Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

06

    Minho menghentikan mobilnya di depan gerbang rumah Hyunjin. Setelah langit Seoul menggelap, pemuda itu memutuskan untuk pulang. Namun insiden kecil di Kafe sebelumnya membuat Minho tidak tenang membiarkan Hyunjin pulang sendiri, sehingga ia memutuskan untuk mengantar pemuda itu.

    "Jika merasa kurang sehat, sebaiknya kau segera pergi ke dokter. Kau tidak lupa, kan, bahwa akhir pekan ini kita memiliki pertunjukan?"

    "Aku tahu, Hyeong tidak perlu mencemaskanku. Aku terlalu sehat untuk mengunjungi tempat seperti itu," jawaban yang terkesan begitu acuh.

    "Keras kepala ... jika terjadi sesuatu, segera hubungi aku."

    Hyunjin memandang Minho dengan seulas senyum tipis tak percaya sebelum membuka pintu dan turun. "Terima kasih untuk tumpangannya."

    "Eoh ... masuklah dan istirahat."

    "Jangan memperlakukanku seperti orang sakit! Sudah, pergi sana!"

    Hyunjin menutup pintu mobil Minho dan segera membuka gerbang rumahnya. Berjalan menyusuri halaman dan menghentikan langkahnya ketika telah berdiri di depan pintu, saat di rasa bahwa Minho belum pergi dari sana. Pemuda itu menoleh lalu menggerakkan tangannya ke udara sebagai isyarat agar Minho segera pergi, dan tak lama kemudian mobil Minho pun meninggalkan tempat itu.

    Membuka pintu rumahnya. Hyunjin berjalan masuk sembari sejenak menggaruk keningnya, dan karena kepalanya yang sedikit menunduk itu, ia tidak tahu jika saat itu Yeji yang tengah duduk di ruang tamu. Memandangnya dengan tatapan bingung.

    "Ada apa dengan orang itu? Apa wajahnya memang selalu seperti itu?" gumam Yeji ketika Hyunjin menghilang dari pandangannya.

    Hyunjin memasuki kamarnya dan langsung melemparkan ranselnya ke sembarang arah. Berjalan menuju lemari pakaian sembari mengeluarkan ponselnya. Satu tangan membuka lemari pakaian dan tangan lainnya mengecek beberapa pesan yang masuk ke dalam ponselnya.

    Tangannya mengambil baju secara acak kemudian menutup kembali lemari pakaian sebelum berjalan menuju ranjang dan menjatuhkan punggungnya pada kasur kesayangannya dengan senyum yang mengembang ketika ia singgah di group chat di mana anak-anak Seoul Connection saling terhubung.

    "Pengkhianat! Dia benar-benar ingin mengikuti acara konyol itu?" gumamnya yang kemudian meninggalkan obrolan dan menjatuhkan dengan asal ponselnya di atas ranjang.

    Tangannya kemudian meraih pakaian yang sebelumnya ia ambil lalu menggunakannya untuk menutupi wajahnya. Sejenak mengambil waktu untuk bermalas-malasan sebelum ia menghabiskan waktu di ruangan yang ia sebut dengan 'Hyunjin Lab' itu.

    Namun belum genap satu menit, batin Hyunjin tersentak ketika ia merasa ada hal yang janggal dengan pakaiannya. Ia pun segera mengangkat pakaian itu dari wajahnya dan seketika matanya terbelalak.
    Ia bangkit dan segera memeriksa pakaian itu yang ternyata bukanlah pakaiannya, melainkan pakaian milik seorang wanita.

    Dengan cepat ia mengarahkan pandangannya ke sekeliling dan di buat terperangah dengan apa yang kini terjadi pada kamarnya. Meja rias di dekat meja belajar, poster-poster kerennya yang berubah menjadi wallpaper bernuansa biru langit. Dan ketika ia menoleh, ia mendapati boneka beruang seukuran tubuhnya.

    Mulutnya sedikit terbuka, merasa terperangah dengan apa yang terjadi pada rumahnya dalam waktu satu hari. Dan ia baru ingat pada hal yang sempat ia lupakan selama beberapa waktu.

    "Hwang Yeji!!!!"

    Yeji duduk di atas ranjang sembari memeluk boneka beruang besarnya di saat Hyunjin berdiri di hadapannya dengan tangan yang berkacak pinggang dan juga tatapan menghakimi.

    "Kau apakan kamarku? Bukankah sudah ku katakan untuk pergi dari rumahku sebelum aku kembali." Terdengar begitu dingin dan menuntut. Hyunjin berpikir bahwa dia telah berhasil menakut-nakuti adiknya itu, namun matanya memicing tajam ketika gadis itu justru tersenyum lebar.

    "Aku, kan sudah mengatakan bahwa aku akan tinggal di sini. Untuk apa aku repot-repot pergi?"

    Hyunjin memandang langit-langit kamarnya. Merasa frustasi harus berhadapan dengan Yeji yang sama sekali tidak peka bahwa dia benar-benar ingin marah sekarang. Dengan sekali helaan napas, ia kembali menjatuhkan pandangannya pada Yeji.

    "Bereskan bajumu dan keluar dari rumahku!"

    "Ini sudah malam ... kenapa Oppa tega sekali padaku? Jika aku bertemu dengan orang jahat, bagaimana?"

    "Aku bukan Kakakmu dan aku tidak peduli denganmu! Sekarang juga tinggalkan rumahku!"

    "Aku akan menelepon Ayah sekarang." Bernada mengancam, Yeji segera mengambil ponselnya yang berada di dekatnya dan menghubungi sang ayah. Sedangkan Hyunjin hanya menatap jengah tanpa berkomentar apapun.

    "Ayah ... Hyunjin Oppa mengusirku dari rumah, apa yang harus aku lakukan sekarang? Ini sudah malam dan dia sama sekali tidak peduli padaku."

    Hyunjin menggaruk bagian belakang kepalanya dengan malas ketika mendengar Yeji mengadu secara berlebihan.

    "Hentikan itu." Hyunjin mendekat dan hendak merebut ponsel di tangan Yeji. Namun pergerakannya segera terhenti ketika Yeji tiba-tiba berteriak tanpa sebab.

    "Ayah! Dia ingin menyeretku keluar dari rumah ... Ayah harus memarahinya, atau jangan berikan dia uang karena sudah bertindak kasar padaku," ucap Yeji dengan netra yang sedikit melebar seakan tengah menantang Hyunjin.

    Hyunjin menghela napasnya. Bahkan dia belum menyentuh gadis itu seujung jari pun. Pikirannya memang sudah membayangkan adegan saat di mana ia menendang gadis itu keluar dari rumahnya dan menutup pintu dengan keras tanpa mempedulikan teriakan gadis itu di depan pintu. Tapi akal sehatnya melarangnya melakukan hal yang tidak manusiawi seperti itu. Dia hanya tidak ingin gadis itu mengatakan hal macam-macam pada ayah mereka.

    "Aku tidak mau ... aku ingin tinggal di sini. Lagi pula, kan ini rumah Ayah, bukan rumahnya."

    Hyunjin kembali merebut ponsel di tangan Yeji, namun gadis itu justru memukuli tangannya agar menjauh ketika gadis itu yang masih sibuk merengek pada ayah mereka.

    Hyunjin yang sudah kehabisan kesabarannya pun segera naik ke atas ranjang. Merampas ponsel di tangan Yeji beserta boneka beruang dalam pelukan gadis itu. Bagaikan tak memiliki perasaan. Hyunjin segera menindih tubuh Yeji yang terbaring dengan boneka beruang di tangannya. Sedikit menekannya agar gadis itu tak berbicara lagi meski gadis itu memberontak dengan suara yang tersamarkan.

    Salah satu sudut bibir Hyunjin tersungging. Dengan santainya ia duduk bersila dan mengambil alih ponsel. Terdengar suara sang ayah yang tampak khawatir, mungkin karena mendengar suara Yeji saat ini.

    Hyunjin kemudian bicara, "jika Ayah ingin putri Ayah baik-baik saja. Tambahkan uang bulananku."

    "Oppa!!!" teriak Yeji ketika berhasil menyingkirkan kepala boneka beruang itu dari wajahnya. Namun dengan cepat Hyunjin kembali membekapnya. Kali ini Hyunjin menggunakan sikunya untuk menindih boneka itu dengan senyuman licik menghiasi wajahnya yang sedikit pucat.

    "Jika tidak mau, aku tidak bisa menjamin keselamatan putri kesayangannya Ayah ini ... anggap saja ini ganti rugi jika sewaktu-waktu Nenek sihir itu datang dan memukul wajahku lagi. Sangat menyedihkan jika dia menyiksaku di saat aku tidak memiliki asuransi."

    Sudut bibir Hyunjin kembali terangkat ketika ia menyadari perubahan dalam nada bicara ayahnya di seberang. Hyunjin kemudian menyahuti, "dia bukan Ibuku, jangan memaksaku untuk memanggil wanita kejam itu dengan sebutan Ibu. Jika Ayah tidak mau, aku akan membalas sakit hatiku pada putri Ayah di sini. Jangan main-main denganku, eoh ..."

    Senyum Hyunjin melebar, terlihat begitu licik ketika ayahnya masuk ke dalam perangkapnya. "Jika seperti ini, aku tidak akan malu mengakui Ayah. Jangan menggangguku lagi setelah ini."

    Memutuskan sambungan secara sepihak. Hyunjin melemparkan ponsel Yeji begitu saja dan merendahkan tubuhnya. Dia menyibakkan kepala boneka yang menutupi wajah Yeji dan membuat keduanya saling berhadapan. Bisa di lihat oleh Hyunjin, wajah Yeji yang merah padam.

    "Kenapa? Kenapa melihatku seperti itu?"

    "Sinting! Cepat lepaskan aku!"

    Hyunjin menggeleng. "Tidak semudah itu. Tidak ada yang gratis di dunia ini."

    Mata Yeji yang tajam itu memicing penuh kecurigaan. "Apa yang ingin kau lakukan?"

    Dengan senyum yang mengembang tanpa memperlihatkan giginya, Hyunjin mendekatkan wajahnya pada wajah Yeji. Saat itu tangan Yeji yang berhasil terbebas segera menahan wajah sang kakak yang kemungkinan kembali menjadi orang sinting. Namun Hyunjin segera menepis tangan Yeji.

    "A-apa yang ingin kau lakukan? Jangan macam-macam padaku?"

    Dengan senyum yang masih mengembang, tampak Hyunjin yang seperti tengah ingin mempermainkan saudara tirinya itu.

    "Hwang Hyunjin, kau tidak sinting, bukan?" gumam Yeji, merasa sedikit takut dengan tingkah agresif Hyunjin. Bagaimanapun juga sudah lama mereka tidak bertemu, dan ia juga tidak tahu bagaimana Hyunjin yang sekarang.

    "Kau ingin aku berbuat sesuatu padamu?" Hyunjin sekilas menaikkan sebelah alisnya dengan senyum yang masih tertahan di kedua sudut bibirnya.

    Yeji kemudian menarik kepala boneka untuk kembali menutupi wajahnya agar Hyunjin menjauhkan wajahnya darinya. Namun dengan cepat Hyunjin menyingkirkan kepala boneka itu.

    "Kau takut ... jika aku berbuat sesuatu padamu?"

    "Jangan gila ... aku bisa saja melaporkanmu ke Polisi."

    "Laporkan saja jika kau bisa."

    Bulu kuduk Yeji meremang. Entah kenapa justru hanya ada pikiran buruk tentang kakaknya itu yang saat ini bersarang dalam pikirannya. Sejak ia datang ke rumah ini, dia sudah merasa bahwa Hyunjin merupakan orang yang berbahaya. Namun ia tidak menyangka jika kakak tirinya itu akan seberbahaya ini. Atau mungkin otaknya yang terlalu liar setelah membaca novel tentang kisah percintaan saudara tiri.

    "Apa yang sedang kau pikirkan?" tegur Hyunjin masih dengan gayanya yang santai, seakan ia tahu apa yang kini berada di dalam pikiran Yeji.

    "Kau ... apa kau selalu semenakutkan ini?"

    Hyunjin sejenak mempertimbangkan pertanyaan Hyunjin dengan cara yang sedikit mendramatis sebelum memberi jawaban. "Sepertinya aku jauh lebih berbahaya dari ini, kau ingin mencobanya?" Hyunjin sekilas mengedipkan matanya. Membuat Yeji menahan napasnya dengan sikap waspada.

    "Jangan macam-macam. Aku pemegang sabuk hitam, jika kau lupa itu."

    "Kalau begitu aku pemegang sabuk putih," jawaban acuh yang membuat Yeji hampir kehilangan akal.

    "Kita buat kesepakatan dan akan ku biarkan kau tinggal di sini."

    "Apa itu?"

    "Kau menerima uang bulanan dari Ayah?"

    Yeji mengangguk dan langsung menahan napasnya ketika Hyunjin semakin mendekatkan wajahnya dan membuat gadis itu mengerjap selama beberapa kali.

    "Aku tidak akan melakukan apapun padamu, asal kau mau membagi uang bulananmu denganku. Bagaimana?"

    "Kau sudah mendapatkannya sendiri dari Ayah, untuk apa masih meminta punyaku?"

    "Kau tidak mau?" Hyunjin semakin mendekatkan wajahnya dan membuat Yeji memekik sembari memalingkan wajahnya dengan mata tertutup.

    "Iya, iya! Aku setuju ... aku setuju, aku akan membagi uangku ..."

    Hyunjin tersenyum lebar penuh kemenangan. Dia menegakkan tubuhnya dan kembali menutupi wajah Yeji menggunakan kepala beruang itu. Dengan kekehan ringannya ia meninggalkan kamarnya.

    Yeji segera menyingkirkan boneka itu dari atasnya dan bangkit. Menatap kesal ke arah Hyunjin yang sudah puas mempermainkannya.

    "Hwang Hyunjin, Sinting!"

    Dengan kesal Yeji melempar boneka kesayangannya itu ke lantai di susul oleh kakinya yang menendang selimut beberapa kali di sertai oleh teriakan frustasi. Mungkin memang dia yang terlalu terbawa drama yang baru saja di mainkan oleh Hyunjin yang kini memutar musik dengan keras di ruang tamu.













Selesai di tulis : 01.04.2020
Di publikasikan : 01.04.2020





   
Mari kita membahas sejenak tentang masa depan Hyunjin dan juga Book ini😌😌
Cerita ini memiliki alur yang lambat, tidak berbeda jauh dari Karya saya yang lain. Namun perbedaan yang paling mencolok dari cerita ini adalah pada tokoh utama yang memiliki suatu penyakit di sini.

Ya, seperti harapan kalian bahwa tokoh utama di sini nantinya akan sakit keras, dan saking kerasnya ... ya begitulah😂😂😂

Sehubungan dengan sakit yang di derita oleh tokoh Hyunjin di sini. Saya akan sedikit memberikan spoiler.

Penyakit ini mungkin memiliki resiko kematian yang rendah, meski penyakit ini sangat mengerikan menurut saya pribadi, karena seseorang yang menderita penyakit ini hanya akan menimbulkan gejala dalam waktu sebentar sebelum benar-benar tumbang (?)

Jarak paling sedikit pasien tidak bisa melakukan apapun setelah mengalami gejala penyakit ini adalah 24 jam.

Tapi ingat, itu hanya jarak paling sedikit. Kebanyakan akan mengalami gejalan dua minggu sampai empat minggu sebelum benar-benar tidak bisa melakukan apapun.

Dan meski resiko kematian dalam penyakit ini sangat kecil, namun beberapa pasien yang di nyatakan sembuh. Nyatanya belum bisa beraktivitas seperti normal untuk tiga tahun setelahnya.

Cukup mengerikan menurut saya, mengingat tokoh Hyunjin di sini di kisahkan sebagai anggota dari Group Underground Hip-Hop, yang tentunya akan menggelar Showcase di beberapa kota nantinya. Dan bagaiman jika penyakitnya tiba-tiba kambuh saat dia berada di atas panggung dengan di saksikan ratusan orang😏😏😏

Karena penyakit ini terlalu mengerikan bagi seorang anak muda yang memiliki semangat juang tinggi seperti Hyunjin. Saya ingin Hyunjin merasakan kehidupan damainya untuk waktu yang lebih lama.

Jadi ... mohon maaf jika alur dalam cerita ini akan berjalan dengan lambat😉😉😉

Sekian dari saya😊😊

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro