Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

22

"One summer night...."

Senandung bergaya tua yang kembali terdengar di halaman, di sertai dengan suara bising dari dedaunan kering yang saling bergesekan dengan tanah dan juga sapu lidi yang di genggam oleh si penjaga Gereja, Lee Jooheon.

Kihyun menapaki tangga menuju lantai dasar dengan sebuah buku cacatan yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi. Tampak begitu sepi karna para pemuda di sana telah pergi ke sekolah, sedangkan dia sendiri harus menetap di rumah karna alasan sakit. Namun bukan Yoo Kihyun, jika tidak menghilang satu hari saja.

Dia membuka pintu dengan hati-hati, mengendap-endap layaknya seorang pencuri.

Pertama-tama, yang ia lakukan adalah menyembulkan kepalanya untuk melihat keadaan di luar. Dan yang membuatnya mendengus sebal adalah keberadaan Lee Jooheon yang hampir sewaktu-waktu berada di halaman.

Dengan langkah yang berhati-hati, dia keluar dari dalam rumah. Berharap tak membuat pergerakan yang berlebihan yang bisa mengambil alih perhatian pemuda bermata sipit yang tengah sibuk dengan dunianya sendiri tersebut.

Setelah berhasil keluar dari dalam rumah, Kihyun berlari kecil menuruni anak tangga dan segera melesat ke samping rumah dan langsung mengarah ke belakang rumah. Dan saking terburu-burunya, dia sampai lupa menutup pintu rumah.

Langkah kecil Kihyun dengan cepat memasuki hutan di belakang rumah. Tak ingin membuang banyak waktu, dia lebih memilih berlari untuk semakin masuk ke dalam hutan dengan buku catatan yang berada dalam pelukannya. Namun sesuatu yang berbeda terlihat di garis wajahnya saat itu.

Dia tersenyum di sela langkah ringannya yang berlari menyusuri hutan, menginjak dedaunan kering yang bertumpuk dengan sesekali melompat ketika melewati pohon mati yang tumbang.

Tergambar di wajahnya, perasaan senang ketika kakinya terus berlari di antara pepohonan yang menjulang tinggi. Dan setelah beberapa menit berlari, langkahnya menjangkau sebuah lembah di mana terdapat sebuah danau di hadapannya.

Dengan senyum yang sekilas melebar, pemuda bertubuh kecil itu bergegas menuju danau dan berhenti tepat di tepi danau di mana terdapat sebuah pohon yang rindang di samping kirinya.

Dia sempat menoleh ke belakang, ke arah hutan di mana ia datang sebelumnya dan kemudian berjongkok di tepi danau. Tangan kanannya yang terbebas tergerak untuk menepuk permukaan air sebanyak tiga kali, dan dengan begitu dia berhenti sejenak dengan pandangan yang mengitari area danau seakan menegaskan bahwa dia mengharapkan sesuatu muncul dari sana.

Setelah menunggu sesaat dan tak menemukan apapun, dia kembali menepuk permukaan air lalu berdiam diri seperti sebelumnya. Namun kali ini, senyum cerah yang beberapa waktu lalu terlihat di wajahnya dengan singkat di gantikan oleh garis wajah yang menunjukkan kekecewaan.

Hingga sebuah siluet hitam tampak datang mendekat. Membuat matanya membulat dan mengembalikan senyum yang sempat menghilang. Bisa di lihatnya seekor angsa hitam yang tengah menuju ke arahnya, dan seiring dengan itu senyum pemuda itu semakin melebar.

Tak butuh waktu lama hingga angsa hitam itu sampai di tempat Kihyun yang langsung mengusap bulu hitamnya yang tampak berkilauan, menegaskan bahwa mereka telah saling mengenal satu sama lain.

"Kau kemana saja? Aku pikir kau sudah pergi." Kihyun berucap dalam hati, di saat mulutnya hanya mampu menampakkan seulas senyum lebar.

Angsa hitam tersebut kemudian keluar dari air dan menempatkan diri di samping Kihyun dengan tubuh yang juga menghadap ke arah danau. Tangan Kihyun kemudian terangkat untuk mengusap punggung angsa hitam tersebut, teman baik yang telah lama tak ia jumpai karna entah kemana perginya angsa hitam tersebut ketika ia datang berkunjung.

Ya, inilah sosok teman rahasia yang selalu di rindukan oleh Kihyun. Teman masa kecilnya yang membimbingnya ke tempat itu.

Berawal ketika Kihyun kecil menangis di dalam Gereja seorang diri, angsa hitam itu tiba-tiba muncul di hadapannya. Kihyun kecil yang merasa tertarik pun memutuskan untuk mengikutinya, namun si angsa hitam malah masuk ke dalam hutan dan berakhir di danau tersebut.

Selama bertahun-tahun, angsa hitam itulah yang selalu mendengarkan renungan hati Kihyun yang tidak bisa ia sampaikan pada siapapun. Dan selama bertahun-tahun pula, tidak ada yang tahu jika Kihyun selalu mengunjungi tempat itu. Terlebih terdapat seekor angsa hitam yang tinggal di danau tersebut.

Kihyun kemudian duduk di atas rerumputan yang masih hijau meski musim gugur telah membuat semua dedaunan berubah warna, namun entah itu musim gugur atau musim panas sekalipun. Rerumputan di sana akan tetap berwarna hijau, sangat ajaib dan Kihyun menyukainya.

Dia menaruh buku yang sedari tadi berada dalam pelukannya di samping ia duduk dan hanya menfokuskan diri kepada teman kecilnya tersebut.

"Kemarin aku menemukan sesuatu di kamarku, aku pikir kau yang datang kesana. Kenapa kau tiba-tiba menghilang? Apa kau tidak ingin lagi menjadi teman ku?"

Si angsa hitam menatap tepat ke netra Kihyun, dan saat itu pula Kihyun kembali melihat kesedihan dalam sorot mata angsa hitam tersebut.

"Setelah ini jangan pergi lagi. Meski aku tidak bisa berkunjung setiap hari, tapi aku akan berusaha untuk selalu datang kemari."

Kihyun kemudian merogoh saku jaket yang ia kenakan dan mengeluarkan sebuah pita merah.

"Aku membawa sesuatu untukmu." ujarnya dan menunjukkan pita merah tersebut ke hadapan si angsa hitam yang tak sedikitpun mengalihkan pandangannya dari sosok di hadapannya.

Kihyun kemudian menarik angsa hitam tersebut mendekat ke arahnya dan sedikit merendahkan tubuhnya sendiri untuk bisa mengikatkan pita merah tersebut di kaki kiri si angsa hitam.

Dia berujar, "aku memberikan ini agar kau tidak lari lagi dari ku, tetaplah menjadi teman ku selamanya."

Sebuah janji yang mengikat keduanya seiring ia yang mengikatkan pita merah tersebut di kaki si angsa hitam yang tak menunjukkan pemberontakan sedikitpun. Dan tepat setelah ikatan itu sempurna, Kihyun menarik tangannya kembali dengan senyum lebar yang menghiasi kedua sudut bibirnya.

Dia kemudian kembali menjatuhkan pandangannya pada danau di hadapannya, begitupun dengan si angsa hitam. Dan pada akhirnya keduanya kembali menghabiskan waktu singkat yang mereka miliki dengan memandang permukaan danau, meski sebelumnya Kihyun selalu bercerita tentang apa yang ia lakukan seharian itu tanpa perduli apakah si angsa hitam akan mendengarnya atau tidak. Tapi berbeda dengan sekarang.

Kihyun hanya berdiam diri menatap permukaan danau, hingga pada akhirnya waktu yang terus berjalan memisahkan mereka kembali. Dengan perasaan yang lebih baik dari sebelumnya, Kihyun meninggalkan danau begitupun dengan si angsa hitam yang kembali ke danau dan menghilang saat Kihyun berbalik.

Selesai di tulis : 27.10.2019
Di publikasikan : 27.10.2019




S

angat-sangat pendek untuk Chapter ini😁😁😁😁

Akan di Boom Up pada tanggal 30 November 2019.

Spoiler : Akan ada adegan berdarah yang menimpa Chae Hyungwon, dan ide itu muncul setelah melihat Teaser Comebacknya Monsta X🙈🙈🙈🙈

Semoga tetap bersabar menunggu.

See Ya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro