Page 41
Jungkook turun dari mobil yang ia tumpangi, ia sengaja tidak membawa mobilnya karna saat ini ia pergi bertiga dengan kedua Informan yang ia temui kemarin.
Dia menutup pintu dengan pandangan yang menatap ke arah bangunan berlantai lima yang tampak terbengkalai. Matanya menyipit tajam ketika sinar matahari membuat penglihatannya menjadi sedikit sensitif.
"Kalian yakin ini tempat nya?" ujarnya ketika pandangannya terjatuh pada dua orang yang sudah turun dari mobil.
"Kenapa? Kau meragukan kemampuan kami?" sarkas Peniel.
"Bukan begitu..." Jungkook mengarahkan pandangannya ke bangunan yang berada di sekitar bangunan tersebut. "Tempatnya terlalu sulit." gumamnya kemudian.
"Aku sudah mengikutinya selama berhari-hari, dan dia selalu masuk ke dalam gedung ini." Wooyeop menyahuti.
Jungkook sejenak menggaruk keningnya dan segera berjalan masuk mendahului keduanya. Tempat tersebut sedikit gelap, karna memang tak ada aliran listrik yang terhubung dengan bangunan tersebut.
Mata Jungkook memicing, melihat ke seluruh penjuru. Begitupun dengan Peniel dan Wooyeop yang mengamati ke sekeliling, hingga perhatian Jungkook teralihkan ketika seseorang tiba-tiba memegang bahunya.
Jungkook menolehkan kepalanya, mendapati Peniel yang memberi sebuah isyarat untuk mengikutinya yang kemudian berjalan menuju anak tangga yang terhubung dengan lantai satu. Ketiganya menyusuri anak tangga dengan langkah tanpa suara, tampak begitu tenang namun tetap waspada.
Mata Jungkook memicing ketika melihat Peniel mengeluarkan senjata apinya, namun tetap dalam mode santai.
"Jika dia terbunuh, kita akan kehilangan segalanya." tegur Jungkook dengan suara pelannya, memberi peringatan sebelum Peniel benar-benar menggunakan senjatanya.
"Bocah! Kau pikir aku orang bodoh? Meski jabatanmu lebih tinggi, aku tetap unggul dalam masalah pengalaman." balas Peniel yang hanya membuat Jungkook menatap pasrah ke arah punggung lebar di hadapannya.
Ketiganya sampai di lantai satu dan bergegas ke lantai dua setelah tak mendapati apapun di sana. Peniel dan Wooyeop terlihat sudah bersiap dengan senjata mereka masing-masing untuk berjaga-jaga, berbeda dengan Jungkook yang membiarkan kedua tangannya tetap kosong. Seakan menegaskan bahwa ia tak memerlukan senjata api untuk bisa melumpuhkan musuhnya. Terlihat sombong memang, tapi begitulah cara bertarung yang di lakukan Jungkook selama ini.
Meninggalkan Wooyeop dan Peniel, Jungkook memutuskan untuk pergi ke lantai atas sendirian. Kembali menyusuri anak tangga menuju lantai lima tanpa ada keinginan untuk melihat apa yang ada di lantai empat terlebih dulu.
Dia menyisir rambutnya ke belakang menggunakan jemarinya dan berjalan menyusuri bangunan yang tampak berantakan tersebut. Terdapat tumpukan kardus di beberapa sudut bangunan, tembok yang sama sekali tak menandakan jika gedung tersebut masih di huni oleh seseorang.
"Leader Team Divisi 4. Keluarlah! Dan bekerja samalah dengan baik." lantang Jungkook seakan tengah menantang musuhnya secara terang-terangan.
Dia menyingkirkan kayu yang menghalangi jalannya dengan sedikit menendangnya, membuat sedikit kegaduhan di sana. Dia terus melangkah hingga menyusuri lorong di mana terdapat banyak jendela kaca di sisi gedung.
Namun pergerakannya terhenti saat ia akan melewati persimpangan ketika ujung senjata api menempel pada pelipisnya, namun itulah hal fatal yang di lakukan dalam serangan jarak dekat.
"Kau orang Korea Utara, bukankah kau sudah terlatih untuk hal ini?" cibir Jungkook.
"Orang Korea Selatan memang bermulut besar." balas pria yang tampak lebih tua dari Peniel tersebut.
"Jangan membiarkan musuhmu melihat di mana letak senjatamu, jika kau tidak ingin berakhir dengan tragis ketika menyerang dari belakang."
Tepat saat Jungkook menyelesaikan perkataannya, tangan kirinya terulur ke samping dan mendapatkan lengan pria tersebut yang kemudian ia putar. Membuat pria tersebut kehilangan kendali pada senjata yang kemudian tak sengaja mengeluarkan sebuah peluru yang membuat mata Jungkook membulat saat ujung pistol tersebut berada di depan wajahnya.
Beruntung dia memiliki refleks yang sempurna hingga peluru tersebut melewati tepat di samping wajahnya dan berhasil menghancurkan satu jendela kaca di belakangnya.
Dan suara keras itu berhasil mengusik pendengaran Peniel dan juga Wooyeop yang segera bergegas menuju lantai atas, di saat Jungkook sendiri tengah terlibat perkelahian dengan orang asing tersebut. Dengan tangan kosong, keduanya saling baku hantam.
Jungkook terpental ke belakang ketika pria asing itu menendang menyamping dan berhasil mengenai wajahnya. Dia hampir limbung, namun dia segera membanting tubuh pria tersebut ke arah belakang dan sayangnya, si pria juga menarik bajunya sehingga ia terjatuh dalam posisi tak menguntungkan.
Jungkook berada di bawah pria asing itu yang mengeluarkan sebilah pisau dari balik bajunya dan segera menghunuskan pisau tersebut ke wajahnya. Dia berusaha menahan pisau tersebut dengan sekuat tenaga, namun serangan yang tiba-tiba membuat tubuhnya tak berjalan secepat pikirannya.
Ujung pisau tersebut menyentuh lantai setelah berhasil menggores wajah Jungkook, membuat luka yang lumayan panjang namun tidak terlalu dalam. Jungkook menggunakan sikunya untuk menghantam wajah si pria asing yang kemudian berguling ke samping.
Keduanya segera bangkit, namun si pria asing segera melarikan diri. Dari arah bawah sendiri telah terdengar sebuah tembakan peringatan. Keduanya berlari menyusuri lorong dan terdapat jendela kaca yang berada di sepanjang lorong.
Si pria berhenti ketika jalan yang di tujunya adalah jalan buntu, begitupun Jungkook yang menghentikan langkahnya dengan seulas senyum miring yang di tujukan untuk mengejek lawannya meski wajahnya sendiri terlihat tidak baik-baik saja. Wajah tampannya telah di rusak oleh luka lebam dan goresan.
Jungkook mengangkat tangan kirinya ke udara dan memberi isyarat melalui tangannya agar si pria asing itu datang padanya. Si pria asing tersebut berlari menghampiri Jungkook dan bersiap untuk kembali melancarkan serangan, begitupun juga dengan Jungkook yang sekilas mengibaskan tangan kanannya sebelum menghantamkannya ke arah lawannya.
Keduanya kembali terlibat pertarungan sengit, hingga Jungkook melepaskan sebuah tendangan menyamping. Namun sayangnya si pria asing tersebut berhasil menghindar dan alhasil kaki Jungkook menghantam kaca jendela yang langsung hancur oleh tendangan kerasnya.
Sebuah umpatan kecil keluar dari mulut Jungkook sebelum sebuah pukulan menghantam wajahnya di susul oleh sebuah tendangan di area perut yang membuatnya terpental ke belakang. Hal itu tidak di sia-siakan oleh si pria asing yang langsung melompat keluar dari jendela yang baru saja di hancurkan oleh Jungkook, dan saat itu pula Wooyeop dan juga Peniel baru sampai di tempat Jungkook berada.
Namun sebelum keduanya sempat melontarkan pertanyaan, Jungkook telah lebih dulu bangkit dan ikut melompat dari jendela. Wooyeop dan Peniel segera berlari menghampirinya dan hanya menatap tak percaya ketika dia terlibat pengejaran di atap bangunan.
"Hehh! Dia benar-benar orang Divisi 1." gumam Peniel di susul oleh seulas senyum tak percayanya.
Peniel menepuk bahu Wooyeop sebagai isyarat bahwa mereka juga harus pergi. Keduanya pun bergegas turun ke lantai bawah untuk menyusul Jungkook. Peniel tampak menghubungi seseorang ketika ia berjalan menuju mobilnya.
"Divisi 1 Peniel Shin, Mokpo. Leader Taem Divisi 4 Jeon Jungkook menghilang, segera kirimkan aku lokasinya!"
"Cyber Room?" ujar Wooyeop ketika keduanya masuk ke dalam mobil di saat panggilan Peniel telah terputus.
"Aku terlalu malas untuk menangani hal semacam ini. Gunakan ponselmu, mereka akan mengirimkan lokasinya padamu."
"Hoho, bukankah ini seperti permainan dalam Video Game." ujar Wooyeop dengan senyum riangnya yang kemudian mengeluarkan ponselnya yang memang dengan mudah terhubung dengan Cyber Room.
"Dapat." ujar Wooyeop setelah Cyber Room mengirimkan detail lokasi kemana Jungkook pergi.
"Ke arah mana?"
"Bergerak lurus ke arah barat."
"Dia bukan manusia." gumam Peniel yang segera melajukan mobilnya meninggalkan bangunan tua itu dan bergegas ke arah barat mengikuti arahan yang di berikan oleh Wooyeop.
Sedangkan di sisi lain. Bergerak ke arah barat, Jungkook terlibat aksi kejar-kejaran dengan pria asing yang berlari beberapa meter di depannya. Alih-alih berlari di jalan raya, kedua orang tersebut justru berlarian di atap bangunan tanpa peduli bangunan apakah yang menjadi pijakan keduanya.
Langkah si pria terhenti ketika ia berada di ujung atap yang ia susuri, sedangkan gedung terdekat di hadapannya berjarak kurang lebih dua meter dengan ketinggian lebih dari sepuluh meter. Sekali ia salah perhitungan dia bisa saja jatuh ke bawah dan tidak menutup kemungkinan akan mengalami hal buruk jika terjatuh dalam posisi yang tak menguntungkan.
Mata Jungkook memicing tajam ketika pria asing tersebut berlari ke arahnya, namun pria itu kembali berbalik dan berlari ke arah sebelumnya. Mata Jungkook melebar ketika melihat pria asing itu melompat ke bangunan lain, dan tanpa pikir panjang pun dia mengikuti jejak pria tersebut. Namun sayangnya percobaan pertamanya tersebut hampir gagal di saat ia tak mampu memperhitungkan jarak yang tercipta di depannya.
Tak mampu mendarat dengan sempurna, Jungkook justru bergelantungan pada gedung lain hanya dengan menggunakan satu tangan.
"Sial!" umpatan kecil yang keluar dari mulutnya.
Dia kemudian berusaha untuk kembali naik ke atas, tak perlu bersusah payah mengingat dia berasal dari pusat pelatihan Divisi 1 yang terkenal memiliki fisik yang tahan banting.
Pandangannya langsung menatap jauh ke depan, di mana pria asing itu berlari semakin jauh darinya. Jungkook sekilas melihat tangannya yang hampir di penuhi oleh darahnya sendiri, karna secara tak sadar mungkin tanggannya telah terkena pecahan kaca di gedung sebelumnya.
Mengambil satu kali napas dalam, dia kembali berlari untuk menyusul pria asing yang hampir menghilang dari pandangannya. Tanpa memperdulikan keselamatan, dia berlari di atap bangunan layaknya berlari di sebuah lahan kosong tanpa memiliki kekhawatiran bahwa sekali saja ia lengah maka semua akan berakhir.
Beberapa menit kemudian, Jungkook berhasil menyusul pria asing tersebut. Namun yang membuat Jungkook terkejut adalah saat pria itu tiba-tiba melompat ke bawah. Dia segera mempercepat langkahnya yang seketika berdiri di ujung atap yang ia pijak.
Pandangannya langsung terjatuh pada jalanan di bawahnya dan kemudian berpindah pada mobil kontainer besar yang berjalan menjauhinya, di sanalah pria asing tersebut berdiri dengan tatapan yang seakan hendak meremehkannya.
"Apa dia sedang mengujiku?" gumam Jungkook dengan suara yang terkesan malas.
Satu detik kemudian dia kembali berlari dan kali ini menyusuri jalanan di bawahnya untuk mengejar kontainer yang semakin berjalan menjauh. Meninggalkan nalurinya sebagai manusia, dia berubah layaknya seekor jaguar yang tengah mengejar mangsanya dan tak heran jika pergerakannya tersebut sempat menarik perhatian dari beberapa orang yang sempat menangkap pergerakannya.
Senyum itu tersungging untuk sepersekian detik ketika dia semakin memutus jarak dengan kontainer yang terus melaju, namun sialnya tak ada lagi jalan di hadapannya ketika barisan bangunan itu terputus oleh jalan.
Jungkook semakin mempercepat langkahnya dan tepat setelah ia menjangkau ujung gedung, dia segera melompat sekuat tenaga hingga tubuhnya terpental ke depan, membuat pria yang berada di atap kontainer membulatkan matanya ketika Jungkook seakan melayang ke arahnya dan mendarat tepat di bagian belakang atap kontainer.
Jungkook berhasil mendarat dengan sempurna di atap kontainer dengan satu lutut yang menyentuh atap kontainer, dengan napas yang memburu dan sesekali tersenggal. Dia menjatuhkan lututnya yang lain dengan kasar dan juga kedua tangan yang menyentuh atap kontainer membuat tubuhnya sedikit membungkuk.
Dia kemudian mengangkat pandangannya, mempertemukan tatapan tajam keduanya hingga senyum itu kembali tersungging di bibir Jungkook.
"Kau akan segera pergi ke neraka jika meremehkan ku." gumam Jungkook yang hanya bisa di dengar oleh dirinya sendiri.
Dia kemudian bangkit, melupakan rasa sakit yang menyerang tubuhnya. Sedikit melakukan peregangan pada lehernya dan melepas dasinya dengan kasar yang kemudian ia gunakan untuk mengikat telapak tangannya yang terus mengeluarkan darah. Dengan bantuan mulutnya, dia berhasil mengikatkan dasi tersebut.
"Kajja!!!" lantangnya dan berjalan menghampiri pria asing tersebut sembari melepas kancing teratas kemejanya, begitupun dengan pria asing itu yang juga berjalan menghampirinya.
Jungkook mempercepat langkahnya dan tepat setelah musuh berada tepat di depan mata, kaki panjangnya itu bergerak memutar dan berhasil mengenai wajah pria asing tersebut yang sempat kehilangan keseimbangannya. Namun sebelum ia berhasil melayangkan serangan kedua, pria tersebut telah berhasil menguasai dirinya kembali dan setelahnya perkelahian keduanya kembali berlangsung di atas kontainer yang masih tetap berjalan. Dan tentu saja hal itu membuat para pengendara di belakang kontainer yang mereka naiki tampak terkejut, namun ada juga yang bersorak kegirangan dan beberapa juga menyangka bahwa kedua orang tersebut tengah melalukan syuting untuk sebuah film action.
Jauh di belakang mereka, di sanalah Wooyeop dan Peniel berada. Mengandalkan informasi yang di terima dari Cyber Room, keduanya mengikuti jejak Jungkook meski sedari tadi mereka sama sekali belum melihat sosok Jungkook.
"Ke arah mana?" tanya Peniel yang sedari tadi fokus pada jalanan di hadapannya.
"Lurus saja, dia ada di depan." jawab Wooyeop dengan pandangan yang tak pernah lepas dari layar ponselnya.
Namun ada satu hal yang menganggunya. Jika di lihat-lihat, sedari tadi posisi Jungkook adalah mengikuti jalan raya dan hal itu membuat sedikit kerutan di dahinya.
"Aku harap Jungkook Seonbae tidak bertarung di tengah jalan." gumam Wooyeop kemudian dan menarik perhatian Peniel.
"Apa maksudmu?"
Wooyeop kemudian menunjukkan layar ponselnya ke hadapan Peniel sembari berkata, "Hyeong lihat sendiri, sedari tadi Jungkook Seonbae hanya bergerak mengikuti jalan raya. Tidak mungkin juga dia naik taksi."
Wooyeop kembali menarik ponselnya dan menfokuskan pada bulatan kecil berwarna biru yang terus bergerak menjauhi mereka.
"Berapa jarak dari sini?"
Wooyeop sejenak berpikir sembari menggeser layar ponselnya beberapa kali. "Sekitar seratus meter dari sini."
"Nyalakan sirinenya!"
"Woahh... Aku suka ini." ujar Wooyeop dengan senyum lebarnya.
Wooyeop kemudian memakai sabuk pengamannya karna sedari tadi dia tidak mengenakannya karna tidak ingin repot-repot jika dia harus turun dari mobil secara tiba-tiba. Setelah itu, dia segera menekan tombol kecil yang berada di dashboard mobil dan seketika suara sirine keluar dari mobil mereka dan hal itu sontak membuat mobil di hadapan mereka perlahan menyingkir dari jalanan.
Peniel yang melihat jalanan yang terbuka di depannya pun segera menaikkan kecepatan mobilnya guna memutus jarak seratus meter yang terbentang dengan Jungkook yang hingga kini masih terlibat pertarungan sengit dengan pria Korea Utara tersebut.
Selesai di tulis : 26.10.2019
Di publikasikan : 18.01.2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro