Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

24

Sinar matahari yang semakin meredup ketika sang surya tersebut hampir sampai di penghujung kota dan tepat setelah kegelapan benar-benar merengkuh Seoul sepenuhnya. Saat itu pula waktu akan terasa berjalan begitu cepat hingga tak banyak yang bisa di lakukan oleh beberapa orang di saat mereka menghabiskan waktu yang singkat hanya untuk berpikir.

Yoo Kihyun terbangun dari tidur panjangnya setelah pendengarannya menangkap keributan yang terjadi di luar kamarnya.

Perlahan kelopak mata itu terbuka dan mengerjap dengan pelan selama beberapa kali, mencoba mengumpulkan ingatan sebelum ia kehilangan kesadarannya, namun dia justru merasa linglung ketika tak ada satupun ingatan yang ia temukan. Namun dia masih bisa tahu bahwa saat ini dia berbaring di dalam kamarnya.

"Ya! Lee Jooheon, cepat bangunkan Kihyun! Harus berapa lama lagi dia tidur, eoh!?" suara lantang Mark dari lantai bawah sampai ke pendengaran Kihyun dan di susul oleh suara Jooheon yang terdengar samar-samar berbaur dengan suara lainnya.

"Dia sedang sakit, biarkan saja dia tidur."

"Matamu sudah buta?! Kau tidak tahu ini sudah malam?!"

Kihyun masih belum bergerak sama sekali, tapi tunggu! Apa dia baru saja mendengar suara. Batinnya tersentak dan dia pun segera bangkit dengan wajah yang sangat terkejut, namun setelahnya hanyalah senyap yang ia rasakan ketika semua suara yang sempat mengisi pendengarannya tiba-tiba menghilang.

Kedua tangannya dengan ragu menyentuh kedua telinganya dengan pandangan yang terjatuh. Perlahan namun pasti, tangannya bergerak menekan telinganya. Merasa semua terasa seperti mimpi, namun dia bisa mendengar suara ribut di luar dengan sangat jelas meski ia tidak mampu mengenali suara siapa yang tengah berbicara selain suara Jooheon karna orang yang sebelumnya berbicara telah menyebutkan nama Jooheon.

"Apa aku bermimpi?" ucap Kihyun dalam hati. Dia sangat berharap bahwa dia tidak bermimpi, namun kenapa semua tiba-tiba senyap seperti sedia kala di saat ia bangkit.

Kepalanya semakin menunduk dengan tangan yang beralih mencengkram kepalanya ketika perlahan ingatan sebelum ia jatuh tertidur di dalam Gereja mulai bermunculan, namun anehnya semua kejadian terputar secara acak dan hal itu membuatnya terlihat kebingungan dan tanpa sadar menekan kepalanya terlalu berlebihan hingga sebuah tangan menahan tangannya.

Kihyun lantas mengangkat wajahnya dan menemukan Jooheon lah yang menahan tangan kanannya dengan tatapan yang penuh selidik di saat wajahnya terlihat begitu kacau.

"Ada apa? Hyeong sakit?" ucap Jooheon dengan pengejaan yang di perlambat.

Kihyun yang mampu menangkap maksud dari Jooheon pun menggeleng dan menurunkan tangannya, mencoba memperbaiki raut wajahnya yang tampak kacau seperti orang yang baru saja mengalami mimpi buruk.

Jooheon yang tak mudah percaya pun segera menarik wajah Kihyun agar kembali menghadapnya dan hal itu sedikit mengejutkan Kihyun, terlebih wajah Jooheon yang terlalu dekat dengan wajahnya.

"Kenapa, Hyeong tidur lama sekali? Kau mendengarnya?"

Kihyun merasa ragu, namun dia bisa mengerti apa yang baru saja di tanyakan oleh Jooheon. Yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah seberapa lama dia tidur.

Jooheon yang tak yakin bahwa Kihyun mampu mengerti apa yang ia ucapkan pun memutuskan untuk mengulang kembali perkataannya dengan lebih pelan.

"Lihat mulutku baik-baik!" ucapnya sembari sekilas menunjuk ke arah mulutnya sendiri dan kembali berucap, "kenapa... Hyeong tidur lama sekali?"

Kihyun menurunkan tangan Jooheon dari wajahnya dan menggeleng pelan, dia kemudian memberikan isyarat pada Jooheon bahwa ia membutuhkan buku.

Jooheon lantas menuju meja belajar dan mengambil buku secara asal serta sebuah pena lalu dengan cepat kembali ke tempat Kihyun dan menyerahkan buku beserta pena tersebut kepada Kihyun.

Kihyun segera membuka buku tersebut dan menuliskan sesuatu di sana yang kemudian ia tunjukkan pada Jooheon.

"Jam berapa sekarang?" itulah yang tertulis di sana.

Jooheon sekilas menggaruk telinganya sebelum menjawab, namun bukannya mulutnya yang menjawab, melainkan ia yang menunjukkan kesepuluh jarinya yang mengisyaratkan bahwa saat itu memasuki pukul sepuluh.

Kihyun menghembuskan napasnya ketika mengira hari itu masih pagi, dan itu berarti dia tidur dalam waktu yang singkat. Namun ketika ia mengalihkan pandangannya, dia tidak sengaja melihat ke arah jendela yang tidak tertutup oleh gorden sehingga ia bisa melihat keadaan di luar yang gelap.

Dia kemudian segera beranjak dari ranjangnya dengan terburu-buru dan segera bergegas ke jendela. Di bukanya jendela tersebut dan sontak dia terkejut ketika mendapati keadaan di luar benar-benar gelap, dan itu berarti pukul sepuluh yang di maksud Jooheon bukanlah pagi, melainkan malam. Dan itu berarti dia sudah tidur lebih dari dua belas jam.

Dia mengerjap tak percaya, mana mungkin dia tidur sampai selama itu dan kebingungannya berakhir setelah Jooheon menyentuh bahunya. Namun dia segera berjalan kembali ke arah ranjang dan mengambil buku yang sempat terlempar dari tangannya. Kembali menuliskan sesuatu dan mendekati Jooheon agar Jooheon membacanya.

"Kenapa kau tidak membangunkanku?"

Jooheon menatap ragu ke arah Kihyun dan buku di tangan Kihyun secara bergantian, karna satu-satunya alasan dia tidak membangunkan Kihyun tidak lain karna memang Kihyun yang tidak bisa di bangunkan. Dan setelah mendengar penjelasan Dokter saat dia mengunjungi ruangan Dokter secara diam-diam waktu itu, dia lebih memilih menunggu hingga 1×24 untuk mengambil tindakan jika Kihyun tidak bangun dalam kurun waktu tersebut. Dan karna hal itu pula dia selalu berdalih jika ada seseorang yang menanyakan keadaan Kihyun agar tidak menimbulkan kekhawatiran.

Jooheon kemudian meraih buku di tangan Kihyun dan menuliskan sesuatu yang kemudian ia tunjukkan pada Kihyun.

"Aku sudah membangunkan Hyeong berkali-kali, tapi Hyeong tidak juga bangun. Dokter mengatakan bahwa Hyeong bisa tidur kapan saja dalam waktu yang lama, tapi itu tidak berbahaya. Itulah sebabnya aku membiarkan Hyeong bangun sendiri."

Kihyun menggaruk pelan kepalanya, menampakkan garis wajah yang terlihat frustasi. Jooheon yang melihatnya lantas menepuk bahu yang lebih tua dan membuat pandangan Kihyun terjatuh padanya.

"Sekarang, kita makan dan minum obat." ucap Jooheon dengan penuh kesabaran.

Kihyun pun hanya bisa menurut di saat suasana hatinya tak begitu baik, setidaknya dengan mengisi perut kosongnya, suasana hatinya bisa membaik. Dia mengikuti langkah Jooheon berjalan menuju lantai bawah yang masih begitu ramai di saat ketiga saudara termuda masih sibuk di lantai bawah.

"Ya! Ya! Ya! Jam berapa sekarang? Pergi ke kamar kalian masing-masing!" tegur Jooheon ketika menapakkan kakinya di lantai dasar.

"Eoh, sudah bangun?" seru Lucas ketika melihat Kihyun berjalan di belakang Jooheon.

"Jangan membuat keributan lagi atau Harabeoji akan kemari. Cepat kembali ke kamar kalian dan lekas tidur!"

"Ck, Hyeong ini tidak seru." keluh Felix.

"Sudah malam masih saja berisik, bahkan saat siang kalian selalu berbicara setiap waktu. Apa kalian tidak lelah, eoh?!"

"Dia bahkan tidak sadar diri." gumam Jungwoo merespon makian Jooheon yang berjalan ke meja makan.

Jungwoo kemudian beranjak dari duduknya dan bergegas ke lantai dua, membimbing kedua saudaranya untuk mengikutinya di belakang masih dengan suara ribut yang mereka buat.

"Hyeong duduklah dulu, akan ku ambilkan makanannya." ucap Jooheon yang menarik salah satu kursi di meja makan yang berseberangan dengan tempat Yoongi yang tengah sibuk memainkan ponselnya.

Dan meski Kihyun tidak mengerti apa yang di ucapkan Jooheon, dia tetap duduk di bangku yang sebelumnya di tarik oleh Jooheon. Tepat setelah ia duduk, tatapan sinis penuh selidik Yoongi mengarah padanya dan membuatnya sedikit tidak nyaman terlebih Yoongi hanya melihatnya tanpa berniat untuk menegurnya.

"Mark Hyeong sudah tidur?" ucap Jooheon ketika ia kembali dengan membawa nampan berisi dua mangkuk di tangannya yang kemudian ia taruh di hadapan Kihyun.

"Kau lihat saja sendiri." acuh Yoongi yang kembali mengarahkan perhatiannya pada ponselnya.

Jooheon pun menempatkan diri di samping Kihyun sembari mendecak sikap Yoongi. "Ck, Hyeong ini, kapan kau akan akan membuang sifat jual mahalmu itu?"

"Tutup mulutmu!" Yoongi lantas beranjak dari duduknya dan bergegas menuju lantai dua, menyisakan dua orang yang masih tinggal di lantai bawah.

Jooheon menjatuhkan pandangannya pada Kihyun dan sedikit tertegun ketika Kihyun sama sekali belum menyentuh makanan di hadapannya. Dia pun menepuk bahu Kihyun dan menggerakkan dagunya sebagai isyarat agar yang lebih tua tersebut segera makan meski ini sudah sangat terlambat untuk makan malam. Kihyun pun segera melahap makan malamnya, setidaknya tidur seharian membuat perutnya terasa lapar.

Saat tengah malam tiba, Kihyun kembali ke kamarnya setelah sebelumnya sempat menonton televisi bersama Jooheon hingga adiknya tersebut tertidur terlebih dulu. Dan setelah merasa bahwa malam semakin larut, dia memutuskan untuk kembali ke kamarnya.

Namun tepat setelah ia menutup pintu kamarnya, dia melihat ponselnya yang berada di meja belajarnya menyala dan itu berarti terdapat panggilan masuk. Dia pun bergegas mengambil ponselnya, namun ketika ia meraih ponselnya, layarnya tiba-tiba mati.

Dia menghidupkan layar ponselnya dan melihat terdapat dua panggilan tak terjawab dan satu pesan belum di baca yang semuanya berasal dari Hyungwon. Dia kemudian membuka pesan tersebut dan seketika matanya mengerjap ketika melihat pesan yang di kirimkan oleh Hyungwon.

"Pergilah ke jendela!" begitulah pesan yang tertulis di ponselnya.

Kihyun lantas berjalan ke arah jendela dan sedikit terkejut ketika melihat Hyungwon duduk di anak tangga menuju Gereja. Dia lantas membuka jendela agar bisa melihat Hyungwon dengan lebih jelas, dan saat itu ponsel di tangannya bergetar.

Dia mengalihkan perhatiannya pada ponselnya, di mana terdapat sebuah pesan masuk di ponselnya dari orang yang sama seperti sebelumnya. Dia pun membuka pesan tersebut.

"Maukah kau duduk di sampingku sebentar?"

Kihyun menjatuhkan kembali pandangannya pada sosok Hyungwon, merasa ragu karna ini sudah tengah malam. Namun tidak biasanya Hyungwon berkunjung larut malam seperti ini.

Setelah berpikir sejenak, Kihyun kemudian berbalik. Berjalan ke arah meja belajarnya lalu mengambil sebuah buku serta sebuah pena sebelum meninggalkan kamarnya. Dia berjalan dengan hati-hati menyusuri anak tangga, berusaha agar langkah kakinya tak menimbulkan suara yang bisa membangunkan Jooheon dan usahanya tersebut berhasil ketika ia keluar dari dalam rumah tanpa di ketahui oleh siapapun.

Dia segera turun ke halaman dan bergegas menghampiri Hyungwon setelah sebelumnya memakai sepatunya. Dan seulas senyum ramah di wajah pucat Hyungwon yang langsung menyambutnya begitu ia sampai.

Dia pun segera menempatkan diri duduk di samping Hyungwon, dan posisi duduknya yang memeluk kedua lututnya tersebut membuatnya semakin terlihat kecil ketika di sandingkan dengan pemuda jangkung tersebut.

Dia kemudian melepaskan pelukan pada lututnya dan segera membuka bukunya, menuliskan sesuatu di sana dan menyerahkan buku di tangannya pada Hyungwon yang segera menerimanya.

"Kenapa berkunjung semalam ini?"

Senyum tipis Hyungwon sekilas melebar ketika melihat tulisan tersebut, dia kemudian mengambil pena di tangan Kihyun dan menuliskan jawaban akan pertanyaan Kihyun.

"Hanya ingin melihat keadaanmu."

Kihyun kembali menulis, "Hyeong sedang sakit, sebaiknya segera pulang dan istirahat."

Hyungwon menulis balasan, "bukan hanya aku, tapi kau juga. Kita sama-sama tersakiti."

Kihyun berdiam diri, tak mengerti dengan apa yang terjadi pada Hyungwon saat ini. Biasanya Hyungwon lah yang paling sering mengajaknya berinteraksi, namun malam ini pemuda itu menjadi sosok yang begitu misterius di hadapannya dengan seulas senyum tipis yang hingga kini terlihat di sudut bibirnya.

"Aku bukan orang aneh, berhenti melihatku seperti itu!" gumam Hyungwon dan karna keadaan yang cukup gelap, Kihyun hanya mampu memberikan sebuah gelengan ketika ia tidak mengerti apa yang baru saja di ucapkan oleh Hyungwon.

Hyungwon kemudian mengambil buku Kihyun dan menuliskan sesuatu di sana. Dia menutup buku di tangannya dan menyerahkannya kembali pada Kihyun.

"Sampai jumpa." ucapnya dan lantas beranjak berdiri, meninggalkan Kihyun seorang diri.

Kihyun kemudian membuka buku di tangannya dan mencari lembar yang baru saja si tulisi oleh Hyungwon, dan setelah beberapa detik, dia menemukannya lalu segera membacanya.

"Aku hanya ingin mengatakan satu hal padamu. Setelah ini, jangan menerima pertemanan dari siapapun dengan alasan apapun. Kau harus mengingatnya baik-baik jika kau tidak ingin menyesal nantinya."

Mata Kihyun memicing ketika merasa keanehan pada pesan terakhir Hyungwon sebelum pemuda itu meninggalkannya, apa maksudnya dengan tidak boleh menerima pertemanan dengan siapapun. Namun pikirannya tersentak ketika susuatu itu berputar dengan cepat dalam pikirannya.

"20.03. 03:45, 23,03. 20:01, 28.03.12:15, 29.03, 23:35. "

Mata Kihyun melebar, dia menyalakan layar ponselnya dan melihat jam yang tertera di sana sama dengan apa yang baru saja ia gumamkan dalam hatinya, tanggal 29 bulan 03 pukul 23:35 yang berarti adalah hari ini.

Dia menjatuhkan pandangannya ke arah di mana Hyungwon menghilang sebelumnya, namun sedetik kemudian dia beranjak dari tempatnya untuk mengejar Hyungwon dengan panik dan tak sadar ketika ia telah melempar bukunya.

Dia berlari menyusuri halaman dan keluar dari pemukimannya dengan wajah yang terlihat begitu panik.

"Kembali! Jangan pergi!" ucapnya dalam hati, namun dia malah terjatuh ketika kakinya tak sengaja tersandung.

Dia meringis ketika tubuhnya menghantam aspal, namun dia berusaha bangkit dan kembali melangkahkan kakinya hingga langkahnya kembali terhenti ketika seseorang menahan bahunya.

"Jangan ikut campur!"

Selesai di tulis : 21.11.2019
Di publikasikan : 22.11.2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro