Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Page 19

Jung Daehyun menghentikan mobilnya tepat di halaman Gedung Kejaksaan dan masih dengan situasi yang sama, bahkan sepertinya hujan bertambah lebat. Dengan payung yang berukuran cukup besar, Daehyun keluar dari mobilnya, menembus hujan dan menaiki anak tangga untuk mencapai seseorang yang tengah menunggunya di ujung tangga.
Tidak sampai satu menit dan dia berhasil mencapai ujung tangga, dia kemudian berjalan ke pintu masuk dan saat itu pula seseorang keluar dari dalam gedung.

"Kau benar benar ke sini?"

Sebuah pertanyaan yang langsung menyapanya, terucap dari seorang Yoo Youngjae. Si pengacara muda yang melakuakn pekerjaan nya secara cuma cuma atau gratis, hal itu pula yang membuatnya pilih pilih kepada klien nya, dan tak jarang dia sering di maki karna di bandingkan dengan menangani kasus dengan bayaran besar namun klien nya yang bermasalah, dia lebih memilih menangani kasus kecil tanpa bayaran.
Apa dia orang baik?. Dia baik, tapi hanya pada beberapa orang, dia membuat nama baiknya dengan sangat ssmpurna. Menyisihkan uang untuk keadilan tapi sayang nya, hanya Jung Daehyun lah yang tahu bahwa dia adalah seorang penggila uang.

"Kajja!"

Tanpa menjawab pertanyaan sebelumnya, Daehyun segera memberi isyarat agar Youngjae berdiri di sampingnya.
Dengan kedua tangan yang memeluk tas jinjing nya, Youngjae berdiri tepat di samping Daehyun dan keduanya berjalan beriiringan menuruni anak tangga.

"Aigoo... Kenapa licin sekali." Gerutu Youngjae.

Dan setelahnya langkah keduanya terhenti setelah terdengar suara petir yang tiba tiba dan membuat Youngjae berteriak kaget sembari mengeratkan pelukannya pada tas nya.

"Kamjagiya.. Aishh...."

Dia menatap ke arah langit seperti hendak mengajak berkelahi.

"Ya!! Aishh.... Mengagetkan saja, jika aku terkena serangan Jantung, akan ku tuntut kau!"

Makinya yang di tujukan pada petir yang telah berlalu, membuat kedua alis Daehyun saling bertautan. Hanya orang gila yang akan menuntut petir, terlebih lagi mengucapkannya dengan lantang.

"Percuma saja kau memarahinya, dia sudah pergi."

Youngjae mengarahkan pandangannya yang masih terlihat kesal pada Daehyun.

"Cepatlah, baju mu bisa basah."

Kedunya pun kembali melanjutkan langkah mereka yang sempat terhenti, setelah sampai di mobil, Daehyun segera membukakan pintu untuk Youngjae dan menutupnya kembali ketika Youngjae sudah berada di dalam.
Daehyun pun segera menyusul dengan langkah cepat, mengingat hujan yang begitu deras.

"Kenapa kau ingin pergi ke Ilsan?"

Daehyun berujar setelah ia telah berada di dalam Mobil dan tengah memakai sabuk pengaman nya.

"Kau ingat, kasus tanah milik Cheolso Abeoji?"

"Bukankah kasus nya sudah selesai?"

"Pengusaha keparat itu mengajukan banding dan pengadilan menerimanya, kalau tahu begini ku habisi saja di sejak dulu. Menyebalkan! Aku kan juga masih harus bekerja, kenapa lintah darat itu tidak juga berhenti, haruskah aku mempermalukannya sekali lagi."

Berawal dari penjelasan dan berakhir dengan cacian, Daehyun tak merasa aneh dengan hal itu karna untuk bisa menyelesaikan masalah di Meja Hijau membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan karna Youngjae melakukan pekerjaan nya secara gratis, ada kalanya dia benar benar dalam keadaan miskin dan hanya menumpang hidup pada Daehyun. Dan omelan seperti ini hampir setiap hari di dengar oleh Daehyun.

"Kau tetap ingin melanjutkannya?"

Ocehan Youngjae terhenti oleh pertanyaan Daehyun, dia menolehkan kepalanya pada Daehyun dengan raut wajah yang terlihat begitu kesal.

"Kau tidak terikat kontrak apapun, kau bisa mundur kapan pun kau mau."

"Cih." Youngjae berdecih sembari sekilas memalingkan wajah nya dan kembali pada Daehyun. "Siapa yang akan mundur?. Akan ku pastikan membuat si lintah darat itu berlutut di kaki ku."

Daehyun mengambil dompetnya dari dalam saku di saat Youngjae kembali mengamuk dan membuat suasana di dalam Mobilnya menjadi seperti sarang lebah, dia menarik salah satu kartu kredit yang kemudian ia sodorkan pada Youngjae yang menatap heran ke arah kartu di tangan Daehyun.

"Apa ini?"

"Pakai saja!"

Jawaban singkat di saat ia tengah menyalakan mesin mobilnya, sempat membuat mata Youngjae melebar ketika meneliti design dari kartu tersebut dan mulut yang terbuka tampak tak percaya, dia kemudian mengalihkan pandangannya pada Daehyun.

"Unlimited?"

Tak ingin menjawab, Daehyun hanya sekilas memandang Youngjae dan segera melajukan Mobil nya di saat Youngjae tertawa tanpa suara. Tampak seperti anak kecil yang di beri uang jajan oleh sang Ayah.

"Woah... Cuacanya bagus sekali."

Daehyun menarik sudut bibir nya, bahkan hanya karna dengan mendapatkan uang suasana hatinya bisa berubah denhan cepat kalau begitu untuk apa dia meninggalkan Asosiasi dan lebih memilih melakukan pekerjaan nya dengan cuma cuma. Tentu saja dia memiliki alasan di balik itu semua .

"Pakai sabuk pengaman mu!"

"Eoh!"

Youngjae sedikit terkejut dengan peringatan Daehyun, dia pikir dia sudah memakainya. Dengan sekilas memiringkan kepalanya dia memakai sabuk pengaman nya.

"Kapan hujan nya akan berhenti?" Gumamnya kemudian sembari mengarahkan pandangannya menatap langit mendung.

"Bukankah kau bilang bahwa cuaca nya sangat bagus?"

"Eih... Apapun bisa menjadi baik jika ada uang."

Daehyun tertawa ringan, tampak tak percaya dengan apa yang baru saja di katakan oleh Youngjae.

"Nanti malam, aku ada urusan di Ilsan."

Mata Youngjae membulat untuk sepersekian detik sebelum akhirnya mengarahkan pandangannya pada Daehyun yang fokus pada jalanan di depan nya.

"Perlu bantuan?"

"Tidak, kau urus saja kasus Cheolso Abeoji."

Youngjae mengangguk paham sembari mengalihkan pandangannya. "Geurae... Jika kau tidak butuh bantuan, aku akan tidur saja di penginapan."

Sudut bibir Daehyun terangkat sekilas di saat Youngjae tak lagi melihat nya.




BLACKOUT



Minhyuk menginjakkan kakinya di lantai Bandara Incheon dan sebuah Ambulan langsung datang mendekat, sekilas Minhyuk mengarahkan pandangannya pada Ambulan yang sudah bisa di pastikan bahwa itu dari Rumah Sakit Hankuk, sebelum akhirnya bergegas untuk mengambil kopernya dan melakukan tugas akhir untuk menjaga nama baik nya sebagai seorang Dokter Bangsal Anak di salah satu Rumah Sakit besar Seoul.

Saat berjalan keluar Bandara, dia melihat seseorang berpakaian formal berdiri di sebelah kursi panjang dengan pandangan yang terarah padanya, pria tersebut kemudian menaruh sebuah tas jinjing berwarna hitam di atas kursi lalu meninggalkannya begitu saja.
Minhyuk menarik sudut bibir nya dan berjalan ke tempat pria yang sebelumnya ia lihat, tanpa ragu ia menyambar tas tersebut dan langsung pergi.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh dan langit Seoul yang mulai cerah ketika lewat tengah hari, meski jalanan yang masih licin karna aspal yang belum mengering.
Taksi yang di tumpangi Minhyuk berhenti di depan Rumah Sakit Hankuk, dia segera turun dari mobil dan menunggu sang supir menurunkan koper nya.

"Seonbae..."

Teriak seorang pemuda yang mengenakan seragam Dokter dan berlari ke arah Minhyuk dan berhasil mengalihkan perhatiannya.

"Eoh..! Siwoo-ya, tolong bawakan ini ke ruangan ku!"

Ujar Minhyuk sembari memberikan koper dan tas nya kepada pemuda bernama Siwoo yang baru saja menghampirinya tersebut.

"Aku mengerti."

"Terimakasih."

Minhyuk sekilas menepuk bahu Siwoo dan bergegas masuk ke dalam bangunan Rumah Sakit dengan langkah yang tampak terburu buru, dia berjalan ke IGD, tempat terkutuk yang sudah lama ia tinggalkan.
Eunseo yang saat itu tengah berada di bagian informasi bersama dengan Taeyong di samping nya yang tengah sibuk memeriksa berkas di hadapan nya, melihat kedatangan Minhyuk.

"Apa yang di lakukan Dokter Bangsal Anak di sini?"

Gumamnya, membuat Taeyong melihat ke arah nya dan melongokkan kepalanya, mengikuti arah pandang Eunseo.

"Seperti nya dia baru pulang." Sahut Taeyong dan kembali meneliti berkas di hadapan nya.

"Ada seseorang yang meninggal di Pesawat penerbangan dari Dubai, aku dengar Dokter Lee Minhyuk yang bertanggung jawab atas otopsinya." Terang seorang petugas wanita yang duduk di balik meja.

"Jinjja...?" Seru Eunseo seakan tak percaya.

"Dia benar benar menjadi orang yang sibuk."

Lagi, Taeyong menyahuti tanpa mengalihkan pandangannya pada berkas di tangan nya, Eunseo sekilas melihat ke arah Taeyong sebelum akhirnya kembali pada pekerjaan nya sendiri.




THE BLOOD WAR : CHAPTER 1
DAZZLING SEOUL NAIGHT IN CRIME
[JILID 1]
18.03.2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro