37
Kedua kelopak mata Kihyun terbuka secara perlahan. Namun apa yang kini berada di hadapannya membuat kedua matanya mengerjap beberapa kali sebelum ia yang segera bangkit dan mengarahkan pandangannya ke sekeliling. Merasa heran dengan keberadaannya di dalam kamarnya saat ingatan terakhirnya adalah saat ia bersama dengan sosok Minhyuk yang datang padanya dengan wajah yang mengerikan.
Pandangan Kihyun kemudian terjatuh pada jendela kamarnya yang masih tertutup, di mana terlihat cahaya yang berasal dari sana. Ia pun lantas segera turun dari ranjang dan bergegas berjalan menuju jendela.
Di sibakkannya gorden yang menutupi jendela dan membuatnya melihat langit yang sudah kembali cerah dan itu artinya hari telah berganti.
Pandangannya kemudian terjatuh dengan tatapan bingung yang menunjukkan rasa tidak percayanya, mungkinkah Minhyuk yang mengantarkannya pulang semalam.
Belum cukup rasa kebingungan yang menyergapnya di pagi hari saat ia terbangun dari tidurnya. Kihyun di kejutkan oleh pendengarannya yang menangkap suara ponsel yang bergetar. Namun hanya ada getar ponsel yang berhasil di terima oleh pendengarannya.
Mengabaikan keributan di halaman yang di ciptakan oleh burung-burung Gereja yang saling bersahutan. Dengan segera Kihyun berjalan ke arah meja belajar dan mengambil ponsel miliknya yang tergeletak di atas meja. Di sana, Kihyun kembali di kejutkan ketika ia melihat nama sang pemanggil yang tidak lain adalah Lee Minhyuk.
Ekor mata Kihyun bergerak ke samping, merasa ragu untuk menjawab panggilan dari teman barunya itu yang bahkan ia merasa bahwa mereka belum bertukar nomor telepon. Namun panggilan yang tak kunjung berhenti membuatnya tak memiliki pilihan lain. Sebelum ada yang memergokinya, ia pun menerima panggilan tersebut dan segera bergegas menuju kamar mandi. Tak ingin jika sampai saudara-saudaranya melihatnya menerima panggilan dari seseorang yang seharusnya tak bisa ia lakukan.
Kihyun menutup pintu kamar mandi dan bersandar di sana setelahnya. Menunggu seseorang di seberang yang tak kunjung bicara dan membuatnya berpikir, mungkin saja ia yang tidak bisa mendengar suara Minhyuk melalui sambungan telepon. Begitupun sebaliknya, karna akan sangat menakutkan jika saat ini Minhyuk bisa mendengar suara hatinya.
"Aku bisa mendengarmu, lalu apa masalahnya?"
Kedua netra Kihyun membulat. Kejutan di pagi hari yang sukses membuatnya merasa sangat terancam dengan sosok teman barunya yang sangat misterius dan sedikit menakutkan. Dari seberang lantas terdengar suara tawa ringan dari si murid baru.
"M-Minhyuk-ssi." panggil Kihyun dalam hati. Mencoba menguji kemampuan Minhyuk yang seketika menghentikan tawa pemuda asing itu.
"Kenapa?"
"Kau... Kau bisa mendengarku?"
"Tentu saja, memangnya kenapa tidak bisa?"
Tubuh Kihyun merosot ke bawah. Merasa terguncang di saat harusnya ia merasa senang ketika ia tidak akan merasa kesepian lagi ketika memiliki seseorang yang bisa di ajak untuk berbicara. Namun bukan orang ajaib seperti Minhyuk yang di harapkan oleh Kihyun.
"Aku sudah gila." gumam Kihyun dalam hati.
"Kau di mana?"
"Di kamar mandi."
"Sedang bersembunyi?"
"Eoh... Aku matikan dulu teleponnya."
"Kenapa?"
"Kau sangat menakutkan."
Kihyun memutuskan sambungan secara sepihak. Tangan yang memegang ponsel merosot ke bawah dan tergeletak di lantai dengan tatapan tak percaya. Meninggalkan ponselnya di lantai, ia menggunakan kedua tangannya untuk memegangi kepalanya dengan wajah yang bersembunyi di antara kedua lututnya. Merasa semua terlalu rumit dan tak masuk akal.
Dia berharap bahwa Lee Minhyuk hanyalah sebuah fantasi dari rasa kesepiannya selama ini. Dia berharap Lee Minhyuk bukanlah sesuatu yang nyata, dia berharap Lee Minhyuk hanyalah perwujudan dari keinginannya yang menginginkan seorang teman, dia berharap. Dia berharap bahwa Lee Minhyuk benar-benar tercipta sebagai imajinasinya yang akan menghilang ketika ia kembali pada kenyataan.
Kembali ke sekolah, melakukan aktivitas sebagai pelajar. Kihyun berjalan di belakang ketiga saudara termudanya ketika Yoongi dan Mark yang sudah menghilang dari perederan sejak turun dari Bus sebelumnya.
Memasuki bangunan sekolah, ketiga adiknya berpamitan untuk pergi ke kelas mereka sendiri, sedangkan Kihyun berjalan menaiki anak tangga untuk bisa sampai di kelasnya. Dengan pandangan yang mengarah ke bawah, pemuda itu berjalan tanpa semangat. Tampak lebih lesu dari pada sebelumnya hingga tanpa ia sadari bahwa saat itu dia hampir sampai di tempat Minhyuk yang saat itu berdiri di pinggir anak tangga.
"Pagi."
Netra Kihyun melebar, menunjukkan ketertegunan bersamaan dengan langkah kakinya yang terhenti tepat di samping Minhyuk. Perlahan ia mengangkat wajahnya dan menoleh ke samping yang seketika di sambut oleh senyum ramah di wajah si murid baru.
Tak berusaha menjawab teguran dari si murid baru. Kihyun lantas kembali melangkahkan kakinya dengan lebih lebar seakan ingin melarikan diri dari Minhyuk. Si murid baru lantas tertawa tanpa suara sebelum menyusulnya.
Sesekali Kihyun menoleh ke belakang dan semakin mempercepat langkahnya ketika mendapati bahwa si murid baru tengah mengikutinya hingga tanpa ia sadari hal itu menimbulkan kepanikan di wajahnya.
Sampai di persimpangan, Kihyun berbelok. Menghindari jalan yang akan membawanya ke ruang kelasnya dan pada akhirnya mengantarkannya untuk sampai di atap gedung sekolah, di mana tak ada satu orangpun yang ia temui di sana.
Melangkahkan kakinya hingga langkah itu terhenti tepat di tengah atap gedung. Kihyun berbalik ke pintu dan mendapati si murid baru yang keluar dari sana dan tengah berjalan ke arahnya.
Senyum tipis itu mengingatkan Kihyun pada wajah pucat yang mengerikan semalam. Namun ketika di perhatikan kembali, tak ada yang aneh dengan wajah Minhyuk, semuanya tampak baik-baik saja.
Kihyun mundur selangkah ketika Minhyuk berhenti di jarak dua langkah darinya. Tampak begitu was-was meski orang di hadapannya tampak begitu santai dan tidak ada tanda-tanda seperti memiliki niatan jahat padanya.
"Kenapa melihatku seperti sedang melihat hantu? Kau bersikap seakan-akan aku akan mendorongmu ke bawah."
"Siapa kau sebenarnya?" pertanyaan menyelidik dengan sikap yang begitu was-was.
Seulas senyum itu terangkat lebih lebar dengan begitu lembut. "Lee Minhyuk, bukankah kita sudah berkenalan sebelumnya? Apa kau sudah melupakan namaku?"
Kihyun menggeleng dengan cepat. "Bukan itu!"
"Lalu?"
"W-wajahmu, semalam... Ada apa dengan wajahmu?"
Minhyuk sejenak meraba wajahnya sendiri. "Ada apa? Apa ada sesuatu di wajahku?"
"Wajahmu retak!" bentak Kihyun yang kemudian tampak menyesali perkataannya dan menampakkan kebingungan di wajahnya.
Senyum di wajah Minhyuk menghilang, namun tidak dengan sikap ramahnya. Dia menurunkan tangannya dari wajahnya dan memandang Kihyun dengan tatapan lembut yang akan membuat siapapun merasa bersalah setelah mengatakan hal sefrontal itu.
"Kau... Sudah melihatnya. Jadi aku tidak akan menutupinya lagi darimu."
"Menutupi, apa?"
Minhyuk berjalan mendekat dan membuat sedikit kepanikan bagi Kihyun. Namun si murid baru itu justru melewatinya begitu saja.
"Ikutlah denganku jika kita adalah teman."
Kihyun berbalik, menatap punggung Minhyuk yang berjalan ke pinggir gedung, kembali duduk di pinggiran gedung seperti kemarin. Tampak begitu ragu, ia tak beranjak dari tempatnya dan tetap memperhatikan Minhyuk yang kemudian menoleh ke arahnya.
"Kau tidak akan kemari?"
Dahi Kihyun sedikit mengernyit hingga kemudian langkah kakinya membawanya mendekati Minhyuk dan berdiri di samping si murid baru. Membuat pemuda itu mendongak untuk bisa melihat wajahnya.
"Aku tidak akan benar-benar menjatuhkanmu dari sini, kenapa kau penakut sekali?"
Tanpa di suruh sekalipun, Kihyun lantas menempatkan diri duduk di samping Minhyuk meski pada kenyataannya dia masih memiliki ketakutan pada sosok pemuda yang saat ini berada di sampingnya.
"Sekarang katakan, kau tidak sedang mempermainkanku, bukan?"
"Tentang apa?"
Kihyun menyentuh wajahnya sendiri. "Wajahmu, semalam. Bagaimana bisa seperti itu?"
Minhyuk tersenyum lebar dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Bukankah aku terlihat sangat menakutkan?"
"Benar, kau sangat menakutkan. Sebenarnya kau manusia atau bukan?" hardik Kihyun meski hanya ada kekesalan yang bisa terlihat di wajahnya tanpa mulutnya yang berusaha terbuka dan mengutarakan suara hatinya.
"Aku Lee Minhyuk."
Kihyun memalingkan wajahnya dengan tatapan yang tampak jengah sebelum kembali bertemu pandang dengan Minhyuk. "Jangan mempermainkanku."
"Kapan aku melakukannya?"
"Kau ini, manusia, kan?"
"Jika bukan, apa kau akan melarikan diri dariku?"
Kihyun langsung mengangguk tanpa ada sedikitpun keraguan dan justru mendapati senyum Minhyuk yang kembali melebar.
"Jangan tersenyum seperti itu, cepat jawab pertanyaanku."
"Kau mungkin akan menjadi gila jika aku mengatakannya."
Kihyun menggeleng dengan cepat. "Katakan saja, aku memang sudah gila sejak mengenalmu."
"Kau percaya tentang sihir?"
Kihyun tertegun, merasa aneh dengan pertanyaan Minhyuk.
"Mungkin memang tidak masuk akal, tapi mereka benar-benar ada."
"Kau, pernah bertemu dengan mereka?"
Minhyuk memandang Kihyun dan mengangguk.
"Apa... Yang mereka lakukan?"
"Wajah yang semalam kau lihat adalah wajahku yang sebenarnya setelah mereka memberiku sebuah kutukan."
"Kutukan?"
Minhyuk kembali mengangguk. "Kutukan yang hanya bisa kau sembuhkan. Itulah sebabnya aku menemuimu."
"A-aku tidak mengerti. Apa yang sebenarnya sedang kau bicarakan?"
"Itulah wujudku ketika seseorang melukaiku. Dan wajahku tidak akan bisa kembali normal tanpa bantuanmu."
"K-kenapa? Kenapa harus aku?"
"Karna Yoo Kihyun telah terikat Takdir dengan Lee Minhyuk sebelum ia di lahirkan."
"Tidak mungkin, kau hanya mengada-ngada." Kihyun memalingkan wajahnya dengan gelisah, merasa semakin gila setelah mendengar hal gila yang baru saja di ucapkan oleh si murid baru.
"Kau sudah mendapatkan buktinya."
Kihyun mengembalikan pandangannya pada Minhyuk dengan tatapan menyelidik. "Apa?"
"Aku bisa tahu apa yang ingin kau katakan, aku tahu isi hatimu, aku bisa tahu jika kau ingin meninggalkanku. Bukankah itu sudah cukup untuk di jadikan sebagai bukti bahwa sihir itu memang benar adanya?"
"Kau, bukan penyihir, kan?"
"Aku yang di kutuk, kenapa kau malah menuduhku sebagai penyihir?"
Kihyun mengusak kepalanya dengan kasar, begitu frustasi di pagi hari hanya karna satu orang yang sangat misterius.
"Aku bisa mengajarimu untuk berbicara."
Sedikit terkejut, Kihyun menurunkan tangannya dan kembali memandang Minhyuk. "Bagaimana caranya?"
"Aku akan mengajarimu bagaimana cara untuk berbicara, tapi dengan satu syarat."
"Apa itu?"
Seulas senyum tertarik dengan lembut di kedua sudut bibir Minhyuk. "Kau harus ikut denganku."
Selesai di tulis : 24.02.2020
Di publikasikan : 26.02.2020
Respon kalian sangat menentukan kelanjutan dari Book ini, karna setiap Book yang mendapatkan respon baik akan di masukkan ke Line Up pembaharuan setiap bulannya. Bukan hanya Vote, namun juga tanggapan kalian terhadap kisah ini karna saya tidak tahu tangapan kalian jika kalian tidak menulisnya di sini.
Up hari ini untuk membayar Up kemarin yang tidak berjalan sesuai rencana karna saya sedang Mudik🤭🤭🤭
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro