Page 27
Mobil Jungkook memasuki area parkir bawah tanah, dia memarkirkan mobilnya dan melepas sabuk pengaman nya. Namun bukannya keluar dia justru terdiam di dalam Mobil seakan ia yang tak berniat untuk masuk ke dalam Gedung Organisasi, perhatian nya kemudian teralihkan oleh keberadaan Jaebum di area parkir yang tampak nya ingin meninggalkan Gedung.
Tak bermaksud untuk menyapa Senior nya tersebut, Jungkook menyadarkan kepalanya dan memejamkan matanya meski ini terlalu pagi untuk tidur, bahkan dia baru saja bangun dua jam yang lalu. Haruskah dia tidur sepanjang hari hanya untuk menghilangkan wajah kusut nya semenjak menjabat sebagai Leader Team?.
Ketenangan nya tiba tiba terusik oleh getar ponselnya yang berada di saku jas nya, dia pun membuka matanya sembari merogoh sakunya. Mengambil ponselnya dan melihat mungkinkah Joocchan yang telah mengirimi nya pesan, dan dugaan nya benar bahwa memang Joochan lah yang mengirim pesan singkat kepadanya.
"Hyeong, Direktur menyuruh mu menemuinya di ruangan nya."
Jungkook tiba tiba menggaruk tengkuk nya dengan dahi yang tiba tiba mengernyit, sepertinya dia lah satu satunya Leader Team yang tersisa di Organisasi, karna seperti yang ia lihat bahwa Jaebum telah meninggalkan gedung beberapa waktu lalu. Sedangkan Kihyun masih di Rumah Sakit, begitupun Jooheon yang tengah bertugas di luar Seoul.
Dan mau tak mau, Jungkook sendirilah yang harus menghadapi Direktur karna jika pun Cha Eunwoo masih berada di sana. Anak itu juga tidak akan mau turun langsung jika terjadi kerusuhan, bahkan Jungkook sempat memprotes kelakuan nya yang membenci darah tapi malah bergabung dengan Organisasi dan jawaban yang di berikan oleh eunwoo benar benar membuat Jungkook tak habis pikir.
Jungkook turun dari mobilnya dan segera bergegas menuju ruangan Cha Seungwon.
Come Closer
Mendekat pada keramaian, matahari yang naik ke atas telah membangunkan Iblis dari Myeongdong untuk berbaur dengan manusia lain nya. Mobil hitam yang di kendarai nya menepi di jalanan yang tampak sepi oleh kendaraan, namun keramaian yang berada di depan gedung berlantai dua puluh tersebut berhasil menarik pandangan nya yang sedikit terhalang topi hitam yang ia kenakan.
Jarinya yang bergerak mengetuk kemudinya menunjukkan bahwa ia tengah menunggu sesuatu, matanya yang terus bergerak ke sekeliling dengan wajah yang begitu tenang namun tetap tak mampu menyembunyikan tatapan nya yang begitu berambisi.
"Aigoo... Kenapa juga dia harus memilih tempat seperti ini?"
Keluhnya dan menarik tangan nya dari kemudi, dia kemudian mengambil lipatan kertas dari balik sakunya dan membuka lipatan tersebut. Sekali lagi mengamati wajah seseorang yang terdapat dalam foto yang menempel pada kertas tersebut.
"Tanpa di bunuh pun dia juga akan mati cepat atau lambat." Gumamnya lagi, melihat bahwa target nya kali ini adalah seorang kakek tua.
Dia kemudian meremat kertas tersebut dan membuangnya sembarangan di dalam mobil dan beralih ke kursi penumpang bagian belakang, dia mengambil senapan laras panjang dan sedikit mengotak atik nya. Sekedar memastikan agar semua berjalan dengan baik, namun dering ponselnya berhasil mengalihkan perhatian nya.
Dia melongokkan kepalanya untuk melihat layar ponselnya yang ia taruh di Dashboard Mobil dan bergegas mengambilnya setelah tertera nama 'Rumah Sakit' sebagai sang pemanggil, dia pun segera menerima panggilan tersebut dengan rahang yang tiba tiba mengeras.
"Yeoboseyo."
"Tuan Kim Taehyung." Ujar seorang perempuan yang terhubung dengan nya melalui sambungan telepon.
"Benar, aku sendiri. Ada perlu apa?"
"Dokter Han ingin segera bertemu dengan anda."
"Ada masalah apa? Jika bukanlah hal yang penting, katakan padanya untuk menghubungi ku secara pribadi."
"Dokter Han mengatakan bahwa ini sangat lah penting. Mohon Tuan segera datang ke Rumah Sakit."
Di saat orang di seberang tengah berbicara, saat itu juga mata Taehyung menangkap arak arakan Mobil yang berhenti tepat di depan Gedung dan melihat hal tersebut dia pun segera mengakhiri pembicaraan nya dengan orang di seberang dengan cepat.
"Katakan pada Dokter Han, bahwa aku akan segera menemui nya."
Tanpa menunggu jawaban dari orang di seberang, Taehyung memutuskan sambungan secara sepihak dan menaruh ponsel nya kembali di atas Dashbord dengan sedikit melemparnya, dia kemudian beralih pada senapan laras panjang nya.
Mata tajam nya memicing, memilah satu dari sekian banyak nya orang yang berkerumun menjadi satu. Dan tak butuh waktu lama hingga netra nya menemukan seseorang yang ia cari, tak ingin membuang waktu lebih lama lagi. Taehyung mengangkat senapan laras panjang nya dan membuka jendela di samping kursi penumpang seiring dengan ia yang mengarahkan senapan laras panjang nya ke arah luar, tepat nya pada kerumunan yang tidak terlalu jauh darinya.
Dia mendekatkan wajah nya, merapat pada senapan di tangan nya. Melihat sasaran nya menggunakan teropong kecil yang menempel di bagian atas senapan dengan satu jari yang tengah bersiap untuk menekan pelatuk yang menempel pada jarinya, dengan seiring berjalan nya waktu rahang itu semakin mengeras dan membuat sedikit kerutan di dahinya tatkala sasaran nya berada dalam posisi yang sulit untuk di kenai.
Dan setelah bebrapa detik berlalu, seringaian tiba tiba muncul di wajah nya ketika melihat target berjalan sendirian.
"Maafkan aku, Kakek. Ku biarkan hidup pun anak mu tetap akan membunuh mu."
Jarinya menekan pelatuk senapan tepat setelah gumaman nya berakhir, dan tepat setelah peluru nya berhasil mengenai targetnya dengan sempurna dia segera menjalan kan mobilnya dan melarikan diri dari sana. Namun sayang nya hanya berjarak beberapa meter dari tempat sebelumnya, suara sirine polisi terdengar tidak terlalu jauh di belakang nya.
Taehyung tidak terkejut, karna sebelumnya dia sudah tahu bahwa ada pos pollisi di dekat tempatnya tadi, dan sekarang yang perlu ia lakukan hanyalah melarikan diri sejauh mungkin.
Taehyung menaikkan kecepatan mobilnya dan mengemudikannya dengan lincah di jalanan yang begitu padat, tak perduli jika sampai ia menyebabkan kecelakaan beruntun karna dia sudah melakukan nya bebarapa detik yang lalu, tepat saat ia tidak sengaja menabrak bagian belakang mobil di depan nya dan membuat mobil tersebut berbalik dan di tabrak oleh mobil di belakng nya.
Bukannya tidak perduli, tapi nyawanya lebih berarti saat ini. Jadi, di bandingkan dengan prihatin dan meminta maaf dia lebih memilih mengeluarkan seringaian nya ketika kecelakaan barusan menghalangi pengejaran Polisi terhadap nya.
Setelah melajukan Mobil nya cukup jauh, Taehyung melambatkan laju mobilnya ketika melihat sebuah Mobil yang berhenti di pinggir jalanan yang begitu sepi. sudut bibir Taehyung terangkat ketika jarak nya dengan mobil tersebut semakin dekat dan tepat setelah mobilnya akan melewati mobil tersebut, Taehyung membuka kaca jendela di samping kursi penumpang bagian depan dan saat itu pula orang di seberang melemparkan sebuah koper jinjing ke dalam mobilnya.
Taehyung sempat membuat kontak mata dengan orang berjas tersebut sebelum akhirnya kembali melajukan mobilnya sebelum keberadaan nya di ketahui oleh para pahlawan kota.
Setelah beberpa waktu berlalu Mobil Taehyung melaju di antara lahan kosong yang membentang luas di sepanjang jalan, jalanan sepi yang jauh dari kota. Namun sayang nya suara nyaring sirine terus berkumandang di telinganya, sepertinya keberadaan nya berhasil di temukan meski memakan waktu yang cukup lama.
Jika saja Changkyun yang melacak keberadaan nya mungkin saja ia tidak akan mampu meninggalkan kota detik itu juga dan itu adalah salah satu yang paling di syukuri oleh Taehyung, karna pada kenyataan nya Changkyun berjalan di jalan yang sama dengan nya.
Taehyung kemudian menghentikan mobilnya, mengambil ponselnya lalu memasukkan nya ke dalam saku. Dia kemudian beralih mengambil ransel yang berada di kursi penumpang dan menarik resleting nya, memperlihat kan sesuatu yang berada di dalaam tas tersebut yang tidak lain adalah peledak.
Taehyung kemudian menekan sebuah tombol yang kemudian mengaktifkan Bom tersebut yang siap meledak dalam waktu satu menit, dan itu berarti dia memberi dirinya sendiri waktu satu menit untuk melarikan diri.
"Untuk hari keberuntungan ku."
Sebuah seringaian yang mengakhiri perkatan nya, dia meraih koper yang baru beberapa waktu lalu ia dapat kan serta senapan laras panjang nya yang kemudian ia taruh di punggung nya dan segera bergegas keluar untuk berjalan menjauh. Alih alih berlari dia justru menikmati perjalanan nya dengan langkah yang terlihat begitu tenang.
Dan baru beberapa langkah menjauh dari mobilnya, dia menolehkan kepalanya ketika pendengaran nya menangkap suara mesin Mobil yang begitu halus dan tentu saja tanpa sirine yang menyertainya. Mata Taehyung memicing, mencoba melihat sebuah Mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi datang kearah nya dan seketika matanya melebar seiring dengan senyum nya yang melebar ketika melihat bahwa yang datang adalah Mobil sport berwarna biru tua yang sudah bisa ia pastikan siapa orang yang berada di dalam nya.
Mobil sport tersebut mengurangi kecepatan nya seiring dengan atap mobil yang terbuka dan menampakkan Kim Changkyun lah yang duduk dengan santai di dalam Mobil dengan kaca mata hitam yang menutupi tatapan nya yang selalu terlihat begitu dingin.
Tepat setelah Changkyun menjangkau tempat Taehyung dengan laju yang pelan, tanpa menunggu Changkyun menghentikan mobilnya Taehyung dengan tak sabaran segera melompat ke dalam mobil dengan senyum lebar yang masih setia melukis wajah nya.
"Waktu mu tiga puluh detik dari sekarang."
Changkyun hanya sekilas melihatnya dan kembali menaikkan laju mobilnya seiring dengan atap Mobil nya yang kembali tertutup.
"Kau ingin membunuh mereka semua?"
Pertanyaan yang begitu dingin dan mengalihkan perhatian Taehyung, dia kemudian menoleh ke belakang dan sekilas melihat lampu sirine yang mendekati mobil yang baru ia tinggalkan. Dia kemudian melihat jam di pergelangan tangan Changkyun karna dia sendiri jarang memakai jam.
"Jika mereka mati, itu bukan salah ku." Acuh nya dan kemudian duduk bersandar dengan nyaman.
Mulutnya tiba tiba bergumam dengan tatapan yang menatap lurus ke depan.
"5, 4, 3, 2, 1. Boom...."
Ujarnya, seiring dengan suara dentuman keras yang berasal dari arah belakang mereka, Taehyung kemudian melihat ke arah belakang melalui spion dan bisa di lihatnya asap hitam yang membumbung tinggi ke udara tepat di tempat yang baru mereka tinggalkan.
Seulas senyum kemenangan terukir di sudut bibirnya dan mengantarkan pandangan nya tertuju pada Changkyun yang mengemudikan Mobil nya dengan tenang, Taehyung melepas topinya dan melemparnya ke arah belakang. Dia senang bukan karna misi nya berakhir karna dia sudah tahu sejak awal bahwa dia tidak akan gagal, kedatangan Changkyun yang tak terduga lah yang membuatnya begitu senang kali ini.
Dia tidak tahu alasan kenapa Changkyun bisa sampai datang ke sana dan dia tidak membutuhkan alasan untuk itu, karna hanya dengan Changkyun mau membuka sedikit tempat untuk nya, itu sudah cukup bagi seorang Kim Taehyung.
Come Closer
"Hyeong."
Tegur Joochan ketika ia melihat kedatangan Jungkook, sedangkan dirinya kini berada di depan pintu ruangan Direktur.
"Kau masih di sini?"
"Aku menunggu mu."
Jungkook sekilas menarik sudut bibirnya dan langsung membuka pintu ruangan Direktur, dia melangkahkan kakinya masuk di ikuti Joochan di belakang nya yang kemudian menutup pintu dari dalam.
"Kalian sudah datang? Duduklah!"
Jungkook dan Joochan duduk berdampingan di sofa dan berhadapan langsung dengan Seungwon yang duduk berseberangan dengan mereka.
"Adakah misi khusus yang harus di lakukan oleh Divisi empat sehingga Direktur harus menemui kami secara pribadi?."
"Hanya kalian yang tersisa di sini, untuk apa aku harus repot repot pergi ke ruang rapat."
Seungwon kemudian menaruh sebuah berkas di atas meja tepat di hadapan Jungkook dan juga Joochan, namun Jungkook hanya melirik nya sekilas dan tampak tak tertarik.
"Pembunuhan lagi?"
Joochan kemudian menggantikan Jungkook untuk mengambil berkas tersebut dan memeriksanya.
"Kim Yoonchool, anggota DPR dari Partai Demokrat."
Cetusnya, menjawab pertanyaan yang sebelumnya di lontarkan oleh Jungkook untuk Seungwon.
Jungkook kemudian mengambil alih berkas di tangan Joochan dan melihat laporan tersebut dengan mata kepalanya sendiri.
"Bagaimana dengan pembunuhan berantai?" Ujar Seungwon mengutarakan pendapat nya.
"Si Dewa Kematian."
Cetus Jungkook setelah sempat melihat sekilas laporan yang kemudian ia kembalikan pada Joochan dengan pandangan nya yang bertemu dengan tatapan Seungwon.
"Menurut catatan waktu pembunuhan, sudah bisa di pastikan bahwa itu adalah ulah si Dewa Kematian. Aku menolak jika ini di masukkan dalam kategori pembunuhan berantai."
"Tapi kepolisian Seoul menetapkan bahwa ini adalah pembunuhan berantai." Sahut Joochan.
"Jika mereka hanya beraksi di satu kota, kau baru bisa menyebut nya sebagai pembunuhan berantai."
Seungwon dan Joochan terlihat tengah mempertimbangkan perkataan Jungkook barusan.
"Laporan Cyber Room mengatakan bahwa CCTV di daerah sana sempat di retas selama kurang lebih tiga puluh menit dan di gantikan dengan serial TV anak Pororo."
Jungkook hampir tersedak ludahnya sendiri, begitupun Joochan yang menahan agar tidak tertawa sembari memalingkan wajah nya. Kenapa Seungwon justru mengatakan sebuah lelucon di saat situasi yang sangat serius seperti ini, jika saja yang mengatakan hal tersebut adalah Jooheon. Jungkook pasti akan tertawa sembari berguling guling di lantai, Hacker mana yang merubah pantauan CCTV menjadi serial anak Pororo. Sungguh, Jungkook ingin tahu seperti apa seorang pembunuh yang menggemari Pororo tersebut.
"Kenapa tertawa? Aku sedang serius."
Tegur Seungwon dengan raut wajah nya yang datar, dia tahu itu konyol tapi itulah yang terjadi di Cyber Room menjelang tengah malam tadi.
Kedua orang tersebut kemudian berusaha untuk mengontrol ekpresi wajah mereka dan menyisihkan urusan yang melibat Pororo dalam kasus pembunuhan yang membuat mereka kelabakan.
"Bagaimana Pororo bisa masuk ke Cyber Room?"
Namun sayang nya, Joochan secara tidak sengaja melakukan kesalah fatal yang membuat pandangan nya bertemu dengan Jungkook yang seperti nya terkejut akan pertanyaan nya sebelum akhirnya terkekeh pelan. tapi sungguh, Joochan tidak sengaja melakukan nya namun hal berbeda yang ia lihat dari kesalahan yang tidak sengaja ia lakukan.
Jungkook tertawa. Setelah beberapa tahun berlalu dan pada akhirnya dia bisa melihat Jungkook tertawa di hadapan nya, meski hanya sebatas tawa ringan namun itu sudah cukup membuat sudut hati Joochan sedikit menghangat.
"Hentikan tentang Pororo, apapun yang ia lakukan di Cyber Room, aku tidak perduli dengan nya."
Seungwon tiba tiba memukul meja kaca yang hanya membuat tangan nya nyeri untuk kembali mendapatkan perhatian dari keduanya dan sontak membuat Jungkook berhenti tertawa dan kembali memperhatikan Seungwon, dia sekilas memiringkan kepalanya sembari menghembuskan napasnya. Mencoba mengontrol ekspresi wajah nya yang terasa sedikit ngilu karna Pororo yang menyusup ke Cyber Room.
"Ini akan sedikit berat."
Gumam Jungkook yang di tujukan bukan untuk kasus si Dewa Kematian, melainkan kasus si Pororo yang menyusup ke Cyber Room.
"Dari kasus yang terjadi beberapa bulan terakhir, sangat mungkin jika ini di kaitkan dengan pembunuhan berantai. Namun sangat mustahil karna dari beberapa kasus, waktu kejadian hampir bersamaan. Dan itu sudah cukup membuktikan bahwa mereka adalah orang yang berbeda." Ujar Joochan yang sependapat dengan sang Leader Team.
"Kasus ini tidak akan pernah selesai jika kita terlibat masalah dengan kepolisian kota, jalan satu satunya kita harus melakukan penyelidikan secara diam diam tanpa campur tangan dari pihak Kepolisian." Terang Seungwon.
"Divisi empat akan menyelidiki kasus Pororo yang membunuh anggota DPR Partai Demokrat."
Perkataan Jungkook membuatnya mendapatkan perhatian penuh dari kduanya, Joochan menolehkan kepalanya ke arah Jungkook dan sedikit menarik sudut bibirnya setelah mendapati garis senyum yang begitu tipis di wajah Jungkook. Sesuatu yang sudah lama tidak di lihat oleh Joochan dan entah kenapa terdapat sedikit perasaan lega di hatinya setelah melihat jungkook yang sepertinya dalam keadaan hati yang baik kali ini.
Jungkook kemudian berdiri sembari menepuk bahu Joochan. "Kami akan memberi laporan secepat nya."
Ujarnya dan kemudian pergi meninggalkan ruangan Direktur dengan Joochan yang berjalan di belakang nya.
"Kenapa tidak kau datangi saja pengusaha pengusaha itu."
Seungwon mengarahkan pandangan nya ke kursi yang berada di belakang meja kerjanya yang kemudian berputar dan menampakkan seseorang yang sedari tadi duduk di sana dan sepertinya Jungkook dan juga Joochan pun tak menyadari keberadaan nya.
"Apa maksud mu dengan mendatangi mereka?"
Ujar Seungwon yang terdengar begitu malas ketika mendengar ucapan dari putra nya sendiri, Cha Eunwoo yang telah menjabat sebagai Leader Team Divisi baru tapi selalu absen dalam setiap rapat dan tidak pernah mau mendengarkan perintahnya. Baik sebagai Direktur maupun sebagai Ayah.
"Bukankah sudah jelas, korban rata rata adalah para pengusaha. Tidakkah kau berpikir bahwa ini merupakan sebuah konspirasi?"
Seungwon menyandarkan bahunya dengan santai dan melihat ke arah Eunwoo yang berbicara dengan begitu mudah nya.
"Kasus pengusaha yang di bunuh di Sincheon, seorang Direktur dari sebuah perusahaan ternama sekaligus pemegang saham nomer dua di perusahaan. apa yang terjadi setelah dia meninggal? Saham nya secara otomatis akan di alihkan ke pemegang saham lain. Tidakkah kau sudah mendengar beritanya? Direktur Choi menjadi satu satu nya pemegang saham di perusahaan tersebut setelah dua hari berita kematian itu di publikasikan."
Seungwon sedikit memicingkan matanya, merasa heran dengan putranya yang sepertinya telah mengetahui seluk beluk atas kasus yang baru saja ia bahas. Padahal yang ia tahu Eunwoo selalu menolak untuk menangani kasus pembunuhan, bagaimana bisa dia mengetahui secara detail bahkan tentang perusahaan tersebut?.
"Dari mana kau mendapatkan informasi itu?" Selidik Seungwon.
"Apa itu adalah hal yang penting?"
Balasan yang terkesan tak perduli tersebut mengurungkan niat Seungwon untuk menginterogasi nya lebih lanjut lagi.
"Lalu kau ingin aku mendatangi siapa?"
"Tidak ada yang perduli siapa yang kau datangi, pertanyaan nya sekarang. Siapa yang kau kejar? Pembunuh bayaran? Jika sudah menangkapnya, akan kau apakan mereka? Meminta kesaksian? Tidak ada gunanya mencampuri urusan orang lain yang sama sekali tidak kau mengerti."
Eunwoo kemudian beranjak dari duduk nya dan berjalan menuju pintu keluar.
"Sebelum memulainya kau putuskan terlebih dulu, membunuh mereka. Atau membuat mereka bicara lalu membiarkan mereka di hukum mati."
Ujarnya sebelum menghilang di balik pintu, seperti kebiasaan lamanya.
"Anak itu, kenapa tidak pernah bersikap manis sekali saja pada Ayah nya sendiri? Anak siapa sebenarnya dia?."
Pintu tiba tiba terbuka dan membuat Seungwon terlonjak, terlebih lagi Eunwoo lah yang membuka nya.
"K-kenapa, kenapa kau bisa di situ?" Panik nya.
"Akan ku pastikan Eomma mendengar nya."
Tepat setelah ia mengucapkan kalimat bernada ancaman tersebut, dia kembali menutup pintu dengan keras.
"Ya! Ya! Apa yang kau katakan? Jangan macam macam!."
Seungwon bangkit dari duduk nya dengan panik dan segera mengejar Eunwoo.
"Jangan bicara macam macam pada Ibu mu! Ya! Cha Eunwoo..."
Come Closer
Jungkook keluar dari lift dan seperti sebelumnya, Joochan tampak berjalan di belakang nya. namun setelah beberapa langkah keluar dari lift, Joochan tiba tiba menghentikan langkahnya dan memperhatikan punggung Jungkook yang semakin menjauh.
Tampak keraguan dalam sorot matanya hingga ia kembali melangkahkan kakinya untuk menyusul langkah Jungkook yang semakin menjauh.
"Hyeong."
Sebuah teguran yang menghentikan langkah Jungkook dan membalikkan tubuhnya dengan sebelah alis yang sedikit terangkat, menyadari jarak di antara keduanya. Padahal jelas jelas sebelumnya Joochan berjalan tepat di belakang nya.
"Ada apa?"
Tanya nya ketika Joochan sudah sampai di hadapan nya.
"Hyeong sudah makan?"
Jungkook menggeleng. "Belum."
"Kalau begitu, mari kita makan bersama."
Tanpa sadar kedua mata Jungkook melebar setelah mendengar perkataan Joochan, karna percaya atau tidak. Ini adalah pertama kalinya Joochan mengajak nya untuk pergi bersamanya, jangan kan makan. Menjalankan misi saja mereka selalu pergi terpisah, jadi wajar jika Jungkook merasa sedikit aneh. Namun setelah kembali memperhatikan garis wajah Joochan, di bandingkan dengan menanyakan hal tersebut Jungkook lebih memilih menarik sudut bibirnya menjadi seulas senyum yang kemudian menciptakan keajaiban yang membuat Joochan melempar seulas senyum ke arah nya.
"Baiklah, ayo kita pergi bersamanya."
Senyum Jungkook melebar seiring dengan keduanya yang kembali melangkahkan kaki mereka, Jungkook tiba tiba merangkul bahu Joochan dan tawa ringan keduanya yang kemudian menarik perhatian dari seseorang yang baru saja keluar dari lift dan tengah memperhatikan mereka.
Cha Eunwoo menarik sudut bibirnya ketika menyaksikan kepergian keduanya, sebelum akhirnya mengambil langkah nya sendiri sembari bergumam dengan senyuman yang terlihat tak percaya.
"Setelah empat tahun berlalu dan kalian baru bisa tertawa bersama. Menggelikan."
Selesai di tulis : 15.04.2019
Di publikasikan : 18.04.2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro