Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

07

    Hyunjin memasuki area sekolahnya. Berjalan tanpa minat, pandangannya mengarah pada sosok pemuda yang berjalan tidak jauh di depannya. Sudut bibirnya tersungging, hingga setelah ia menjangkau pemuda itu. Dia langsung mendaratkan satu pukulan singkat pada bagian belakang kepala pemuda itu yang langsung menghentikan langkahnya.

    "Pengkhianat," ucap Hyunjin.

    Jongho menatap bingung. "Kau bicara denganku?" tanyanya kemudian sembari menunjuk dirinya sendiri.

    "Tidak, aku bicara dengan angin." Hyunjin kemudian segera menendang kaki Jongho, namun Jongho segera menghindar. "Tentu saja denganmu, memangnya mau dengan siapa lagi?"

    "Ya! Kenapa kau selalu datang dengan marah-marah?"

    "Siapa yang marah?"

    Jongho sekilas memalingkan wajahnya tanpa minat dan bergumam, "eih ... anak ini." Jongho kembali memandang Hyunjin, "berhenti memukul kepalaku!"

    "Kenapa? Kau juniorku, aku berhak melakukan hal itu."

    "Kita lahir di tahun yang sama, bagaimana bisa aku menjadi juniormu?"

    "Kau kelas 11 dan aku kelas 12, sudah pasti kau juniorku."

    "Kau kelas 12 karena kau yang terlalu terburu-buru."

    "Apa-apaan ini? Pagi-pagi kenapa sudah ribut?"

    Perhatian mereka teralihkan oleh sebuah teguran yang datang dari arah mereka datang sebelumnya. Dari sana Jisung dan Changbin datang. Pemuda yang satu tahun lebih tua dari keduanya.

    "Hwang Hyunjin ... kenapa kau membolos kemarin?" tegur Changbin setelah mereka berhadapan.

    Hyunjin menatap tanpa minat dan menjawab, "hanya bosan saja."

    Jongho mencibir, "lihat saja gayanya ... untung masih kuanggap teman."

    "Apa yang sedang kalian ributkan?" tanya Jisung.

    Jongho menjawab, "dia datang-datang langsung memukul kepalaku dan mengataiku sebagai pengkhianat. Bukankah dia sangat aneh?"

    "Mengadu saja terus," acuh Hyunjin.

    Changbin menengahi, "kenapa kau mengatai Jongho?"

    "Minho Hyeong mengatakan bahwa anak ini akan mengikuti acara Survival show yang di adakan oleh salah satu stasiun televisi."

    "Hanya masalah itu?" gumam Jisung seakan tak mempersalahkan hal itu.

    "Hyeong bilang 'Hanya'?" ucap Hyunjin tak percaya.

    "Hadiahnya sangat besar dan lagi pula dia bisa terkenal jika mengikuti acara itu sekalipun tidak menang. Jadi apa masalahnya?"

    Hyunjin menatap tak terima, "lalu bagaimana dengan Team kita? Seoul Connection hanya memiliki satu vokalis. Jika anak ini pergi, siapa yang akan menjadi vokalis?"

    "Minho Hyeong bisa melakukannya."

    "Suara Minho Hyeong terlalu lembut. Suaranya pasti akan tenggelam jika di satukan dengan suara kita bertiga."

    "Itu karena suara kalian bertiga terlalu keras," celetuk Jongho.

    Hyunjin mengangkat tangannya, berinisiatif untuk kembali memukul kepala Jongho. Namun saat itu ia lah orang yang harus kesakitan setelah Jongho memukul perutnya terlebih dulu. Tubuh Hyunjin sedikit membungkuk sembari memegangi perutnya.

     "Kurang ajar, kau."

    "Kuperingatkan, jangan pernah bermain-main dengan pemegang sabuk hitam."

    Changbin dan Jisung hanya tersenyum lebar melihat hal itu. Changbin kemudian mengapit leher Hyunjin dan menariknya untuk berjalan, sedangkan Jisung merangkul bahu Jongho.

    Hyunjin memukul tangan Changbin, meminta untuk di lepaskan." Hyeong, lepaskan leherku."

    Changbin melepaskan leher Hyunjin. Pemuda itu kemudian menegakkan tubuhnya dan punggungnya tak sengaja menabrak seseorang ketika ia melangkah mundur dan seketika menghentikan pergerakan mereka.

    Hyunjin berbalik dan segera berucap dengan sedikit kaku, "maaf."

    Pemuda itu, Lee Yongbok atau yang lebih di kenal sebagai Lee Felix. Nama yang pemuda itu pakai sebagai nama panggungnya. Jika keempat pemuda itu tergabung dalam group yang mereka rintis dari bawah. Berbeda dengan Felix yang sudah tergabung dalam group underground yang sudah terkenal yaitu Nu-Boys, di mana group beranggotakan empat orang itu saat ini tengah melakukan Tour dunia. Felix sendiri tidak ikut karena dia masih pelajar. Sedangkan ketiga anggota lainnya bahkan sudah sering tampil di layar televisi. Pemuda itu bisa masuk ke dalam group besar itu karena ia merupakan adik dari salah satu anggota Nu-Bility, yaitu Lee Jooheon.

    Tanpa ada niatan untuk merespon Hyunjin. Pemuda yang menempati kelas yang sama dengan Jongho itu berlalu begitu saja dan mendapatkan cibiran dari Hyunjin.

    "Apa masalah anak itu? Tidak tahu sopan santun."

    "Itu Lee Felix? Aku pikir dia ikut Tour bersama Nu-Bility Seonbaenim," ucap Jisung.

    Changbin menyahut, "mungkin pengecualian karena dia masih seorang pelajar."

    "Dia menjadi sombong hanya karena bisa bergabung dengan group besar. Padahal dia bukan apa-apa," cibir Hyunjin yang kembali melangkahkan kakinya. Di susul oleh ketiga rekannya yang hanya bisa memberikan gelengan kepala atau senyuman lebar.

    Mereka memasuki kelas 12 yang selalu mereka jadikan tempat untuk berkumpul. Dan karena Jongho adalah satu-satunya yang tinggal di kelas 11, setiap jam istirahat dia harus rela pergi ke kelas para seniornya itu.

    Mereka menempati tempat duduk dan saling berhadapan, namun Hyunjin lebih memilih menyandar pada meja di hadapan Jongho.

    Jisung kembali memulai pembicaraan, "aku dengar dari Minho Hyeong, katanya kau sakit?"

    Semua pandangan langsung mengarah pada Hyunjin yang kemudian menyangkal dengan santai, "tidak."

    Changbin menyahut, "jika tidak sakit, kenapa kemarin kau membolos?"

    "Aku meminta uang pada ayahku."

    "Alasan macam apa itu? Konyol sekali," cibir Jongho.

    "Ya! Kalian sudah lihat ini?"

    Perhatian mereka teralihkan oleh salah satu teman sekelas mereka yang berujar dengan lantang sembari menghampiri mereka.

    "Melihat apa?" tanya Changbin.

    Teman satu kelas mereka yang bernama Sunwoo itu menunjukkan ponselnya di hadapan mereka.

    "Kalian yang membuat akun ini?"

    Changbin mengambil ponsel itu dan membuat ketiga rekannya merapat padanya. Di layar ponsel tersebut mereka bisa melihat video penampilan mereka yang di tangkap menggunakan kamera amatir dan di bagian keterangan. Video itu baru di unggah belum ada satu minggu yang lalu.

    "Bukankah ini penampilan kita minggu lalu?" gumam Jongho.

    "Seoul Connection?" gumam Jisung membaca nama akun yang mengunggah video penampilan mereka.

    Hyunjin memandang Sunwoo. "Siapa yang mengunggah video ini?"

    Sunwoo mengendikkan bahunya sembari menggeleng. "Aku kira itu akun resmi kalian."

    Changbin mengembalikan ponsel itu ke tangan Sunwoo dan berucap, "itu bukan milik kami. Kami tidak sempat membuat konten seperti itu."

    "Tapi kalian lihat. Banyak yang menyukai penampilan kalian dan bahkan mereka meninggalkan komentar positif untuk kalian ... Yahh ... bukankah ini awal yang bagus untuk kalian? Kalian akan terkenal setelah ini."

    "Dan setelah itu kamu akan menjual tanda tangan kami dengan harga yang sangat mahal," ucap Hyunjin kemudian.

    "Aish ... aku penggemar setia kalian. Setiap akhir pekan aku selalu datang melihat pertunjukan kalian. Jika kalian bisa merilis album suatu saat nanti, berikan satu untukku."

    "Tidak ada yang gratis di dunia ini, Bung. Asal kau tahu itu," ucap Jongho.

    Sunwoo langsung memukul bahu Jongho. "Ya! Bocah! Kenapa kau di sini? Ini bukan kelasmu ... pergi sana!"

    "Hyeong mengatakan bahwa Hyeong menyukai Seoul Connection. Aku juga bagian dari mereka, bahkan aku mengambil bagian terpenting ..." protes Jongho dengan suara yang meninggi.

    Sunwoo tertawa. "Tidak, tidak. Aku hanya bercanda, kenapa kau serius sekali adik kelas?"

    Jisung menengahi, "jadi, siapa yang membuat konten itu?"

    Changbin menyahut, "siapapun itu, aku pikir tidak masalah jika dia tidak mengambil keuntungan dari kita."

    Sunwoo ikut menimpali, "mungkin pekan ini dia juga akan datang untuk mengambil video kalian."

    Keempat pemuda di hadapan Sunwoo saling bertukar pandang. Jongho kemudian bergumam, "mungkinkah Minho Hyeong yang membuatnya?"

    "Kita tanyakan nanti saja ... Minggu ini jangan sampai ada yang absen tanpa pemberitahuan." Changbin mengarahkan pandangannya pada Hyunjin. "Terutama kau, Hwang Hyunjin."

    "Aku? Memangnya ada apa denganku?"

    "Akhir-akhir ini kau selalu absen dalam latihan ... aku tidak mau kau mengacaukan pertujukan mingguan kita."

    "Ah ... aku tahu, aku tahu ... memangnya hanya aku saja yang pernah absen."

    "Aku tidak pernah absen sekalipun," celetuk Jongho.

    "Kau ingin kupukul!" ancam Hyunjin.

    "Tidak perlu, aku akan kembali ke kelas. Sampai jumpa." Jongho kemudian meninggalkan kelas para seniornya dan menuju ke kelasnya sendiri.

    Sekitar pukul setengah sebelas malam, Hyunjin turun dari Bus di halte yang paling dekat dengan rumahnya setelah menyelesaikan jadwalnya sebagai pelajar hari itu.

    Sejenak berdiri di halte yang kosong. Pandangan pemuda itu mengarah pada langit malam yang gelap ketika tak banyak bintang yang bisa ia lihat dari sana. Perasaan sepi yang selalu kembali saat malam, dan meski sudah terbiasa dengan hal itu, sampai detik ini hati Hyunjin masih berharap bahwa kesepian itu akan sesegera mungkin meninggalkan hidupnya.

    Dengan satu tangan yang di masukkan ke dalam saku celana. Ia membawa langkah kakinya untuk menyeberang jalan yang akan menuntutnya menuju rumah sederhananya dengan sesekali berpikir tentang apakah yang saat ini di lakukan oleh Yeji di rumahnya. Mungkin menghancurkan furnitur yang sudah ia susun dengan susah payah selama ini.

    Fokus Hyunjin tiba-tiba menghilang untuk beberapa detik, dan hal itu hampir membuatnya limbung hingga ia tidak sadar bahwa saat ini dia tengah berdiri di tengah jalan. Menggelengkan kepalanya, Hyunjin sekilas memukul bagian samping kepalanya dengan pelan sebelum perhatiannya teralihkan oleh cahaya lampu yang tiba-tiba mengenainya.

    Pandangannya terangkat. Menangkap pergerakan sebuah mobil yang melesat ke arahnya. Dia mengangkat lengannya hingga menutupi pandangannya ketika tubuhnya tak mampu bereaksi untuk melarikan diri dari kemungkinan terburuk yang akan terjadi.

    "Aku belum siap mati ... ibu"








Selesai di tulis : 10.05.2020
Di publikasikan : 10.05.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro