Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

14

Changbin dan Hyunjin dalam perjalanan kembali ke kelas. Namun Changbin harus menarik Hyunjin yang terlihat malas untuk berjalan agar mereka memasuki kelas bersama-sama. Karena dari kelas yang begitu sepi menegaskan bahwa ada guru di dalam kelas itu.

Changbin membuka pintu belakang dan tersenyum lebar sembari sedikit menundukkan kepala begitu menjadi perhatian seluruh isi kelas.

"Guru," tegur Changbin.

"Dari mana saja kalian? Kenapa baru datang sekarang?" tegur sang guru.

Changbin sekilas menggaruk keningnya dan menjawab, "maafkan kami, Guru. Hyunjin merasa kurang enak badan, jadi aku membawanya ke unit kesehatan untuk beristirahat."

Sang guru memperhatikan Hyunjin dan menegur, "kau baik-baik saja, Hwang Hyunjin."

"Aku baik-baik saja, Guru," sahut Hyunjin.

"Kalau begitu segera pergi ke bangku kalian."

Kedua siswa itu bergabung bersama rekan-rekannya. Dan karena pengarahan sudah selesai dan produser acara pun sudah meninggalkan kelas sejak beberapa menit yang lalu, sang guru pun mengakhiri pertemuan mereka.

"Baiklah, karena kalian sudah memahami apa yang harus kalian, kita akhiri pertemuan kali ini. Jangan mengacaukan acara ini dan jangan bertingkah konyol. Mengerti?"

"Mengerti, Guru," jawab semua orang serempak, kecuali Hyunjin.

Sang guru kemudian meninggalkan ruang kelas. Dan suasana kelas yang sebelumnya hening kembali menunjukkan peradaban.

"Memangnya kalian tahu apa yang dikatakan guru sebelumnya?" tegur Jisung pada kedua rekannya.

Hyunjin menyahut tanpa minat, "bicara dengannya, aku tidak menyahut saat guru bertanya."

Jisung sekilas memukul bahu Hyunjin dan beralih pada Changbin. "Ada apa dengan anak ini? Aku dengar hidungnya sudah baik-baik saja."

Changbin mengabaikan pertanyaan Jisung untuk pertanyaan lain. "Apa yang dikatakan oleh guru sebelumnya?"

"Kita hanya perlu bertindak seolah-olah kita terkejut ketika artis itu masuk kelas. Haruskah aku berteriak paling keras dan langsung memintanya menikah denganku?" Jisung tertawa oleh lelucon yang ia buat sendiri.

"Seorang wanita?" tanya Changbin.

Jisung mengangguk. "Aku dengar begitu."

"Semua orang akan menjadi gila jika dia adalah anggota Idol Group," gumam Hyunjin, berusaha memperbaiki suasana hatinya dengan bergabung ke dalam pembicaraan.

"Sepertinya bukan dari Idol Group. Mereka tidak mengatakan siapa yang akan datang, tapi sepertinya dia adalah seorang aktris."

"Jika tidak ada yang mengatakan padamu, bagaimana kau bisa tahu?"

Jisung tersenyum lebar karena pertanyaan Changbin. Dia kemudian berkata, "aku tidak sengaja melihatnya keluar mobil saat berjalan menuju kelas. Dia tidak seperti anggota Idol Group. Tapi dia terlihat sangat cantik dari belakang."

Perhatian Hyunjin teralihkan oleh sebuah notifikasi pesan yang masuk ke ponselnya. Dia kemudian memeriksa pesan yang ternyata datang dari ayahnya tersebut.

"Kau masih di sekolah?"

Dahi Hyunjin mengernyit ketika membaca pesan dari sang ayah. Dia kemudian mengirimkan balasan.

"Bukankah itu sudah jelas? Kenapa tiba-tiba menanyakan hal yang konyol padaku?"

Minhyun membalas. Akan tetapi, sebelum Hyunjin sempat membaca pesan itu, Minhyun segera menghapusnya.

Hyunjin mengirimkan sebuah teguran, "apa itu tadi. Aku belum sempat membacanya, kenapa ayah langsung menghapusnya?"

Minhyun membalas, "bukan apa-apa. Ayah dengar kelasmu kosong hari ini. Bagaimana jika kau pergi ke kantor ayah, ayah akan menjemputmu. Sekarang keluarlah, ayah akan meminta izin pada wali kelasmu."

Hyunjin makin heran dengan sikap Minhyun yang sangat tiba-tiba. Seakan-akan sang ayah ingin agar dia segera meninggalkan sekolah hari itu.

Hyunjin kemudian mengirimkan balasan, "jangan mengada-ada. Ada apa dengan sikap ayah yang tiba-tiba ini? Aku akan memiliki waktu yang menyenangkan di sekolah hari ini, jadi jangan melakukan hal-hal konyol seperti ini."

Hyunjin menaruh ponselnya di atas meja, mengabaikan balasan dari sang ayah. Dan setelah itu guru yang berbeda memasuki kelas. Memberikan sedikit arahan karena pengambilan gambar akan segera dimulai. Sesuai skenario, mereka harus terlihat seperti tengah menerima pelajaran seperti biasa. Changbin dan Hyunjin yang tidak tahu apapun hanya mengikuti alur.

"Kenapa perasaanku tidak enak seperti ini?" gumam Hyunjin. Hatinya terasa mengganjal setelah ia mengabaikan sang ayah sebelumnya. Tapi sudah terlambat bagi dirinya untuk memeriksa pesan balasan dari sang ayah.

"Anak-anak, bersiap pada posisi," ujar si guru dengan suara yang sengaja dipelankan.

Tak beberapa lama, terlihat beberapa orang berjalan di depan ruang kelas. Dan pintu ruang kelas pun terketuk, semua orang berusaha melakukan yang terbaik dengan peran mereka masing-masing. Pintu terbuka. Sempat tertegun, gelombang suara tiba-tiba meninggi begitu senyuman hangat seorang wanita cantik menyapa mereka.

Tidak lagi mengikuti skenario. Sebagian besar murid benar-benar berteriak karena terkejut saat mengetahui siapa yang mengunjungi kelas mereka. Yoo In Na, seorang aktris yang tengah naik daun. Meski ia bukan lagi seorang remaja, namun akhir-akhir ini dia menjadi idola para remaja karena kemunculan di drama terbarunya.

Yoo In Na kemudian memasuki ruang kelas, diikuti oleh seorang juru kamera yang mengabadikan setiap momen yang ada di sana.

"Wahh ... dia benar-benar cantik," sebuah komentar datang, menekan beberapa teriakan yang terdengar.

Sementara itu Hyunjin justru memisahkan diri dari dunia sekitarnya ketika sesuatu yang mengganjal di hatinya telah menjadi sebuah penyesalan. Perlahan ia mengeluarkan ponselnya dan berniat untuk melihat pesan dari sang ayah.

"Apa kabar semuanya?" Yoo In Na menyapa dan seketika membuat ruang kelas menjadi tenang kembali. Namun bukan hanya itu, sapaan wanita paruh baya itu juga berhasil menghentikan pergerakan Hyunjin.

Netra Hyunjin mengerjap. Pandangannya kemudian mengarah pada layar ponselnya yang telah menyala, menunjukkan sebuah pesan dari sang ayah yang belum sempat terbaca.

"Ayah hanya ingin mengatakan bahwa ayah menyayangimu, Hyunjin."

Netra Hyunjin kembali mengerjap. Perlahan ia mengangkat wajahnya, memandang sosok yang kini telah berdiri di depan kelas dan menarik perhatian semua orang. Hyunjin tertegun, batinnya tersentak begitu ia mengenali wajah yang kini ia lihat.

"Senang bisa menyapa kalian di sini. Aku Yoo In Na, aku berharap bisa menjalin hubungan yang baik dengan kalian semua." Yoo In Na melanjutkan kata sambutannya dan menerima respon yang cukup meriah.

"Bibi ini memang sangat cantik," gumam Changbin.

Hyunjin mengerakkan ekor matanya untuk memandang Changbin.

Jisung menyahut, "akhir-akhir ini ibuku melihat dramanya. Aku akan berfoto dengannya dan memamerkannya di depan ibuku."

Hyunjin kembali memandang sosok Yoo In Na. Dan saat itu pandangan keduanya bertemu. Yoo In Na sempat tertegun ketika ia menemukan Hyunjin. Akan tetapi, wanita itu segera kembali pada skenario yang telah dikatakan oleh produser sebelumnya.

Acara berlangsung dengan lancar. Dan sebagai sesi akhir dari acara, seluruh murid melakukan sesi foto bersama sang selebriti. Tapi karena tempat yang kurang memadai, mereka dipisahkan menjadi beberapa kelompok.

Tersisa kelompok terakhir. Di saat semua orang di kelompoknya sudah berdiri, Hyunjin masih berdiam diri di tempat duduknya hingga teguran sang guru datang padanya.

"Hwang Hyunjin."

"Ya?" jawab Hyunjin, sedikit terkejut karena sepanjang acara dia terlihat seperti orang yang tengah melamun.

"Apa yang kau lakukan di sana? Cepatlah kemari."

Hyunjin ragu, tapi pada akhirnya dia bergabung bersama teman-temannya. Berniat berdiri berjauhan dengan Yoo In Na, seseorang justru menarik Hyunjin hingga pemuda itu berdiri tepat di samping sang aktris. Hyunjin tentu saja terkejut, terlebih ketika ia mendapatkan senyuman hangat dari wanita itu.

Hyunjin langsung memalingkan wajahnya dan membuat sedikit jarak. Akan tetapi sebuah tangan yang menyentuh bahunya dari belakang berhasil menarik perhatiannya. Hyunjin segera menemukannya, pemilik dari tangan itu. Yoo In Na, keduanya kembali bertemu pandang bertepatan dengan kamera yang mengambil gambar mereka.

"Hari ini cukup sampai di sini. Anak-anak, kalian bisa bermain di luar," ucap si produser.

Satu persatu murid meninggalkan ruang kelas. Hyunjin langsung menepis tangan Yoo In Na dan hendak pergi sebelum teguran sang aktris berhasil menghentikan langkahnya.

"Kita bertemu lagi ..."

Mau tak mau Hyunjin kembali memandang wanita itu.

"Hwang Hyunjin," lanjut Yoo In Na, diiringi dengan seulas senyum hangat di wajah cantiknya. "Kau mengingatku? Malam itu?"

Hyunjin dengan mudah menemukan waktu yang dimaksud oleh Yoo In Na. Malam di mana sang aktris hampir saja menabraknya. Hyunjin langsung menghindari kontak mata.

Dengan sikap yang dingin dia menyahut, "Bibi mungkin salah orang."

Yoo In Na sedikit terkejut mendengar bagaimana cara Hyunjin memanggilnya. Tapi beruntung karena orang-orang di sekitar mereka masih sibuk sehingga tidak ada yang memperhatikan mereka.

"Kau tidak mengingatnya rupanya. Aku belum sempat meminta maaf padamu. Aku harap insiden malam itu tidak memberikan luka yang fatal untukmu. Aku minta maaf, seharusnya aku lebih berhati-hati."

Hyunjin tiba-tiba menggaruk dahinya dengan pelan. Untuk sesaat wajah pemuda itu terlihat kebingungan. Namun, pada akhirnya pemuda itu pergi tanpa mengatakan apapun.

Yoo In Na berusaha untuk menahan pemuda itu. Dan karena hal itu telapak tangan keduanya sempat bersentuhan selama beberapa detik meski pada akhirnya Hyunjin benar-benar pergi.

Yoo In Na memandang pemuda itu dengan tatapan bertanya. Sikap dingin Hyunjin membuatnya merasa tidak nyaman mengingat insiden yang melibatkan mereka berdua sebelum pertemuan mereka kali ini.

"Ada apa? Kau mengenal anak itu?" tegur manager Yoo In Na.

"Tidak, aku hanya pernah tidak sengaja bertemu dengannya di jalan."

"Dia terlihat sangat angkuh untuk anak-anak seusianya."

Yoo In Na tersenyum. "Mungkin suasana hatinya tidak begitu baik."

Sang aktris pun menghampiri sang produser dan menuntaskan pekerjaannya di sana. Sementara Hyunjin tengah menyusuri anak tangga menuju lantai bawah. Masih dengan sikap yang sama dan juga kebingungan yang sama di wajahnya, pemuda itu berjalan menuju pintu keluar. Dan ketika kakinya menginjak halaman sekolah, ia temukan sosok sang ayah yang sudah menunggunya di ujung halaman.

Minhyun yang melihat kedatangan putranya menatap khawatir. Dia tidak memberitahu Hyunjin bahwa dia akan datang ke sekolah setelah sang putra memberikan penolakan sebelumnya. Dia juga tidak menyangka jika putranya akan keluar pada saat itu.

"Hyunjin," gumam Minhyun.

Ketika putranya telah semakin dekat dengannya, Minhyun mengambil langkah mendekat dan langsung memeluk putranya.

"Kau baik-baik saja?" tegur Minhyun, sarat akan kekhawatiran.

Hyunjin menolak membalas pelukan sang ayah. Kedua telapak tangannya justru terkepal kuat. Kelopak mata itu menutup, akan tetapi sedetik kemudian air mata jatuh dari salah satu kelopak matanya.

Pemuda itu bergumam, "aku benci Ayah ..."










Lost And Found

Selesai ditulis : 29 Juli 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro