Lembar 32.
Taehyung keluar dari lift dan segera menuju apartemen Yeonjoo, namun kehadirannya di sana berhasil mengejutkan Yohan yang saat itu baru saja keluar dari unit apartemennya yang bersebelahan dengan apartemen milik Yeonjoo. Yohan tidak menetap di sana, dia masih tinggal di rumah keluarganya. Namun sesekali ia mengunjungi apartemen yang menjadi tempat rahasianya itu.
Taehyung segera menekan beberapa angka untuk membuka kunci pintu, namun sayangnya angka yang ia masukkan salah.
"Kenapa? Aku sudah memasukkan dengan benar," gumam Taehyung dengan nada yang sedikit panik sebelum kembali memasukkan angka yang sama.
Sedangkan Yohan yang merasa penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Taehyung di tempat itu, lantas tetap berdiri di depan pintu apartemennya sembari memperhatikan Taehyung.
"Apa yang orang itu lakukan di sini?" gumam Yohan.
Setelah beberapa kali gagal, Taehyung mengusap keningnya yang mengernyit dan tampak frustasi. Mencoba untuk tetap tenang, Taehyung mengambil ponselnya dan menghubungi Yeonjoo. Namun sayangnya dia justru dialihkan ke pesan suara. Menghela napasnya berat, Taehyung lantas mengirimkan pesan suara kepada Yeonjoo.
"YooA, aku tahu kau di dalam. Cepat buka pintunya."
Menurunkan ponselnya dan menunggu, saat itulah ekor mata Taehyung menemukan sosok asing yang berdiri di sebelah kiri. Perlahan menolehkan wajahnya ke kiri, netra Taehyung menajam ketika melihat Yohan. Sedangkan Yohan justru tersenyum tipis sembari melambaikan tangannya ke udara. Taehyung tak bermaksud merespon Yohan. Tanpa mengalihkan pandangannya dari Yohan, tangan kanan Taehyung terangkat dan mengetuk pintu tak terlalu keras.
Yohan kemudian berjalan dengan santai ke arah Taehyung dan membuat pemuda itu menatap curiga.
"Kau di sini, Kepala Keamanan Kim?" sapa Yohan dengan senyum ramah yang justru terlihat licik di mata Taehyung.
Taehyung sendiri juga heran. Sudah ribuan kali dia datang ke sana, namun baru kali ini dia melihat siapakah yang menjadi tentangga Yeonjoo. Tanpa merubah sikapnya yang waspada, Taehyung balik menegur, "kau tinggal di sini?"
Yohan mengangguk dan sekilas memandang pintu. "Kau juga tinggal di sini?"
Taehyung bergumam sebagai jawaban, membuat sebelah alis Yohan terangkat.
"Tapi, setahuku yang tinggal di sini adalah seorang model ternama. Mungkinkah aku yang salah?"
"Haruskah aku menjelaskannya padamu?"
Yohan tersenyum simpul. "Tidak. Tapi sepertinya kau kesulitan untuk masuk."
"Bukan urusanmu," terdengar lebih dingin dan itu merupakan sebuah peringatan.
Yohan sekilas melihat jam tangan di pergelangan tangan kirinya dan berucap, "Sana Noona hari ini ada kelas pagi."
"Jika kau tidak memiliki kepentingan, lift ada di sebelah sana."
Yohan tersenyum lebar dan tertawa ringan tanpa suara. Dia kemudian mendekati Taehyung dan membuat bahu keduanya sejajar.
"Jangan dipikirkan, Sana Noona akan pergi bersamaku hari ini." Yohan sekilas menepuk bahu Taehyung. "Semoga kau beruntung, Kepala Keamanan Kim. Aku pergi dulu, sampai jumpa."
Yohan lantas meninggalkan Taehyung yang tampak kesal. Dan ketika Taehyung menoleh ke arahnya yang sudah memasuki lift, dia melambaikan tangannya tak lupa dengan seulas senyum sebagai sebuah salam perpisahan.
Taehyung kemudian menggerutu dengan kesal, "apa hakmu mencampuri urusanku? Bocah kurang ajar. Lihatlah wajahnya yang mirip mayat hidup itu."
Merasa kesal pada Yohan tanpa sebab, Taehyung kembali mengetuk pintu. Namun karena tak bisa mengendalikan kekesalannya, alih-alih mengetuk, yang Taehyung lakukan justru menggedor pintu tersebut dan membuat Yeonjoo yang sedari tadi berdiri di balik pintu terlonjak.
"Yoo Yeonjoo, bukan pintunya sekarang. Buka pintunya!" suara Taehyung tiba-tiba meninggi seiring dengan pukulan pada pintu yang semakin kuat.
"Apa yang sedang dia pikirkan?" gumam Yeonjoo. Terheran dengan kelakuan Taehyung saat ini. Alih-alih memohon agar dimaafkan, yang dilakukan pemuda itu justru memberikan ancaman.
"Buka pintunya sekarang!!!"
Tak kalah kesal, Yeonjoo langsung membuka pintu dan hampir menggantikan pintu untuk menerima hantaman kepalan tangan Taehyung yang berhenti tepat di depan wajahnya. Pemuda itu seketika mematung.
"Ada apa?" ujar Yeonjoo dengan nada bicara yang dingin.
Taehyung buru-buru menyembunyikan tangannya ke balik punggung dan seketika terlihat salah tingkah. Nyalinya yang besar tiba-tiba menciut setelah melihat wajah Yeonjoo.
Dahi Yeonjoo perlahan mengernyit ketika menyadari wajah Taehyung yang memiliki banyak bekas luka. Mengingat kembali insiden semalam, Yeonjoo yakin bahwa dia hanya memukul wajah Taehyung sekali, itupun tidak akan memberikan luka. Tapi kenapa Taehyung datang dengan wajah yang seperti baru saja dipukuli.
Tak ingin luluh begitu saja, Yeonjoo lantas berbicara dengan suara yang meninggi, "aku bertanya padamu! Kenapa kau diam saja?"
"Kita harus bicara," ucap Taehyung dengan lebih tenang.
"Kau berharap kali ini aku mempercayai ucapanmu lagi setelah menyaksikan semua kebohonganmu tentang gadis lima belas tahun itu? Kau pikir aku buta? Bagaimana mungkin gadis lima belas tahun pergi ke klub malam dan menggoda kekasih orang lain?!" Yeonjoo memberikan penekanan pada kalimat terakhir.
"Terjadi kesalahpahaman di sini."
"Memang!" Yeonjoo menyela dengan nada bicara yang sangat kesal. "Selama ini aku sudah salah paham padamu. Semua gadis-gadis yang dekat denganmu ... aku sudah salah paham."
"Bukan begitu ..." Taehyung hendak meraih tangan Yeonjoo, namun Yeonjoo segera menepisnya.
"Pergilah dari rumahku, aku masih bisa mencari pria yang lebih tampan darimu."
"Apa?" Taehyung tertegun. "Kau berpacaran denganku hanya karena aku tampan?"
"Ya, benar!"
"Tidakkah kau terlalu kejam padaku?"
"Tanyakan itu pada dirimu sendiri. Kau bahkan datang ke sini bukan untuk meminta maaf padaku ... mulai dari sekarang jangan pernah muncul di hadapanku. Kita—"
"Tunggu dulu!"
Yeonjoo terkejut ketika Taehyung tiba-tiba berlutut di hadapannya dengan kedua telapak tangan yang ditaruh di atas lutut.
"Apa-apaan ini?"
"Aku minta maaf," ucap Taehyung bersamaan dengan helaan napasnya. Pandangan yang sempat menatap lantai itu lantas terangkat. "Aku mohon maafkan aku lagi kali ini. Aku akan lebih berhati-hati di masa depan."
"Kau bahkan tidak tahu bagaimana cara meminta maaf dengan benar."
Suara Taehyung tiba-tiba meninggi, namun justru terdengar seperti sebuah rengekan, "aku harus bagaimana lagi? Aku sudah meminta maaf."
Yeonjoo tersenyum tak percaya. "Jadi kau meminta maaf karena aku memintanya? Heol! Apa yang sebenarnya terjadi padamu? Kau bertingkah seperti orang asing."
"Tidak, aku masih orang yang sama. Aku minta maaf, aku tidak bisa putus denganmu."
"Aku bisa!" Yeonjoo segera menutup pintu dari dalam.
"Tunggu dulu! Argh ..."
Berakhir dengan tragis. Si Kepala Keamanan Kim bertindak ceroboh dengan menggunakan tangannya untuk menghalangi pintu hingga akhirnya lengan tangan kanannya terjepit pintu dan mengakhiri perdebatan keduanya ketika salah satu di antara mereka terluka.
🥀🥀🥀🥀
Sana beberapa kali melihat jam tangannya. Sudah bersiap untuk pergi ke kampus, Sana harus merelakan waktunya untuk menunggu kedatangan Taehyung di ruang tamu. Namun sungguh malang nasibnya yang menunggu tanpa kejelasan, karena Kepala Keamanan Kim mengabaikan panggilannya ataupun pesan yang ia kirim.
Helaan panjang keluar disusul oleh sebuah gerutuan, "ke mana perginya orang sinting itu? Setidaknya jika ingin pergi, jangan membawa mobilnya."
Hampir menyerah untuk menunggu dan menghubungi Jaehyung, pendengaran Sana menangkap suara deru mobil yang berhenti di halaman paviliunnya. Meraih tas serta ponselnya, Sana bergegas menuju pintu keluar dengan membawa kekesalan yang tampak di wajahnya.
Pintu terbuka, kata sambutan lantas terucap, "Ya! Kau benar-benar sudah sinting!"
Kedua pihak tertegun, namun satu pihak merasa sangat malu. Dan pihak itu adalah Sana yang baru saja memaki orang yang salah. Seketika suasana canggung tercipta.
Yohan yang baru saja keluar dari mobil tersenyum canggung dan menegur, "apa yang Noona maksud ... adalah aku?"
Sana menggeleng, dalam hati merutuki perkataan kasar yang ia tujukan pada Taehyung namun justru diterima oleh Yohan. Mencoba mengalihkan pembicaraan, Sana lantas menegur dengan canggung, "apa yang sedang kau lakukan di sini?"
"Menggantikan tugas Kepala Keamanan Kim."
"Eh?" Sana menatap penuh tanya.
"Aku bertemu dengan Kepala Keamanan Kim dalam perjalanan, dan aku lihat dia sedang bertengkar dengan kekasihnya. Sepertinya urusannya tidak akan selesai dengan cepat."
Sana terdiam seperti orang bodoh. Masih tak bisa mempercayai ucapan Yohan hingga insiden semalam terlintas kembali dalam ingatannya. Dia baru sadar bahwa wanita yang hendak menyerangnya semalam adalah si model ternama yang tidak lain adalah kekasih dari Taehyung.
"Aku benar-benar sudah gila," gumam Sana, melupakan kehadiran Yohan yang tengah memperhatikannya dengan seulas senyum yang sangat manis.
"Noona," teguran itulah yang membuat Sana sedikit terlonjak.
Senyum Yohan melebar. "Noona tidak akan pergi?"
"Ah ..." terlihat canggung, Sana kemudian menghampiri Yohan. Dan Yohan segera membukakan pintu untuk Sana. Pagi itu keduanya pergi ke kampus bersama.
Meninggalkan rumah dan berbaur dengan kendaraan lain di jalan raya, Yohan sesekali mencuri pandang pada Sana yang tampaknya tengah memikirkan sesuatu. Merasa bahwa hubungan keduanya sangat jauh, Yohan berusaha untuk melakukan pendekatan pada Sana.
"Noona," tegur Yohan yang berhasil menarik perhatian Sana.
"Ya?"
"Noona sedang memikirkan sesuatu?"
Dengan senyum canggung Sana menjawab, "tentu saja ... manusia hidup harus berpikir. Pertanyaan macam apa itu?" diakhiri oleh tawa ringan yang terpaksa.
Yohan hanya tersenyum lebar dan kembali berucap, "aku ingin meminta maaf pada Noona."
Sana menatap penuh tanya. "Meminta maaf untuk apa?"
Yohan sekilas memandang. "Tanggal pertunangan kita sudah ditentukan."
Seketika suasana hati Sana memburuk dan hal itu membuatnya enggan untuk memandang Yohan.
Yohan kembali bersuara, "aku sudah berusaha meyakinkan ayahku. Tapi sepertinya itu tidak berhasil ... aku tahu Noona belum siap dengan pertunangan ini, itulah sebabnya aku melakukan segala cara untuk membujuk ayahku. Tapi sepertinya aku tidak cukup mampu untuk menentang mereka."
"Kau tidak perlu meminta maaf, ini bukanlah salahmu," sahut Sana tak bersemangat.
Yohan mengulas senyumnya dan sekilas memandang Sana. "Untuk itu aku akan berusaha untuk tidak mempersulit Noona. Lakukan apa yang ingin Noona lakukan."
Sana menghela napasnya dengan pelan dan memandang Yohan. Tiba-tiba saja dia menginginkan pembicaraan yang serius.
"Yohan."
Yohan sekilas menoleh. "Ada apa?"
"Ada satu hal yang harus aku tekankan di sini."
"Tentang apa?"
"Meskipun kita bertunangan, tapi kita tidak bisa menikah."
Yohan tak merasa terkejut, dan hal itu justru membuat Sana heran. Mobil Yohan kemudian berhenti di pemberhentian, dan saat itu Yohan memandang Sana dengan seulas senyum misterius yang justru membuat Sana merasa tak nyaman.
"Hanya itu?"
"Apa?"
"Noona salah jika berpikir aku akan terkejut."
Sana menjadi pihak yang kebingungan. Dia pikir Yohan akan langsung menunjukkan reaksi kecewa.
"Kenapa ... kenapa kau tidak terkejut?"
"Kita masih muda, mari hidup dengan cara yang kita inginkan. Aku sudah mengatakan bahwa aku tidak akan mengekang Noona ... jadi pikirkan apapun yang Noona inginkan."
"Semudah itu?" batin Sana ketika lisannya tak menemukan kata-kata yang tepat untuk menyahuti Yohan.
Yohan kemudian kembali melajukan mobilnya. Fokus pada jalanan di hadapannya dan sesekali mencuri pandang ke arah Sana. Meski baru saja mendapatkan penolakan dari gadis di sampingnya, Yohan sama sekali tak menunjukkan bahwa dia adalah pihak yang kalah dan harus pergi tanpa mendapatkan apapun suatu hari nanti.
Mungkinkah dia akan menjadi pihak yang menjaga jodoh orang lain?
Benarkah jalan pikiran seorang Kim Yohan benar-benar semudah itu?
Selesai ditulis : 15.11.2020
Dipubliaksikan : 15.11.2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro