Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 47

    Satu peluru terakhir yang di miliki oleh Jooheon terlepas. Melesat dengan cepat dan mengenai sasaran dengan sempurna. Tubuh Presiden langsung tumbang dalam posisi tengkurap, membuat seluruh pasang mata membulat.

    "Lee Jooheon!" murka Kihyun yang langsung menendang bokong Jooheon yang terluka tanpa perasaan. Dan tepat saat kedua lutut Jooheon menyentuh halaman Kuil, saat itulah baku tembak terjadi di antara kedua belah pihak.

    Menahan rasa sakit di bokongnya, Jooheon berguling ke samping. Berlindung di balik mobil dan bersujud dengan satu tangan memegangi bokongnya.

    "Aigoo ... kenapa hidupku sengsara sekali?" keluh pria berlesung pipi itu.

    Dari belakang Kihyun menyusul, bersembunyi di balik mobil yang sama untuk menghindari serangan balik. Dan tak sampai satu menit semua berakhir. Tak ada lagi suara tembakan yang terdengar dan satu persatu orang keluar dari tempat persembunyian mereka.

    Saat itu Kihyun segera menarik bahu Jooheon, memaksa rekannya itu untuk berdiri. Dan bisa di lihat olehnya wajah Jooheon yang mengeryit saat itu.

    "Kau sudah sinting!"

    Jooheon mengangkat tangannya di depan dada. "Tenangkan dirimu, kenapa malah berbuat anarkis padaku?"

    "Kau memang tidak tahu diri!" Kihyun lantas meninggalkan Jooheon dan bergegas menghampiri para bawahannya yang saat itu tengah mencoba mengevakuasi Presiden dan mengamankan beberapa tersangka yang masih hidup.

    Dari belakang Jooheon menyusul dengan langkah yang terlihat begitu santai di saat sebuah Helikopter terbang berputar di atas Kuil.

    Kihyun segera menghampiri Presiden dan membalik tubuh pria itu. Memeriksa denyut nadi Presiden, batin Kihyun tersentak ketika ia menyadari bahwa Presiden masih hidup.

    "Panggilkan bantuan medis!" lantang Kihyun.

    Saat itu Jooheon datang dan segera mendapatkan tatapan tajam dari Kihyun. Jooheon berjongkok dan mengeluh, "eih ... berhenti menatapku seperti itu, aku bukan seorang kriminal."

    Jooheon kemudian membuka pengait jas yang di kenakan oleh Presiden dan saat itu Kihyun kembali di kejutkan ketika tak melihat darah di bekas tembakan yang sebelumnya di berikan oleh Jooheon. Menyadari keterkejutan Kihyun, Jooheon lantas menyunggingkan senyumnya penuh kemenangan.

    "Hyeong pikir aku benar-benar ingin menjadi Presiden?" Jooheon kembali menjatuhkan pandangannya pada Presiden dan mencoba membangunkan Presiden.

    Kihyun memalingkan wajahnya dan tersenyum tak percaya. Dia baru sadar bahwa dia tertinggal satu langkah di belakang Jooheon. Bagaimana bisa ia melupakan fakta bahwa Leader Team Divisi 1 itu selalu mengenakan rompi anti peluru di balik pakaian yang ia kenakan setiap kali meninggalkan kantor. Dan tentang insiden di Pesawat sebelumnya. Dia tidak habis pikir jika Jooheon telah mengamankan semuanya sejak awal.

    Berkat beberapa kali tepukan pelan pada wajahnya yang sedikit keriput itu, Presiden tersadar dan segera bernapas dengan berat. Pria tua itu bangkit dan langsung meraba dadanya sendiri dengan panik.

    "Apa aku sudah mati?"

    "Semua baik-baik saja, Presiden sudah aman sekarang," ujar Jooheon yang kini bisa berbangga diri.

    Presiden menanggalkan kancing kemejanya dan menyibakkanya, di mana di balik kemeja itu ia telah memakai rompi anti peluru yang sebelumnya di berikan oleh Jooheon. Pria tua itu kemudian bernapas dengan lega dan perhatian mereka teralihkan oleh sebuah Helikopter yang bergerak turun.

    Beberapa orang menyingkirkan mobil, mengosongkan halaman sebagai landasan Helikopter. Membuat angin yang kencang tiba-tiba menyapa.

    "Mari," Jooheon dan Kihyun membantu Presiden berdiri bersamaan dengan Joochan yang turun dari Helikopter dan menghampiri mereka bersama dua orang petugas medis.

    Joochan sejenak menundukkan kepalanya sebagai sebuah penghormatan. "Maaf telah membuat kalian menunggu lama."

    "Tidak masalah, sekarang lebih baik kalian bawa Presiden kembali ke Seoul."

    "Ye," Joochan memberi isyarat kepada dua petugas medis yang kemudian menghampiri Presiden dan membawa Presiden untuk naik ke Helikopter.

    Joochan sejenak meninggalkan kedua seniornya dan sempat terlibat pembicaraan dengan seseorang yang berada di bagian kemudi sebelum kembali menghampiri kedua seniornya bersamaan dengan Helikopter tersebut yang kembali terbang.

    "Bagaimana keadaan kalian?"

    "Tidak masalah, kami memiliki asuransi," ujar Jooheon dengan seulas senyum dan pandangan yang sekilas bertemu dengan Kihyun.

    "Bagaimana dengan Pelabuhan?" tanya Kihyun.

    "Aku sudah menghubungi Polisi setempat dan mereka sudah mengamankan tempat itu."

    "Aku menghubungi pusat sebelumnya, tapi kenapa kalian tidak merespon sebelum aku memberi konfirmasi ulang?"

    "Cyber Room di retas selama tiga puluh menit, mungkin itu yang membuat panggilan Seonbae tidak bisa di terima."

    "Di retas?"

    "Lagi?" Kedua Leader Team itu sekilas saling bertukar pandang. Perhatian mereka lantas teralihkan oleh sebuah ambulan yang datang.

    "Aku akan mengurus Cyber Room nanti. Hyeong, pergilan ke Rumah Sakit dulu."

    "Aku tidak memerlukan hal itu, lebih baik kita segera membawa orang-orang ini ke Seoul."

    "Kau terluka."

    "Kau pikir aku anak kecil?"

    Jooheon menghela napasnya dengan kesal. Ia lantas segera mengangkat tubuh Kihyun, menaruh di bahunya dan segera membawa seniornya tersebut menuju ambulan.

    "Ya! Apa yang kau lakukan? Cepat turunkan aku!"

    Tak mempedulikan ucapan Kihyun. Jooheon justru menggerakkan tangannya ke arah para petugas medis agar mereka segera menurunkan ranjang dorong mereka. Dan tepat setelah ia sampai di samping ranjang yang baru saja di turunkan, saat itu pula ia segera menurunkan Kihyun di atas ranjang dengan sedikit kasar.

    "Kau sudah sinting!" Kihyun hendak bangkit, namun Jooheon segera menahan bahunya yang tak terluka.

    Jooheon merendahkan tubuhnya dan berucap tepat di depan wajah Kihyun. "Berhenti sok kuat, Hyeong pikir aku tidak tahu jika itu sangat sakit."

    "Kau!"

    Tangan Jooheon berpindah pada bahu Kihyun yang terluka dan tanpa aba-aba ia segera menekan luka itu hingga membuat Kihyun berteriak.

    "Arghhhh!" Satu teriakan terdengar, namun sebelum tubuh itu meringkuk sembari memegangi lukanya. Kaki Kihyun terlebih dulu menendang milik Jooheon yang tidak seharusnya. Membuat semua orang terperangah ketika tubuh Jooheon merosot ke bawah dengan wajah yang menahan sakit.

    "Tuan, kau tidak apa-apa?" tegur salah seorang petugas medis.

    Jooheon tak menjawab. Dia hanya menggerak-gerakkan tangannya ke udara sebagai isyarat agar mereka segera membawa Kihyun.
    Dengan perasaan iba, para petugas medis itu pun segera memasukkan Kihyun ke dalam ambulan dan bergegas pergi.

    "Aku ingin menangis sekarang," gumam Jooheon dengan wajah yang benar-benar terlihat ingin menangis.

    "Seonbae, kau baik-baik saja?"

    "Panggilkan Ibuku di kuburan," lirih Jooheon.

    Satu ambulan kembali datang, dan saat itu Jooheon berdiri dengan bersusah payah. Berjalan tertatih menuju ambulan dan segera masuk ke dalam ambulan ketika para petugas medis membuka pintu belakang.

    Jooheon segera menjatuhkan tubuhnya di ranjang pasien dalam posisi miring. "Tolong, ini sangat darurat. Bawa aku ke ICU sekarang juga."

    Sesuai keinginan Jooheon. Ambulan itu pun segera meninggalkan lokasi. Membuat Hong Joochan, si Wakil Leader Team berhati dingin itu mengulas senyum tipisnya. Merasa geli dengan kelakuan konyol seniornya barusan.

    Joochan lantas berbalik dan mengambil alih keadaan. "Amankan mereka semua dan evakuasi yang terluka!" lantangnya sebelum getar ponsel menarik perhatiannya.

    Joochan mengeluarkan ponselnya dan mendapati panggilan dari Direktur mereka. "Wakil Leader Team Divisi 4, Hong Joochan," ucap Joochan sebagai kalimat pembuka.

    "Joochan, bagaimana keadaan di sana?"

    "Presiden telah di bawa kembali ke Seoul, tapi kedua Leader Team mengalami luka yang cukup serius. Terlebih Leader Team Lee Jooheon."

    "Amankan di sana, bantuan akan segera datang."

    "Ye, Direktur."

    Panggilan terputus dan Joochan segera meninjau para pelaku penyanderaan. Mungkin hari ini telah menjadi hari yang buruk bagi Badan Keamanan Negara. Di mana sebelumnya telah di kabarkan bahwa Jeon Jungkook juga mengalami kecelakaan berat dan harus di larikan ke Rumah Sakit, di susul oleh Cyber Room yang kembali di retas dan yang terakhir adalah kasus di Pula Jeju saat ini. Mungkin ketiga Leader Team yang terluka harus mengambil cuti untuk beberapa hari ke depan.




















Selesai di tulis : 22.03.2020
Di publikasikan : 23.03.2020

   

Ini adalah formasi awal dari Book ini, tapi berhubung kisah ini akan sangat panjang. Saya akan menghilangkan dua series (Bab 3 & 4) yang sebenarnya juga sangat penting, untuk bisa mencapai konflik yang sebenarnya. Adakah yang keberatan dengan hal ini?

   

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro