Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[HWANG SIBLLING] 01

17 tahun kemudian.

    Suara bel rumah yang berbunyi berkali-kali dalam jangka waktu yang singkat, menggema di dalam rumah sederhana yang tampak kosong tersebut. Namun sayangnya telinga pemuda yang kini bersembunyi di balik selimut tebalnya itu tidaklah dungu untuk tidak mendengar suara bising yang bahkan terdengar jelas sampai kamarnya meski pintu telah di tutup rapat.

    Dia Hwang Hyunjin, pemuda delapan belas tahun yang hidup sebantangkara di rumah sederhananya yang sudah pasti kosong karna hanya ialah yang menempatinya.

    Dia menghembuskan napas beratnya, merasa terlalu pagi untuk mengakhiri waktu tidurnya.

    "Tidak tahu diri! Harusnya dia melihat jam dulu sebelum bertamu." gumaman itu tersamarkan ketika hampir sebagian wajahnya menempel pada bantal.

    Dia lantas bangun dengan perasaan kesal, dan bayi kecil tujuh belas tahun lalu. Nyatanya telah tumbuh menjadi pemuda yang rupawan, meski ia hanya tumbuh dengan kasih sayang dari ayahnya yang bahkan tak bertahan lama. Karna sejak duduk di bangku SMP, dia mulai tinggal sendiri. Dan itu terjadi karna dia sering bertengkar dengan sang Ibu tiri yang hingga detik ini tak berniat untuk menerima keberadaannya.

    Dia menggaruk kepalanya frustasi, meski masih terlalu pagi untuk merasa kesal. Namun sungguh, dia mengutuk siapapun yang bertamu ke rumahnya pagi itu. Bahkan dia tidak pernah menerima tamu kecuali ketiga temannya dan ayahnya yang sesekali mengunjunginya. Jadi siapakah yang bertamu pagi itu dan menganggu ketenangannya.

    Masih terlalu malas menggunakan otaknya untuk berpikir, diapun turun dari ranjang dan bergegas menuju pintu masuk rumahnya sembari sesekali menguap dan menggaruk kepalanya.

    Dia membuka pintu rumahnya dan segera di kejutkan oleh sesuatu yang tampak familiar dalam ingatannya.

    "Oppa..." pekik seorang gadis yang berdiri di depan pintu dan langsung menghambur ke dalam pelukannya.

    Namun saat itu pula dia menggaruk keningnya yang sedikit mengernyit, dia lantas mendorong gadis tersebut hingga pelukannya terlepas.

    "Berhenti memperlakukanku seenakmu!" protes Hyunjin, terdengar sedikit ketus ketika ia berbicara dengan adik tirinya.

    Hwang Yeji, gadis cantik yang lahir satu tahun sesudahnya. Dan bagi gadis itu, sifat ketusnya itu bukan lagi hal yang baru, karna sejak dulu Joohyun melarang Yeji untuk berteman dengannya. Namun Yeji diam-diam tetap menemuinya dan berujung dengan Joohyun yang memarahinya meski kesalahan tidak ada padanya.

    "Kasar sekali... Aku baru kembali, harusnya kau menyambutku." protes Yeji.

    "Kenapa kau bisa ada di sini?" ucap Hyunjin, masih terlihat acuh meski keduanya sudah lama tak bertemu karna sejak SMP, Yeji tinggal di Kanada bersama dengan Joohyun yang tengah mengurus bisnis di sana. Namun Ibu tirinya itu kerap berada di Korea.

    "Sebelum itu, biarkan aku masuk dulu."

    "Pergilah! Ibumu bisa memarahiku jika dia tahu bahwa kau ada di sini."

    "Ibu sedang berada di Kanada, jadi tidak ada yang perlu di cemaskan." jawab Yeji dengan santai dan langsung menerobos masuk sembari menyeret koper besarnya.

    Satu hal yang membuat Hyunjin terkejut, untuk apa gadis itu datang dengan membawa koper sebesar itu.

    "Ya! Aku tidak mengizinkanmu untuk masuk, keluar sekarang!"

    Hyunjin menghembuskan napas kesalnya dan menyusul Yeji, tak lupa dengan menutup pintu setelahnya. Dia menghampiri adik tirinya tersebut yang berdiri di tengah ruangan, namun dia segera melewatinya dan duduk di sofa panjang yang berada di sana.

    "Katakan keperluanmu dan segera tinggalkan tempat ini!"

    "Ya, ampun. Lama tidak bertemu, kenapa sikapmu semakin kasar saja?" sinis Yeji.

    "Siapa yang peduli? Tinggalkan rumahku dan bawa pergi kopermu itu!"

    "Aku tidak akan pergi."

    "Kenapa?" selidik Hyunjin.

    "Aku akan tinggal di sini."

    Senyum Hyunjin tersungging tak percaya. "Jangan bercanda! Pergi dari rumahku sekarang."

    "Aku sudah meminta izin pada ayah, dan dia memberi izin."

    "Berapa hari kau di Korea?"

    "Selamanya, mungkin." cetus Yeji, membuat guratan penuh tanya di wajah Hyunjin.

    "Itu tidak lucu."

    "Aku tidak sedang bercanda. Aku akan tinggal di sini dan akan bersekolah di tempat yang sama dengan Oppa."

    Hyunjin menggaruk kepalanya dengan frustasi, dia lantas berdiri dan menghampiri Yeji.

    "Keluar!" ujarnya yang kemudian menarik lengan Yeji, berinisiatif untuk mengusir adik tirinya tersebut.

    Namun saat itu Yeji justru menepis tangannya dan segera berlari ke arah kamarnya. Dia pun makin terlihat frustasi, merasa hidupnya sudah cukup tenang tanpa mendengarkan makian dari Joohyun. Tapi dengan kedatangan Yeji kemari, sama saja mendatangkan masalah besar baginya.

    Dia bergegas menyusul Yeji dan semakin bertambah kesal karna gadis itu justru bersembunyi di balik selimutnya. Dengan sekali helaan napas berat yang singkat, dia menarik selimutnya dan membuangnya begitu saja ke lantai. Menunjukkan bahwa suasana hatinya benar-benar sudah buruk sekarang.

    Yeji pun terduduk di atas ranjang dengan pandangan yang tentu saja mengarah kepada sang kakak tiri yang terlihat marah padanya.

    "Pergi dari rumahku sekarang!"

    "Aku mengatakan bahwa aku akan tinggal di sini, kenapa kau terus saja menyuruhku pergi dari sini?"

    "Memangnya siapa kau? Aku pemilik rumah di sini."

    "Aku adik, Oppa."

    "Kau bukan adikku dan aku bukan kakakmu! Berhenti memanggilku Oppa!"

    "Aish... Keras kepala sekali." gumam Yeji bernada kesal.

    "Keluar!"

    "Tidak mau."

    "Sekarang!"

    "Tidak mau... Kenapa kau selalu memaksaku?"

    Hyunjin menggaruk kepalanya dengan frustasi, namun setelahnya dia mendekati Yeji dan segera mendorong tubuh gadis itu hingga berbaring lalu ia memposisikan dirinya tepat di atas adik tirinya tersebut yang tampak terkejut akan perlakuannya.

    "Apa, yang ingin kau lakukan?" ucap Yeji was-was ketika wajah Hyujin tepat berada di atasnya.

    "Aku benci kau harus menjadi adikku."

    "L-lalu?"

    "Kau cantik, bagaimana jika kau menjadi pacarku saja?" ucap Hyunjin sembari sekilas mengangkat sebelah alisnya.

    Dan tentu saja hal itu mengejutkan bagi Yeji. Gadis itu terdiam dengan pandangan yang memutus kontak mata keduanya, namun setelah itu seulas senyum terlihat di kedua sudut bibirnya dan membuat dahi Hyunjin mengernyit. Niat awalnya adalah menakuti adik tirinya tersebut, namun kenapa sekarang dia yang menjadi takut.

    Dan apa yang terjadi setelahnya benar-benar sebuah kejutan bagi Hyunjin. Yeji tiba-tiba mencium pipinya dan tersenyum lebar setelahnya, matanya seketika membulat tak percaya. Mungkinkah dia yang tidak waras atau adik tirinya yang sudah gila.

    "Oppa juga tampan, tidak ada salahnya jika kita-"

    "Sinting!" gumam Hyunjin penuh penekanan dan menghentikan perkataan Yeji.

    Pemuda itu lantas beranjak dan keluar dari dalam kamar membawa rasa frustasinya, meninggalkan tawa geli dari sang adik tiri. Hyunjin kembali ke ruang tamu dan segera berbaring di sofa panjang dengan posisi tengkurap dan juga tangan yang memeluk bantal kecil yang ia gunakan untuk menyangga bagian samping wajahnya.

    "Kenapa dia harus datang mengangguku?" gumamnya.

    "Oppa tidak pergi sekolah?" teguran itu datang dari arah belakang, dan bukannya menjawab, Hyunjin justru berdiam diri tanpa menunjukkan pergerakan sedikitpun.

    "Sudah waktunya untuk pergi ke sekolah, kau harus segera bangun jika tidak ingin terlambat."

    Hyunjin yang tidak tahan pun mengusak kepalanya dengan kasar dan segera bangkit, menjatuhkan tatapan mengintimidasi kepada gadis di hadapannya.

    "Jangan bicara padaku, dan segera tinggalkan rumahku!" tandasnya dan berjalan meninggalkan Yeji.

    Bukannya menuju kamarnya, dia berjalan menuju pintu lain yang bertuliskan 'Hyunjin Lab' di bagian atas pintu. Dia membuka pintu tersebut tidak terlalu lebar dan meraih kunci yang menempel pada pintu bagian dalam, lalu menutupnya kembali dari luar dan menguncinya sebelum berjalan menuju kamarnya.

    Yeji yang melihat hal itupun di buat penasaran dengan ruangan tersebut, kenapa Hyunjin seolah-olah ingin merahasiakan apa yang ada di dalam ruangan tersebut. Berbekalkan rasa penasarannya, dia pun berjalan mendekati pintu dan sedikit memiringkan kepalanya ketika melihat papan nama di bagian atas pintu. Namun perhatiannya teralihkan oleh sosok Hyunjin yang keluar dari kamar dengan membawa seragam sekolah di tangannya.

    "Kau membuat penelitian?" tegur Yeji yang menghentikan langkah Hyunjin.

    Pemuda itu berbalik. "Jangan menyentuh apapun yang ada di sini!" ketusnya yang kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi yang terletak di luar kamar untuk bersiap-siap sekolah. Meninggalkan Yeji yang berkeliling sejenak dan duduk di sofa ketika ia telah keluar dari dalam kamar mandi.

    Seakan tak melihat apapun, Hyunjin berjalan lurus ke kamarnya. Merasa tak peduli meski pendengarannya menangkap suara televisi.

    Tak butuh waktu lama, dia keluar dengan pakaian yang lebih rapi meski dengan ransel yang menggantung di bahu kirinya.

    Dia berjalan menghampiri Yeji dan berhenti beberapa langkah di samping meja. Membuat gadis itu mengalihkan pandangannya dari layar televisi.

    "Sudah mau berangkat?"

    "Tinggalkan rumahku sebelum aku pulang! Jangan memaksaku melakukan hal yang buruk padamu." kalimat ancaman yang kemudian membimbing langkahnya meninggalkan rumah untuk segera bergegas menuju sekolah, meninggalkan cibiran Yeji yang bahkan tak mampu di tangkap oleh pendengarannya.

Selesai di tulis : 04.12.2019
Di publikasikan : 31.01.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro