Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

12 [Yongbok Seonbaenim]

"Omo ... seragam ini sangat cocok untukku."

Hyunjin sekilas memandang Yeji yang tengah berdiri menghadap meja rias dan menyunggingkan senyumnya lalu memasukkan beberapa buku ke dalam ranselnya.

Tiga hari ia absen dari sekolah karena menjalani perawatan kecil untuk hidungnya. Dan pagi itu ia secara terpaksa harus pergi ke sekolah bersama Yeji karena hari ini, adiknya itu resmi bersekolah di sekolahnya.

Yeji menoleh ke arah Hyunjin. "Hyunjin, apa aku terlihat cantik?"

"Bersikap sopanlah padaku dan jangan mengikutiku ketika kita sampai di sekolah." Hyunjin menyampirkan ranselnya di bahu kiri dan bergegas keluar kamar. "Cepat sedikit."

Yeji segera mengambil ranselnya dan menyusul Hyunjin. Pagi itu keduanya meninggalkan rumah bersama-sama. Dan Yeji yang tak henti-hentinya bicara sempat membuat seulas senyum tipis terlihat di wajah Hyunjin yang dengan cepat menghilang ketika Yeji tiba-tiba menggandeng tangannya.

"Bagaimana sekolahmu? Apa di sana banyak orang asing?"

Hyunjin sekilas memandang kemudian menjawab, "mereka tidak akan menerima murid pindahan dari luar negeri sepertimu. Jangan menangis dan jangan mengadu padaku jika kau mendapatkan diskriminasi."

Hyunjin menarik tangannya, melepaskan diri dari Yeji dan membuat gadis itu mendengus.

"Cepat sedikit ..."

Beberapa menit kemudian mereka sampai di halte dan tak menunggu lama hingga bus yang mereka tunggu datang. Yeji masuk lebih dulu dan memilih salah satu bangku kosong di sana. Namun Hyunjin yang berada di belakangnya berhasil mengenali sosok Jeongin yang juga menaiki bus tersebut.

Jeongin sedikit memalingkan wajahnya ketika Hyunjin mendekat ke arahnya. Hyunjin berinisiatif untuk duduk di samping Jeongin, namun tangannya lebih dulu di tarik oleh Yeji yang duduk berseberangan dengan Jeongin.

"Kau duduk saja di sini."

Gigi Hyunjin saling beradu, merasa kesabarannya hampir habis untuk menghadapi tingkah menyebalkan Yeji sejak bangun tidur. Bus berjalan, membawa mereka ke tempat tujuan, dan sepanjang perjalanan Yeji tak henti-hentinya bersuara. Memaksa Hyunjin untuk menyahut meski hanya dengan sebuah gumaman.

Di samping mereka, Jeongin sesekali mencuri pandang dan segera berpaling ketika tertangkap basah oleh Hyunjin. Dan di pemberhentian ke lima, ketiganya turun dari bus.

Jeongin turun terlebih dulu dan segera meninggalkan halte seakan ingin menghindari Hyunjin.

"Seragam anak itu sama dengan kita, mungkinkah kita satu sekolah?"

Hyunjin memandang Yeji. "Mulai detik ini, jangan menyapaku ketika kita berada di sekolah. Dan satu lagi, jangan mengatakan pada siapapun jika ayah kita sama," lalu melangkahkan kakinya.

"Ya! Bagaimana bisa seperti itu?" Yeji berlari kecil untuk menyusul Hyunjin.

Tak lama keduanya memasuki halaman sekolah yang luas dan cukup ramai. Yeji memandang ke sekeliling hingga tidak sadar jika Hyunjin berhenti di depannya. Gadis itu sedikit kaget ketika Hyunjin menghentikan langkahnya dengan menaruh telunjuk di keningnya.

"Jangan mengikutiku."

Yeji mengusap keningnya. "Aku tidak tahu di mana kelasku, setidaknya antarkan aku ke ruang guru."

"Pergi sendiri, kau gunakan untuk apa mulutmu itu? Dan ingat baik-baik, berpura-puralah tidak mengenalku."

Hyunjin hendak kembali meninggalkan Yeji, namun Yeji justru menahan lengannya.

"Apa lagi?"

"Jika aku tersesat bagaimana?"

"Hubungi panduan untuk turis, jangan merepotkanku apa lagi sampai mengikutiku."

"Antarkan aku ke ruang guru terlebih dulu."

"Pergilah sendiri." Hyunjin menarik tangannya sedikit kasar dan segera meninggalkan Yeji.

"Ya! Hwang Hyunjin!" Yeji memekik marah. Gadis itu melepas satu sepatunya dan kemudian menggunakannya untuk melempar Hyunjin. Namun bukannya melayang ke arah Hyunjin, sepatu itu justru ke arah lain dan berhasil mengenai kepala seorang siswa.

Yeji yang melihatnya segera menutup mulutnya yang terbuka menggunakan kedua tangannya.

"Ya ampun!" Gadis itu segera berlari kecil menghampiri siswa yang baru saja terkena lemparannya. Dan pemuda itu tidak lain adalah Felix.

Felix menoleh, sekilas memandang ke arah sepatu sebelum pada sang pemilik yang langsung berhenti di depannya sembari beberapa kali membungkukkan badannya.

"Maafkan aku, aku tidak sengaja. Aku benar-benar minta maaf."

Dahi Felix sedikit mengernyit. "Hwang Yeji?"

"Eh?" Yeji sedikit kaget ketika Felix menyebut namanya. Gadis itu segera menegakkan tubuhnya dengan tatapan bertanya.

Netra Felix sempat mengerjap. Sudah jelas yang dilihatnya sekarang adalah Hwang Hyunjin versi perempuan, dan tidak salah lagi jika gadis di hadapannya itu adalah adik dari Hwang Hyunjin.

"Kau mengenalku?"

"Kau adik Hwang Hyunjin?"

"Dari mana kau tahu?"

"Wajah kalian mirip."

"Sungguh? Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

"Aku tidak yakin, aku pergi dulu."

"Tunggu dulu." Yeji dengan berani-beraninya menahan tangan Felix dan membuat pemuda itu kembali menghadapnya.

"Siapa namamu? Apa kau teman Hyunjin?"

Felix menarik tangannya lalu menjawab, "Lee Yongbok."

"Lee ... Yongbok?"

Tak ingin menunggu hingga pikiran Yeji terbuka karena ia pun tidak yakin bahwa gadis itu mengenalnya, ia pun meninggalkan Yeji.

"Tunggu dulu!" suara Yeji tiba-tiba meninggi dan sontak menarik perhatian beberapa pelajar di sekitar sana.

Di jarak satu meter Felix berbalik dan kembali memandang Yeji yang kemudian berucap dengan lantang, "kau, Lee Yongbok yang dulu membully kakakku?"

Felix tertegun, namun beberapa pelajar yang mendengar hal itu tampak terkejut. Tak mempedulikan keadaan sekitar, Yeji dengan langkah lebarnya menghampiri Felix dan memperhatikan wajah pemuda itu dengan seksama.

"Benar ... aku masih ingat wajahmu. Kau, kan yang membuat kakakku menangis setiap pulang sekolah?"

"Kau salah orang."

Yeji menggeleng. "Tidak ... aku hafal betul dengan wajahmu." Yeji menggunakan telunjuknya untuk menunjuk wajah Felix, "hidungmu, matamu, semuanya. Jangan kau pikir kau bisa lolos dariku."

Yeji sedikit tersentak ketika Felix tiba-tiba menahan tangannya. Felix kemudian berujar, "bersikap sopanlah pada seniormu, murid baru."

"Lepaskan." Yeji menarik tangannya, namun Felix tak berniat melepaskannya.

"Dengar baik-baik, jangan menyebarkan rumor palsu tentangku. Asal kau tahu, akan sangat tidak masuk akal jika seorang Hwang Hyunjin adalah murid bullyan ... yang ada dialah pelaku pembullyan itu sendiri."

"Apa maksudmu?"

"Aku tidak ada urusan dengan kakakmu."

Tangan Yeji yang terbebas tiba-tiba memukul kepala Felix dan sempat membuat pemuda itu terkejut. Berani sekali murid baru itu bersikap kasar padanya, meski itu bukan pertemuan pertama mereka. Karena benar apa yang dikatakan oleh Yeji, bahwa ia memang sering membuat Hyunjin menangis setiap pulang sekolah. Namun itu dulu ketika mereka masih anak-anak, dan ia berhenti mengganggu Hyunjin ketika Hyunjin duduk di kelas 9. Ia bahkan berpura-pura tidak pernah mengenal Hyunjin dan sejak saat itu hubungan keduanya menjadi canggung.

Felix melepaskan tangan Yeji dan segera meninggalkan gadis itu.

"Ya! Awas saja jika sampai kau mengganggu kakakku lagi. Kau dengar itu!"

Felix sekilas menggaruk keningnya dengan seulas senyum yang terlihat geli. Tidak menyangka jika akan kembali di pertemukan dengan gadis kasar itu. Satu hal yang membuat Felix tak bisa melupakan Yeji, yaitu ketika gadis itu datang dan langsung memukul wajahnya lalu memarahinya.

Waktu itu dia masih duduk di kelas 5 sekolah dasar, dan ia cukup malu saat itu karena Yeji yang saat itu baru kelas 4, berani datang ke kelas para senior hanya untuk memarahinya karena ia selalu mengganggu Hyunjin.

Dan mungkinkah permusuhan keduanya akan berlanjut di bangku SMA? Meski pada kenyataannya Felix tidak berpikir bahwa ia memiliki masalah dengan gadis bernama Hwang Yeji tersebut.

Selesai di tulis : 31.05.2020
Di publikasikan : 31.05.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro