Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 39

    Mobil yang di kemudikan oleh Peniel berhenti di halaman sebuah rumah yang cukup sederhana, Jungkook keluar dari dalam mobil dan segera mengarahkan pandangannya ke sekeliling dengan tatapan yang begitu asing.

    "Ayo, masuk!" ucap Peniel dan mengalihkan perhatian Jungkook.

    Jungkook pun mengikuti langkah Peniel masuk ke dalam rumah yang bisa di bilang sedikit berantakan, dan saking fokusnya melihat ke setiap penjuru ruangan, dia bahkan tidak tahu jika Peniel menghentikan langkahnya dan membuatnya dengan sukses menabrak tubuh kekar Peniel dari belakang.

    "Maaf." Ujarnya singkat dan hanya di acuhkan oleh Peniel.

    "Tunggu di sini." ucap Peniel dan segera pergi meninggalkan Jungkook.

    Jungkook pun berjalan ke arah sofa yang berada di tengah ruangan sembari melepas jasnya. Dia kemudian segera merebahkan tubuhnya pada sofa panjang, bersikap seakan itu adalah rumahnya sendiri.

    "APA KAU DATANG KE SINI HANYA UNTUK TIDUR!!!"

    Seketika Jungkook bangkit dan terduduk lalu menolehkan kepalanya ke belakang, ke arah Peniel pergi sebelumnya setelah mendengar bentakan Peniel. Dahinya mengernyit ketika tidak mendapati siapapun, namun suara yang ia dengar setelahnya membuatnya sadar bahwa bentakan itu tidak di tujukan padanya.

    "Ah... Hyeong, aku bahkan baru pulang jam empat tadi. Kenapa selalu mengganggu tidur ku?" ucap suara asing yang samar-samar di dengar oleh Jungkook.

    "Kau kira hanya kau yang lelah? Aku juga lelah, aku bekerja setiap hari dan melakukan tugas Divisi."

    Jungkook menatap miris, di lihat dari sudut manapun sepertinya seorang Peniel Shin memanglah orang yang kejam. Matanya kemudian mengerjap untuk beberapa kali ketika melihat pemuda asing yang keluar dari salah satu ruangan dengan rambut acak-acakan khas orang baru bangun tidur lengkap dengan gerutuan yang keluar dari mulutnya.

    "Kenapa aku harus di tugaskan dengan orang bar-bar seperti dia?" gerutu pemuda tersebut dan langsung melompati sandaran sofa, mendaratkan pantatnya di sofa tepat di sebelah Jungkook yang menatapnya tanpa berkedip di saat ia sendiri tengah mengambil remot Televisi lalu menyalakannya.

    Namun ekor mata pemuda yang masih malas untuk terbuka itu menangkap sosok Jungkook yang duduk menghadapnya, dia pun perlahan menolehkan kepalanya dan tampak tertegun melihat sosok Jungkook. Bahkan saking terkejutnya dia sampai menjatuhkan remot di tangannya begitu saja.

    "Seonbae?" gumamnya tampak tak percaya.

    "Aku tidak mimpi, kan?" gumamnya kembali dan menampar pipinya sendiri lalu memekik kesakitan sembari memegangi pipinya sendiri.

    "Bukan mimpi." ucapnya yang terdengar lebih lirih, namun sedetik kemudian dia segera berdiri dengan tegap menghadap ke arah Jungkook yang menatapnya dengan raut wajah datarnya karna merasa asing dengan wajah pemuda yang terlihat tidak lebih tua darinya tersebut.

    "Lama tidak bertemu, bagaimana kabar Seonbae? Aku tidak menyangka bahwa Seonbae yang akan di kirim kemari, senang bisa bertemu kembali denganmu."

    "Siapa kau?"

    "Ye?"

    Pertanyaan yang begitu mencengangkan bagi pemuda yang sudah sangat antusias menyapanya, namun pada akhirnya dia tak mampu mengenalinya. Pemuda itu kemudian buru-buru duduk kembali.

    "Seonbae, tidak ingat denganku?"

    Jungkook menggeleng, membuat pemuda itu sedikit memiringkan kepalanya. Meskipun tidak dekat, tapi mereka sempat menjalani pelatihan bersama.

    "Seonbae, sungguh tidak mengenaliku?"

    Jungkook kembali menggeleng dengan mata bulatnya yang semakin membulat ketika ia berhadapan dengan orang asing yang tampak sedikit familiar, namun entah di mana dia pernah bertemu dengan orang di hadapannya tersebut. Dia tidak mengingatnya dengan baik.

    "Aku junior Seonbae di masa pelatihan Divisi 1. Apa Seonbae benar-benar tidak mengingatku?"

    Jungkook memiringkan kepalanya, terlihat begitu ragu. Dia mencoba mengingat-ingat di mana ia pernah melihat wajah itu sebelumnya.

    "Siapa namamu?"

    "Wooyeop, Wooyeop. Kita pernah bersama-sama menjalani pelatihan di Divisi 1."

    "Wooyeop? Ah... Wooyeop dari Divisi 1?" celetuk Jungkook kemudian setelah berhasil mengobrak-abrik memorinya dan menemukan sedikit kenangan bersama dengan Wooyeop di sana.

    "Benar, benar sekali. Aku dari Divisi Jooheon Hyeong."

    Jungkook tertawa ringan dan keduanya saling berjabat tangan sekilas. "Maaf, aku tidak mengenalimu."

    "Tidak masalah, memang sudah sangat lama sejak terakhir kali kita bertemu."

    "Apa yang kau lakukan di sini?"

    "Setelah menyelesaikan pelatihan Divisi 1, aku di tugaskan di luar Kantor dan bertugas sebagai Informan."

    "Ah... Itu pasti sangat menyulitkan untukmu."

    Wooyeop tersenyum canggung sembari sekilas menggaruk kepala bagian belakangnya. "Hari pertama memang sangat menyulitkan, tapi para senior membimbingku dengan baik."

    Jungkook mengangguk-anggukkan kepalanya sembari melihat-lihat ruangan tersebut sebelum kembali bertatap muka dengan Wooyeop.

    "Omong-omong, berapa lama kau sudah tinggal di sini?"

    "Mungkin sekitar enam bulan."

    "Masih baru ternyata."

    Wooyeop segera menggeleng. "Tidak, justru ini yang paling lama. Biasanya kami akan berpindah-pindah kota, bisa setiap bulan atau bahkan setiap minggu."

    Jungkook sedikit tertegun, dia sama sekali tak tahu jika pekerjaan Informan begitu berat. Wajar sebenarnya, karna para Informan itu menyampaikan informasi dengan cepat dan harus bergerak lebih cepat dari siapapun. Dia bersyukur bahwa dia lolos seleksi pemilihan Leader Team waktu itu. Jika tidak lolos mungkin dia akan bernasib sama seperti Wooyeop.

    "Sudah berapa lama kau tidak pulang?"

    "Sepertinya sudah lama sekali, Chuseok tahun lalu aku pulang, tapi hanya sehari."

    Jungkook menatap miris, merasa iba dengan pemuda yang lebih muda darinya tersebut. "Kau tidak berniat kembali ke Organisasi?"

    "Aku akan kembali jika Divisi memanggilku."

    "Kau membuatku merinding." gumam Jungkook dan perhatian keduanya teralihkan oleh suara pintu yang terbuka.

    Keduanya serempak menoleh ke kamar yang sebelumnya di tinggalkan oleh Wooyeop dan di sanalah Peniel muncul dengan penampilan yang lebih rapi dan terlihat manusiawi. Kemeja putih yang ujungnya di masukkan ke dalam celana bahan berwarna hitam. Jika Jungkook boleh berkomentar, penampilan Peniel sekarang lebih menunjukkan kesan bahwa pria itu merupakan anggota Divisi di bandingkan dengan preman pasar yang mengancamnya menggunakan pisau pemotong daging.

    Pandangan keduanya mengikuti pergerakan Peniel yang kemudian duduk di single sofa yang berada di samping meja. Peniel segera melemparkan sebuah berkas ke atas meja dan melihat kedua pemuda yang menatapnya dengan cara yang tak wajar.

    "Kenapa melihatku seperti itu?"

    Wooyeop menatap sinis sedangkan Jungkook tiba-tiba menjadi gugup. Jujur, dia masih belum terbiasa dengan tingkah laku Peniel yang memang seperti preman pasar. Namun setelah berganti penampilan, pembawaan Peniel dalam berbicara terdengar lebih berwibawa.

    "Bagaimana keadaan Divisi?" Peniel melontarkan pertanyaan, namun yang di beri pertanyaan sama sekali tak merespon dan membuat Wooyeop pun menjatuhkan pandangannya pada Jungkook.

    "Kau tidak dengar aku bilang apa?"

    Jungkook tersentak, menyadari bahwa dialah yang di berikan pertanyaan. "Eh? Hyeong bertanya padaku?"

    "Kau masih bocah ingusan kenapa bisa menjadi Leader Team?" gumam Peniel.

    Wooyeop langsung menimpali dengan nada mencibir, "bilang saja Hyeong iri dengan Jungkook Seonbaenim."

    Peniel geram dan langsung beranjak dari duduknya untuk memberikan satu pukulan di kepala Wooyeop yang hanya bisa mengaduh sembari menggosok kepalanya. Dan hal itu tentu saja mengejutkan bagi Jungkook. Mereka semua dari Divisi 1, tapi jika di lihat-lihat, Peniel lebih cocok berada di Divisi 3 karna terlalu bar-bar.

    Peniel kembali ke tempat duduknya, dia meraih berkas di atas meja dan langsung melemparnya ke arah Jungkook yang sedikit kesulitan untuk menangkapnya.

    "Apa ini?"

    "Pelajari baik-baik."

    Jungkook membuka berkas tersebut dan seketika raut wajahnya berubah menjadi lebih serius dan menghilangkan karakter bodoh yang sebelumnya terlihat di wajahnya. Tangannya kemudian mengambil satu lembar di mana terdapat sebuah foto seorang pria di sana.

    "Siapa orang ini?"

    Wooyeop menyahut, "orang Korea Utara, sudah beberapa hari ini aku mengikutinya. Dan tidak salah lagi bahwa pria ini adalah mata-mata dari Korea Utara."

    "Apa yang dia cari?"

    "Kita akan tahu setelah mendapatkannya dalam keadaan hidup." kali ini Peniel yang menyahut.

    "Di mana dia tinggal sekarang."

    "Dia sering berpindah-pindah tempat, tapi masih berada di sekitar Mokpo." Wooyeop kembali menyahut.

    "Jadi apa rencana kita?"

    "Pelajari berkas itu baik-baik dan kirimkan data yang di perlukan ke Divisi. Besok kita akan mulai perburuan." Peniel lantas beranjak berdiri dan berjalan menuju pintu keluar.

    "Hyeong ingin pergi kemana?"

    "Aku ada keperluan, jangan membuat kekacauan di rumahku selama aku pergi."

    Jungkook segera mengarahkan pandangannya ke sekeliling, bahkan tidak perlu ia kacaukan, ruangan itu memang sudah berantakan sejak awal. Dia kembali mengarahkan pandangannya pada Wooyeop dan sedikit tersentak ketika Wooyeop juga tengah melihatnya.

    "Bukankah Hyeong itu sedikit mengerikan."

    "Sebenarnya semua orang dari Divisi 1 memang seperti itu."

    Jungkook menatap tak percaya, dia juga orang Divisi 1, tapi dia tidak mengakui bahwa dia se-bar-bar itu. Atau mungkin memang belum saatnya.

   

Selesai di tulis : 18.01.2020
Di publikasikan : 18.01.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro