Lembar 35.
Sana menghela napas berat. Duduk di depan meja rias, wanita muda itu memperhatikan bayangan dirinya di dalam cermin. Sekeras apapun keinginannya untuk melarikan diri, pada akhirnya dia terduduk di sana hanya karena masih ingin hidup. Dan satu-satunya pilihan yang ia punya sekarang adalah bertunangan dengan Kim Yohan.
Sebenarnya Yohan tidak memiliki kenangan buruk bersama Sana. Hanya saja Sana benar-benar tidak bisa menerima pemuda itu sebagai seorang pria.
Mengalihkan pandangannya, Sana menemukan sosok Taehyung yang saat ini berdiri di dekat pintu di dalam kaca. Sekelebat bayangan tentang mimpinya kembali, Sana segera menggeleng dan memukul pelan kepalanya.
"Apa yang sedang aku pikirkan? Terlutuklah pikiranku ini."
"Baik, aku mengerti. Kami akan segera ke sana."
Perhatian Sana teralihkan oleh suara Taehyung yang tengah berbicara melalui alat komunikasi di telinga pemuda itu. Dan pandangan Sana mengikuti pergerakan Taehyung yang mendekatinya.
"Sudah waktunya untuk pergi, Nona."
Wajah Sana mengernyit ketika ucapan Taehyung sama persis dengan yang ada dalam mimpinya.
Sana lantas menggerutu, "aish ... kenapa kau harus mengatakan hal itu?"
Sebelah alis Taehyung terangkat. Menatap heran. "Memangnya apa yang aku katakan?"
"Lupakan. Kau pergi sendiri saja, wakilkan aku."
"Aku tidak tertarik dengan Kim Yohan."
Sempat tertegun, Sana lantas mencibir dengan malas, "aku tidak percaya kau mengatakan hal semacam itu."
Sana kembali tertegun. Namun kali ini bukan karena ucapan Taehyung, melainkan tindakan pemuda itu. Taehyung mengulurkan tangannya dan membuat Sana sempat terlihat bimbang.
"Bertunanganlah dengan anak itu, tapi menikahlah denganku," mimpi terkutuk itu kembali melintas dalam pikiran Sana.
Sana tertegun, perlahan membawa pandangannya untuk melihat wajah Taehyung. Bukan apa-apa, Sana terkadang masih sering terjebak dalam ilusinya tentang si Kepala Keamanan Kim yang terus bergentayangan dalam mimpinya.
"Sudah waktunya untuk pergi," ucap Taehyung dengan lebih lembut.
Sana mencibir dengan kesal, "kenapa kau harus mengatakan hal itu? Membuatku merasa bersalah saja."
Sana bangkit sendiri dan mengabaikan tangan Taehyung. Padahal mungkin saja itu bisa jadi kesempatan bagus. Mungkin saja sebagian dari mimpinya akan benar-benar terjadi jika dia meraih uluran tangan Taehyung. Namun sayangnya dia telah melewatkan kesempatan emas itu.
"Tunjukkan jalannya," ucap Sana, masih dengan nada yang kesal.
Sana melangkah lebih dulu sembari sedikit mengangkat bagian bawah gaunnya. Namun saat itu langkahnya terhenti, tubuhnya tersentak ketika Taehyung tiba-tiba meraih pinggangnya. Sana menatap terkejut dan berucap dengan gugup.
"A-apa, apa yang sedang kau lakukan?"
Seperti tak melakukan sesuatu yang salah, tangan Taehyung yang terbebas mengangkat ponselnya dan membuat Sana melihat ke arah ponsel tersebut.
"Setidaknya kita harus memiliki kenang-kenangan bersama ketika Nona masih lajang," ucap Taehyung yang langsung mengambil foto mereka berdua menggunakan ponselnya.
Taehyung yang tersenyum dengan lembut, sementara Sana yang tertegun memandang Taehyung. Seperti itulah potret yang didapatkan oleh Taehyung.
"Sangat mirip," batin Sana.
Taehyung menurunkan ponselnya seiring dengan garis senyum di wajahnya yang memudar. Dan ketika Taehyung balik memandang Sana, wanita muda itu segera mendorong Taehyung dengan panik dan melangkah mundur. Namun saat itu dia justru tak sengaja menginjak gaunnya sendiri.
Seperti bagian dalam mimpinya, Sana terjatuh saat tangannya tak mampu meraih Taehyung. Namun keadaan lebih baik dari mimpinya ketika ia tak jatuh sendirian. Taehyung segera meraih tangan Sana, namun ia yang kehilangan keseimbangannya justru turut jatuh bersama Sana.
Beruntung Taehyung masih sempat meraih bahu Sana, dan ketika terjatuh ia membawa Sana ke dalam pelukannya sehingga kepala Sana tidak terbentur lantai. Namun hal itu justru melukai bahu serta sikunya.
Pintu tiba-tiba terbuka tepat satu detik sebelum tubuh keduanya menyentuh lantai. Jaehyung terperangah dan tak bisa melakukan apapun selama beberapa detik hingga suara rintihan Sana terdengar. Sana membuka matanya yang sempat terpejam dan mendapati wajah kesakitan Taehyung. Sana terkejut dan segera bangkit.
"Kau baik-baik saja?" panik Sana.
"Apa yang sedang kalian lakukan?" tegur Jaehyung yang belum mengembalikan kesadarannya sepenuhnya.
Sana berucap ketus namun juga khawatir, "apa lagi? Kenapa Oppa masih berdiri di sana? Kepala Keamanan Kim sedang terluka."
"Aku baik-baik saja," sahut Taehyung sembari bangkit.
"Apa Nona terluka?"
Sana menggeleng, sedikit tertegun dengan sikap Taehyung yang tiba-tiba menjadi lembut.
"Kepalamu terluka?"
"Tidak," Taehyung menggeleng.
"Tapi kenapa sikapmu aneh sekali hari ini?"
"Sudah selesai bicaranya?" tegur Jaehyung, menengahi pembicaraan keduanya. Sangat mengganggu bagi Sana namun penyelamat bagi Taehyung yang tidak memiliki jawaban atas pertanyaan Sana.
"Kim Taehyung, apa kau terluka?"
"Tidak, aku baik-baik saja."
"Kalau begitu cepatlah, semuanya sudah menunggu."
Taehyung bangkit lebih dulu dan mengulurkan tangannya pada Sana. Seperti sebelumnya, Sana terlihat sangat ragu. Namun kali ini Sana menerima uluran tangan Taehyung. Bukan hanya itu, Sana menarik tangan Taehyung meninggalkan ruangan itu dan membuat Jaehyung menatap bingung.
"Apa yang terjadi di antara mereka? Sejak kapan mereka akur seperti itu?"
Sekilas memiringkan kepalanya, Jaehyung lantas menyusul kepergian keduanya. Dan hari itu pertunangan antara Sana dan Yohan benar-benar terjadi.
Semua terlihat bahagia kecuali Sana, sementara Taehyung tak menunjukkan respon apapun. Dari tempatnya berdiri dia memperhatikan setiap gerak-gerik Sana dan tak berpaling meski pandangan Sana sempat menemukan tempatnya.
"Sayang sekali," gumam Taehyung.
"Siapa yang sedang kau bicarakan?"
Taehyung langsung menoleh ke samping, di mana di sana Seonghwa tiba-tiba muncul.
"Kenapa kau bisa ada di sini?"
Seonghwa menunjukkan keberadaan Chungha menggunakan padangannya.
"Kalian berkencan?"
Seonghwa tersenyum lebar dan sekilas memukul bahu Taehyung. "Apa maksudmu dengan kencan? Aku menjadi supir pribadinya sekarang."
Taehyung menatap tak percaya. "Kau turun jabatan?"
"Eih ... apa bedanya denganmu? Kau sama-sama menjadi supir pribadi."
"Jangan salah sangka. Aku, Kepala Keamanan Kim. Jangan samakan aku dengan dirimu."
Seonghwa tersenyum tak percaya. "Apa-apaan kau ini? Omong-omong, Nona Kim Sana terlihat sangat cantik malam ini. Bukan begitu?"
Taehyung menatap sinis dan menjawab dengan tak acuh, "sebaiknya kau menjaga matamu."
"Eih ... kau ini. Mau minum bersama?"
Taehyung langsung menendang kaki Seonghwa yang lantas kesakitan namun masih tetap bisa tersenyum lebar.
"Pergilah."
"Ya ampun, kau masih kasar seperti dulu. Bagaimana kabar model cantik itu?"
Taehyung menatap sinis. "Kenapa? Kenapa tiba-tiba menanyakannya?"
"Tidak, hanya penasaran saja."
"Kami akan segera menikah, kau tunggu saja undangannya. Aku tidak akan mengundangmu."
Seonghwa tertawa pelan. "Kau hanya mengucapkan hal-hal konyol setiap waktu. Tapi ..."
"Apa?"
Seonghwa segera menggeleng. "Tidak, tidak apa-apa. Kalau begitu aku pergi dulu. Jangan terlalu lama memandangi Nona Sana, kau bisa jatuh hati padanya."
Seonghwa melambaikan tangannya dan segera melarikan diri. Sementara Taehyung memperhatikan kepergian rekannya itu hingga ia tidak sadar jika Sana sudah berdiri di hadapannya.
"Bicara apa dia?"
Taehyung kembali melihat ke depan dan langsung dikejutkan oleh keberadaan Sana. Hampir saja ia berteriak, namun ia hanya memegangi dadanya dan menghela napas berat.
"Apakah aku terlihat seperti hantu?" nada bicara Sana kembali seperti sedia kala, terdengar kesal meski tidak marah sekalipun jika sudah berbicara dengan Taehyung.
Dengan mudahnya Taehyung mengangguk. "Sangat mirip."
Sana mendecak dan hampir memukul kepala Taehyung. Namun ia segera sadar bahwa dia tengah berada di tempat umum di mana semua orang mengenalnya.
"Ayo," ucap Sana kemudian.
"Acaranya belum selesai. Jika ingin melarikan diri, kenapa tidak sejak awal saja?"
"Jangan mengujiku. Aku sudah cukup bersabar sejauh ini. Jika kau menolak, berikan saja kuncinya padaku."
Sudut bibir Taehyung tersungging sebelum ia melangkahkan kakinya mengikuti Sana yang meninggalkan aula. Sementara Yohan yang menyadari kepergian Sana lantas segera mengejar. Namun Yohan gagal menghalangi kepergian Sana ketika Taehyung kembali berjalan satu langkah di depannya.
"Noona! Acaranya belum selesai, Noona ingin pergi ke mana?" lantang Yohan ketika menyaksikan mobil yang dikendarai oleh Taehyung meninggalkan halaman gedung.
Yohan menghela napas, putus asa dan terlihat seperti pemuda yang malang.
"Apakah aku langsung dicampakan di hari pertunanganku?"
Selesai ditulis : 18.02.2021
Dipublikasikan : 27.02.2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro