria itu duduk di sofa. Dia kemudian berdehem.



"jika kau lelah, kau boleh tidur di sana. Kau tidak perlu menungguku seperti itu dan jangan bersikap formal padaku. Usia kita juga tidak terpaut jauh, setidaknya aku juga masih punya rasa tidak enak kepada orang seumuran denganku. Jika kau merasa diperlakukan secara istimewa, lebih baik kau pergi ke laut dan menceburkan diri di sana, karena aku tidak akan berbaik hati pada orang yang besar kepala hanya diberikan sedikit pujian. Dan asal kau tahu, aku tidak suka memuji orang dan aku tidak berniat memujimu. Mengerti?"



Youngjae sedikit heran karena tidak ada jawaban dari Daehyun meski dia sudah bicara sepanjang mungkin ataukah karena dia terlalu banyak bicara. Perlahan Youngjae menolehkan kepalanya untuk melihat apa yang Daehyun lakukan sampai dia tidak menjawabnya. Dan Youngjae menyunggingkan senyumnya ketika melihat Daehyun tidur bersandar di sofa.



"Ya ampun, sejak kapan dia tidur? Apa sedari tadi aku hanya berbicara pada angin? Benar-benar menyebalkan! Jika bukan karena kebaikanku, sudah aku tendang kau!" gerutu Youngjae, melampiaskan kekesalannya sembari menaruh berkas di tangannya dan menggambil pena.


Langit di bagian barat sudah mulai menguning, Youngjae masih terlihat asik memainkan video game di ponselnya sembari menunggu Daehyun yang masih tidur.



"Operasi sapu bersih divisi 0XForce berhasil dilakukan ..."

Sebuah mimpi buruk menyentak tidur Daehyun. Tiba-tiba mata Daehyun terbuka lebar, dia melihat langit-langit yang sangat asing baginya. Beberapa saat kemudian dia menarik sudut bibirnya bahkan setelah tujuh tahun berlalu, tapi bayangan eksekusi tersebut masih menghantuinya bahkan dalam mimpi sekalipun. Daehyun kemudian menegakkan kepalanya dan bertemu pandang dengan Youngjae yang memandangnya dengan tatapan menghakimi.






"Kenapa? Kenapa kau tersenyum setelah bangun tidur? Apa kau memimpikan hal yang macam-macam?" selidik Youngjae.

Daehyun menghela napas, sepertinya dia harus kembali pada kenyataan. Dia kemudian menggaruk keningnya yang tidak gatal dan berdiri. "Jika urusan Tuan Muda sudah selesai, sebaiknya kita segera pulang."





"Bukankah kau yang menghambat semuanya? Jika kau tidak tidur, aku mungkin sudah berada di rumah. Tidak tahu diri!"


Daehyun menatap malas ke arah Youngjae. Bahkan dari yang dilihat Daehyun saat ini, Youngjae sangat menikmati waktunya bermain dengan ponselnya. Salahkan dia sendiri yang menyuruh Daehyun untuk tidur. Bahkan Daehyun bisa mendengar dengan jelas ucapan Youngjae saat dia ingin tidur sebelumnya.





"Mulai hari ini aku tidak akan bersikap sopan lagi padamu," celetuk Daehyun.



"Kenapa? Kenapa?"



"Kenapa? Bukankah kau yang memintanya? Aku hanya akan bersikap sopan padamu jika di depan publik. Jadi bersikap baiklah padaku selagi aku dalam suasana hati yang baik?"






"Apa? Kau sudah gila! Kau mendengarku berbicara tadi?!" hardik Youngjae yang langsung berdiri. Tapi Daehyun justru mengabaikan amukan dari si anak presiden.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro