02
Hyunjin berjalan dari rumah menuju Halte yang berjarak sekitar 200 meter dari rumahnya. Suasana pagi yang menenangkan, sejenak menyingkirkan kekhawatirannya tentang kedatangan adik tirinya yang pastinya membuatnya mendapatkan masalah baru dengan sang ibu tiri.
Ransel yang menggantung di bahu kirinya, dua tangan yang tersimpan di dalam saku celana. Langkah santainya mencoba menikmati waktu senggangnya pagi itu tanpa ada kekhawatiran bahwa ia mungkin saja akan tertinggal Bus.
Tidak jauh dari tempatnya, ia melihat seorang pemuda dengan seragam yang sama seperti miliknya tengah memasuki sebuah mini market. Dia pun menepi, bergegas menyusul pemuda yang ia lihat sebelumnya. Namun saat akan memasuki mini market, kakinya tak sengaja tersandung pintu dan hampir terjatuh. Beruntung ia masih bisa mempertahankan pijakannya.
Hyunjin memasuki mini market dan melongokkan kepalanya ke penjuru mini market untuk menemukan sosok pemuda yang baru saja ia lihat hingga senyum licik itu seketika menghiasi wajah rupawannya tatkala ia berhasil menemukan puncak kepala dari pemuda yang ia lihat sebelumnya.
Ia bergegas menghampiri pemuda itu dan dalam waktu singkat ia berdiri di samping pemuda berkacamata yang tampak memilih minuman kotak yang berjajar di etalase.
Yang Jongin. Siswa kelas 10 yang sering kali menjadi bulan-bulanan Hyunjin itu menoleh ketika ekor matanya menangkap sosok yang kini berdiri di sampingnya.
Seketika netra di balik kacamata itu melebar sebelum tundukkan kepala yang ia berikan pada Hyunjin.
Hyunjin sekilas menepuk tengkuk Jongin dan mengambil satu minuman kotak sebelum meninggalkan Jongin. Pemuda berkacamata itu lantas mengambil minuman kotak secara acak dan menyusul Hyunjin yang saat itu berdiri di depan meja kasir.
"Bayarkan punyaku." ucap Hyunjin dengan pandangan yang menatap lekat pemuda yang hanya mengangguk dengan kepala yang sedikit tertunduk itu.
Hyunjin lantas keluar di saat Jongin membayar minuman keduanya. Tak langsung pergi, Hyunjin berdiri di depan mini market sembari menikmati minuman kotak yang ia dapatkan dengan gratis untuk pagi ini.
Tak sampai satu menit, Jongin keluar dan sedikit kaget ketika melihat Hyunjin masih berdiri di sana dan pergerakan Hyunjin sempat terhenti ketika menangkap sosok pemuda itu yang berdiri beberapa langkah darinya.
"Kenapa melihatku seperti itu? Memangnya aku ini penjahat?" acuh Hyunjin dan segera melemparkan ranselnya ke arah Jongin yang menangkapnya dengan panik.
"Ayo jalan." sebuah ucapan yang yang terdengar seperti kalimat perintah. Hyunjin lantas melangkahkan kakinya terlebih dulu dan di ikuti oleh Jongin yang membawakan ranselnya.
Tanpa ada protes, siswa berkacamata itu berjalan mengikuti Hyunjin dengan kepala yang segera menunduk ketika Hyunjin sempat menoleh ke arahnya. Dan hal itu bukan hanya terjadi hari ini melainkan pada hari-hari sebelumnya karna Yang Jongin lah satu-satunya murid yang membuat Hyunjin tertarik. Meski hal yang di lakukan oleh Hyunjin pada anak itu bukanlah sesuatu yang bisa di katakan sebagai hal positif. Namun Hyunjin masih memiliki kewarasan untuk tidak melakukan kekerasan fisik pada adik kelasnya itu. Mungkin hanya sebatas meminta uang jajan setiap hari, dan itu sudah lebih cukup bagi Hyunjin.
Berjalan tidak jauh dari tempat sebelumnya, langkah Hyunjin terhenti ketika ia melihat selebaran yang berada di depan sepatunya. Hal itu pun sontak menghentikan langkah Jongin.
Hyunjin memandang Jongin dan berucap, "ambil itu!"
Tak banyak protes, Jongin lantas mengambil selebaran tersebut dan menyodorkannya ke hadapan Hyunjin.
"Bacakan!"
"Bergabunglah dengan kami di malam yang bersinar, konser final Bulletproof Scouts Boy. Sabtu ini di Gokcheo Sky Dome."
Hyunjin merampas selebaran itu dan membacanya sendiri, di mana selebaran itu merupakan selebaran yang di gunakan untuk mempromosikan sebuah grup yang akan segera menggelar konser.
Bulletproof Scouts Boy. Group Underground yang sukses baik di dalam Negeri maupun luar Negeri itu telah merampungkan konser tour mereka dan berencana menggelar konser penutupan di Seoul. Sebagai orang yang berkecimpung di industri musik beraliran Hip-Hop, Hyunjin tentunya tak asing lagi dengan nama itu.
"Woah... Aku iri pada mereka." gumam Hyunjin, menyatakan kekaguman terhadap group seniornya tersebut. Dia sendiri saat ini tercatat sebagai salah satu anggota dari Group Underground Hip-Hop bernama Seoul Connection bersama keempat temannya. Namun grup yang ia naungi masih jauh dari kata sukses karna mereka hanyalah seorang pemula dan hanya membuat pertunjukkan setiap akhir pekan di gedung teater yang memang telah di sediakan untuk Group Underground seperti mereka.
"Senior juga sangat keren." ucap Jongin takut-takut dan segera menunduk ketika tatapan sinis Hyunjin jatuh padanya.
"Memangnya kau pernah melihatku?"
Jongin mengangguk dan berucap, "aku pernah pergi sekali untuk melihat senior akhir pekan lalu."
Senyum Hyunjin tersungging tak percaya. Dia lantas mendorong pelan kepala Jongin sembari berucap, "kutu buku sepertimu bisa pergi ke tempat seperti itu. Mengesankan... Kau ingin menjadi anak nakal sekarang?"
"Bukan begitu. Anak-anak di sekolah sering membicakan Senior, aku pergi karna penasaran."
Hyunjin menatap tak percaya. Namun percayalah bahwa kebanggaan dirinya semakin meningkat ketika seseorang memujinya, meski ia tampak biasa-biasanya saja.
"Kau ingat ini baik-baik. Suatu saat nanti, aku akan berdiri di panggung yang sama dengan orang-orang ini."
Jongin takut-takut menatap Hyunjin, namun dia segera menjatuhkannya kembali. Terlalu menakutkan melihat tatapan sinis seorang Hwang Hyunjin.
"Kenapa? Kau tidak percaya? Kau sedang meremekan kemampuanku?" Hyunjin memukul kepala Jongin dengan selebaran di tangannya, "cepat katakan! Awas saja jika kau sampai berulah. Lihat saja nanti."
"Bukan begitu... Aku akan menjadi orang yang berteriak paling kencang saat itu terjadi."
"Cih! Memangnya kau siapa?" dengan sudut bibir yang tersungging meremehkan, Hyunjin membuang selebaran di tangannya dan kembali melangkahkan kakinya di ikuti oleh Jongin yang kembali menjadi pihak yang serba salah.
Memuji salah, diam saja salah. Jongin terkadang bingung dengan kelakuan seniornya tersebut. Dan beruntungnya dia mendapatkan uang jajan dalam jumlah yang cukup besar dari orangtuanya.
Hyunjin membuang bungkus minuman kotak di tangannya yang sudah habis dan bergegas menuju Halte yang sudah terlihat dari tempat mereka.
"Cepat sedikit..."
"Ye..." Jongin menyahuti dari belakang dan sedikit berlari kecil untuk mengejar Hyunjin.
Langkah Hyunjin tiba-tiba terhenti ketika batinnya tersentak, dan hal itu sontak membuat langkah Jongin kembali terhenti dan memperhatikannya dari belakang.
Hyunjin mengangkat tangan kirinya dan mendaratkan telapak tangannya pada bagian belakang kepalanya. Dia menggelengkan kepalanya ketika pusing kembali mendera seperti yang kerap ia alami selama seminggu terkahir ini.
Jongin yang menyadari hal itupun segera beralih ke hadapan Hyunjin. "Senior, kau baik-baik saja?"
Hyunjin tak merespon ketika merasa kesadarannya yang perlahan mengambang. Sementara Jongin segera membulatkan matanya ketika melihat darah yang perlahan keluar dari kedua hidung Hyunjin.
"S-senior, hidungmu berdarah."
Hyunjin yang mendegar itu pun segera menurunkan tangannya dan memegang area hidungnya. Dia kembali menjauhkan tangannya dan melihat darah di sana. Wajahnya mengernyit, tak begitu terkejut dengan apa yang ia alami pagi itu.
"Lagi?" batinnya sebelum ia menutupi area mulut serta hidungnya menggunakan telapak tangannya dan membuat Jongin di landa kekhawatiran.
"Senior, kau baik-baik saja? Kita pergi ke Rumah Sakit saja."
"Diamlah." gumam Hyunjin dengan wajah yang semakin mengernyit.
Dia tiba-tiba berjongkok dengan satu tangan yang terbebas mencengkram kepalanya yang kembali sakit dengan wajah yang tertunduk, di mana hal itu membuat telapak tangan yang menutupi mulut dan hidungnya dengan cepat di aliri oleh darah yang kemudian menetes pada jalanan.
Jongin langsung panik dan segera berjongkok guna memastikan keadaan Hyunjin. "Senior, aku akan memanggil ambulan. Senior bertahanlah."
"Apa yang sedang anak ini bicarakan? Sial!" sebuah umpatan yang hanya mampu terucap dalam hati.
Kedua lutut Hyunjin kemudian bertemu pada jalanan dengan tubuh yang membungkuk ketika kepalanya terasa makin sakit dan semakin melemahkan kesadarannya. Hingga hanya berselang beberapa detik tubuhnya tergeletak ketika kesadarannya benar-benar menghilang dan meninggalkan kepanikan dari siswa berkacamata itu.
"S-senior... Apa- siapapun tolong kami..." Jongin lantas berteriak untuk meminta bantuan sembari berusaha membangunkan Hyunjin yang sudah tak sadarkan diri.
"Senior... Tolong... Siapapun, tolonga kami... Senior... Bangunlah."
Selesai di tulis : 16.02.2020
Di publikasikan : 16.02.2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro