Page 37
Hannamdong. Seoul, South Korea, 02:25
Yoo Kihyun, Leader Team Divisi 2 tersebut tampak baru saja memasuki Apartement nya yang terlihat sederhana namun begitu rapi. Tidak ada satupun barang yang berserakan di sana, semua tertata dengan begitu rapi.
Dia menaruh ransel yang biasa ia bawa di atas sofa, dan berjalan ke arah dapur sembari melepas jas yang seharian penuh membalut kemeja putih nya dan bukan nya melemparnya ke sembarang arah dia justru melipatnya dan menyampirkan nya pada lengan nya.
Dia berhenti di depan kulkas, melonggarkan dasi yang mengikat lehernya sebelum akhirnya membuka pintu lemari pendingin dan mengambil air mineral dari sana.
Cukup aneh memang, karna dia justru meminum air mineral yang di simpan di lemari pendingin saat dini hari. Tapi bukan nya meminumnya dia justru menempelkan nya pada kening nya dengan mata yang sejenak terpejam.
"Istirahatlah sekarang, kau terlalu bekerja keras hari ini." Gumamnya yang kemudian kembali membuka matanya dan mengembalikan botol air mineral ke dalam kulkas lalu menutupnya kembali.
Dia mengusap keningnya beberapa kali dan kembali berbalik menuju ruang tamu dengan langkahnya yang terlihat begitu lelah, bahkan wajahnya sendiri tak memungkiri bahwa dia benar-benar membutuhkan istirahat saat ini.
Dia kembali ke ruang tamu untuk sekedar mengambil ranselnya dan berjalan menuju kamarnya, tak lupa mematikan lampu ruang tamu sebelum memasuki kamarnya yang gelap.
Dia menyalakan lampu kamarnya, namun bukanlah lampu utama yang ia nyalakan melainkan lampu temaram yang tidak akan membuat matanya silau ketika terkena cahayanya namun masih bisa membuatnya melihat seisi kamarnya.
Dia berjalan ke sudut ruangan, menaruh ranselnya tepat di dekat meja kerjanya dan menaruh jasnya di keranjang baju kotor yang terletak di dekat pintu kamar mandi tak lupa pula dengan dasinya.
Setelah rutinitas kecil tersebut dia beralih pada meja kerjanya dimana terdapat sebuah komputer dan juga beberapa tumpukan buku ataupun map di sana.
Dia mendudukkan dirinya di kursi kebesaran nya dan menyandarkan punggung nya, sejenak memejamkan matanya dengan helaan napas pelan nya yang terdengar begitu lembut.
Namun hanya beberapa detik dan mata itu kembali terbuka, meski wajahnya terlihat begitu lelah, alih-alih segera membersihkan diri dan lekas tidur dia justru menyalakan komputernya.
Sekilas mengotak-atiknya menggunakan tangan kanan nya dan kembali menyandarkan punggung nya dengan tangan kiri yang menyangga kepalanya, menunggu layar komputer menayangkan apa yang ia ingin kan.
Dan hanya dalam hitungan detik, muncul animasi pinguin kecil berkacamata yang terlihat membuka acara sebelum beberapa teman-teman nya yang bukan pinguin menyusul di belakang nya. Pororo The Little Pinguin, serial televisi anak-anak itulah yang kini di saksikan oleh Leader Team Divisi 2 saat dini hari seperti ini.
Tak lama setelah Pororo dan kawan kawan nya muncul di layar, mereka mulai menyanyikan lagu dengan riang. Namun Kihyun melihat gambar bergerak itu dengan ekpresi wajah yang sulit untuk di jelaskan, dia melihat tontonan anak kecil namun wajahnya terlihat begitu tegang seperi tengah melihat film Blockbuster.
Untuk beberapa saat hanya menikmati perjalanan si pinguin kecil yang begitu akif hingga tanpa sadar senyum itu tiba-tiba terlihat melukis wajahnya untuk sepersekian detik sebelum raut wajahnya kembali seperi sedia kala.
"Kenapa kau begitu banyak bicara sekali?" Gumamnya dan sepertinya kesadaran nya perlahan mulai berkurang.
"Kemana lagi aku harus mencari mu? Tidak mungkin juga kau benar-benar pergi ke hutan Porong Porong. memangnya ada tempat seperti itu?" Gumamnya lagi yang semakin terdengar parau hingga beberapa detik setelah kalimat itu terucap dia jatuh terlelap dalam tidurnya dengan Pororo yang masih beraksi bersama dengan kawan kawan nya, membiarkan cahaya yang keluar dari layar komputer nya menampakkan wajah lelah nya yang terlelap.
07:09
Kihyun terlonjak dari tidurnya setelah suara getar dari ponselnya yang berada di atas meja kerjanya berhasil membangunkan nya di tengah tidurnya, dia meraih ponselnya dengan tangan kiri dan menggunakan tangan kanan nya untuk mengucek matanya.
Mencoba membuka mata selebar mungkin namun apadaya matanya yang belum mau terbuka sepenuhnya dan hanya tampak seperti sebuah garis di saat dahinya mengernyit secara berlebihan, mencoba melihat siapakah gerangan yang membangunkan nya di tengah tidurnya.
Cha Eunwoo, kiranya itulah nama yang tertera di layar ponselnya. Dia menggaruk kepalanya sembari menerima panggilan tersebut dan bukan nya mengucapkan salam dia justru menguap selebar-lebarnya dan kembali menyandarkan kepalanya dengan mata yang kembali tertutup.
"Ada apa? Kau tidak tahu waktu ketika menelepon Senior mu." Ujarnya dengan suara yang belum jernih.
"Hari ini pergilah ke Kejaksaan, aku sudah membuatkan janji dengan Jaksa Penyidik Yoon pukul sepuluh nanti." Ujar Eunwoo di seberang yang berdiri di deka kaca besar yang membuatnya mampu melihat apapun yang berada di luar sana.
"Kau yang membuat janji, kenapa aku yang harus pergi? Aku masih banyak urusan, jadi pergilah sendiri." Balas Kihyun dengan malas, semalas dia untuk membuka matanya.
"Jaksa Yoon adalah orang yang sangat sulit, jika aku yang pergi hanya akan menimbulkan masalah dengan pihak Kejaksaan."
"Maka dari itu perbaiki perilaku mu, bersikap sopanlah padaku."
"Aku akan memikirkan nya lain waktu."
"Kalau begitu aku juga akan pergi lain waktu." Balas Kihyun.
"Jika aku berada di Seoul, aku pasti akan pergi sendiri."
Dahi Kihyun kembali mengernyit, pernyataan Eunwoo barusan memaksa matanya untuk terbuka meski sedikit. "Dimana kau?"
"Jeju, jangan bertanya karna aku sangat sibuk. Cukup pergi ke Kejaksaan dan ambil data tentang kasus pembunuhan yang di tangani oleh Jaksa Yoon." Tandas Eunwoo.
"Bocah! Berhenti memerintahku seenak mu." Kihyun memutuskan sambungan secara sepihak, dia melihat jam yang terdapat pada layar ponselnya dan mendengus kecil ketika meliha angka tujuh di sana.
Dia menggaruk pipinya dan beranjak dari duduk nya, mematikan layar komputer yang masih menyala dan berjalan ke arah jendela dengan langkah yang terlihat begitu malas. Tampak dia yang masih belum sadar sepenuhnya atau belum ingin.
Dia sedikit menyibakkan gorden untuk melihat keadaan di luar dan kembali menutupnya, dia kemudian mengarahkan langkahnya pada tempat tidurnya dan langsung menjatuhkan diri di atas ranjang.
Menarik selimut dengan asal dan kembali terlelap, menikmati saat-saat terakhir istirahatnya sebelum menghampiri tugas yang telah menantinya. Kurang dari satu menit dan dengkuran halus terdengar keluar dari mulutnya bersahutan dengan napas beratnya. Sepertinya dia terlalu bekerja keras untuk ukuran seorang Leader Team Senior.
Come Closer
Gedung Kejaksaan. Seoul, South Korea.
Pagi menjelang siang, Gedung Kejaksaan yang mulai tampak seperti Rumah Sakit, dimana orang berlalu lalang silih berganti.
Langkah cepat atau santai seakan tak ada bedanya, yang berbeda hanyalah tempat itu hanya di isi oleh kumpulan orang-orang berjas.
Yoo Youngjae tampak keluar dari lift dan segera berjalan menyusuri lantai yang mengkilap menuju pintu keluar, langkah yang santai namun juga tak lambat dengan wajah arogan yang menyempurnakan image nya sebagai Pengacara yang tak kenal ampun tersebut.
"Youngjae-ssi." Sebuah teguran yang pada akhirnya menghentikan langkahnya, dia pun sedikit memutar kakinya ketika melihat seseorang yang terlihat seumuran dengan nya tengah berjalan ke arahnya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Ujar pria dengan postur tubuh sempurna yang kini berdiri berhadapan dengan nya yang tidak lain adalah Lee Minhyuk si Pengacara yang tergabung dalam Asosiasi Pengacara Korea Selatan, dan pria ini pula yang saat ini mendapatkan tatapan mengintimidasi darinya.
"Aku di sini apa urusan mu?" Respon yang sungguh tidak di harapkan bagi Minhyuk, namun tak lagi membuatnya terkejut.
"Sungjae sudah menemui mu?"
"Menemui ku atau tidak, tidak akan ada yang berubah."
Sulit. Itulah yang ada dalam pikiran Minhyuk saat ini, sangat sulit dan benar-benar sulit unuk mengajak seorang Yoo Youngjae bicara dengan serius.
"Dua kali lawan mu naik banding, ku sarankan agar kau menyerah."
Mendengar saran dari Minhyuk, Youngjae hanya mampu menaikkan sebelah alisnya dengan tatapan yang terlihat begitu meremehkan.
"Menaikkan kasus ke Pengadilan bukanlah perkara mudah, kembalilah ke Asosiasi dan kembali bekerja dengan normal."
"Aku normal Kalian yang tidak normal." Sarkas Youngjae. "Ini hidup ku, mau ku apakan pun juga terserah padaku. Kenapa kalian selalu ikut campur? Bahkan aku tidak pernah meminta kalian untuk membayar makanan ku. Jangan khawatir, eoh! Meski aku tidak bekerja pun aku tidak akan hidup sebagai gelandangan." Lanjutnya yang seperti tengah menyombongkan diri, dia kemudian menepuk bahu Minhyuk beberapa kali.
"Jika ingin berdebat, temui aku di Pengadilan." Seulas senyum sinis yang menjadi kalimat perpisahan, dia pun berjalan meninggalkan Minhyuk yang terpaku di tempatnya.
"Youngjae Hyeong...."
Suara lantang yang kembali menghentikan langkahnya, dia berbalik dan seketika matanya membulat setelah mendapati Yook Sungjae berlari ke arah nya.
Tak ingin meladeni kegilaan adik tingkatnya tersebut, dia segera melarikan diri menuju pintu keluar, namun karna tidak berhati-hati dia sempat menabrak bahu seseorang.
"J-joesonghamnida." Ujarnya singkat tanpa melihat wajah seseorang yang baru saja di tabraknya dan segera berlari keluar Gedung dengan Sungjae yang mengejarnya dengan berlari sekuat tenaga, membuat Minhyuk hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah keduanya.
Dan seseorang yang sempat di tabrak oleh Youngjae sebelumnya, sedikit menyingkir dari jalan ketika melihat Sungjae berlari ke arah nya.
Dan orang tersebut tidak lain adalah Yoo Kihyun yang kini menatap aneh ke arah pintu keluar meski ia belum sempat melihat wajah seseorang yang baru saja menabraknya, dia berbalik dan kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
Namun hanya beberapa langkah dan dia kembali berhenti, dia berbalik menghadap ke arah pintu keluar. Merasa ada sesuatu yang janggal ketika mengingat seseorang yang baru saja meminta maaf ketika telah menabraknya, sejenak dia seperti tengah mempertimbangkan sesuatu sebelum sekilas memiringkan kepalanya dan kembali pada tujuan awalnya ketika ia tak mendapatkan jawaban yang ia cari.
Sedangkan di luar Gedung, Sungjae terduduk manis di ujung anak tangga setelah tak mendapatkan Youngjae saat dia berhaasil melarikan diri terlebih dulu.
"Aigoo, hanya ingin mendapatkan uang kenapa harus sesulit ini?" Gumamnya yang di sertai oleh helaan putus asanya.
"Habislah aku."
Selesai di tulis : 21.07.2019
Di publikasikan : 22.07.2019
Mohon maaf untuk typo yang berkeliaran, harap di maklumi karna beberapa Keyboard saya tidak berfungsi.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro