Lembar 29.
Malam itu sekitar pukul setengah sembilan, Sana terlihat duduk di ruang tamu dan tengah menikmati drama yang tengah ditayangkan di layar televisi. Sedangkan Taehyung justru menjadi kutu buku. Duduk di depan meja belajar menghadap buku tebal yang berada di atas meja.
Suasana sangat tenang malam itu ketika dua manusia penghuni bangunan itu sibuk dengan dunia mereka masing-masing. Namun kedamaian Sana terusik ketika pintu paviliun yang memang belum dikunci, terbuka dari luar.
Jaehyung menampakkan diri dengan seulas senyum lebar seperti biasa, dan seketika tatapan menyelidik Sana mengikuti pergerakan pria itu yang datang mendekat.
Jaehyung berhenti di dekat meja lalu menegur, "kenapa melihatku seperti itu?"
"Kenapa kau kemari?" selidik Sana.
"Hanya berkunjung."
"Kau pikir aku percaya?"
Senyum Jaehyung kembali melebar. Sepertinya kemunculannya di tempat itu selalu membawa maksud tertentu sehingga Sana dengan begitu mudah untuk menebaknya.
Jaehyung kemudian berucap, "ayahmu ingin bertemu."
Sana kembali mengarahkan pandangannya ke layar televisi dan menyahut dengan acuh, "aku sibuk."
"Kesibukan apa yang sedang kau lakukan?"
Sana menatap tanpa minat dan berucap dengan nada yang semakin terdengar malas, "sudahlah ... tutup pintunya dari luar. Anak gadis tidak boleh berkeliaran di luar rumah saat malam."
Jaehyung yang mendengarnya lantas tertawa tak percaya. Dia kemudian mengarahkan pandangannya ke sekeliling dan berucap, "di mana Kepala Keamanan Kim?"
Pandangan Sana yang sempat teralihkan lantas kembali pada Jaehyung. Menatap pria itu dengan sinis, sedangkan yang ditatap justru memberikan senyuman manis terbaiknya.
Sana meraih bantal kecil di sampingnya dan langsung melemparkannya ke wajah Jaehyung. Dia kemudian beranjak dari duduknya dan segera berjalan melewati Jaehyung menuju pintu keluar.
"Ayahmu berada di ruang kerjanya," ucap Jaehyung.
Sana tak merespon dan justru membanting pintu dari luar. Taehyung yang mendengar hal itu sempat tersentak, ia kemudian beranjak dari duduknya untuk mengecek keadaan di luar. Namun ketika ia membuka pintu, saat itu Jaehyung keluar. Taehyung sempat terlihat mempertimbangkan sesuatu sebelum kembali ke kamarnya, merasa tak ada yang perlu dilakukan jika Jaehyung berada di sana.
Di sisi lain, Sana memasuki rumah utama dan berjalan lurus ke ruang kerja ayahnya tanpa memiliki ketertarikan pada apapun yang berada di dalam bangunan itu. Namun ketika ia hendak membuka pintu ruang kerja ayahnya, saat itu pintu terbuka dari dalam.
Kedua orang itu menunjukkan reaksi yang sama. Sebelah alis Park Soo Ae terangkat, menatap penuh tanya pada putrinya. Ia kemudian menegur, "kau di sini, Sana?"
Sana tak menjawab dan lebih memilih memalingkan wajahnya. Dan saat itu senyum canggung terlihat di wajah Park Soo Ae. Tentu saja sikap Sana membuatnya kecewa.
Park Soo Ae kemudian kembali menegur, "kau ingin bertemu dengan ayahmu?"
"Siapa di sana?" teguran itu datang dari dalam ruangan.
Park Soo Ae memandang ke dalam dan menjawab, "Sana ada di sini."
"Kalau begitu suruh dia masuk."
Park Soo Ae kembali mengulas senyumnya dan membimbing pandangannya untuk kembali pada Sana. "Masuklah, ayahmu sudah menunggu."
Park Soo Ae keluar untuk memberikan jalan, dan setelahnya Sana masuk begitu saja tanpa permisi ataupun menutup pintu. Melihat hal itu kedua sudut bibir Park Soo Ae tertarik sedikit lebar sebelum ia yang kemudian menutup pintu dari luar dan pergi.
"Duduklah, ayah ingin bicara denganmu," tegur Kim Jaejoong ketika putrinya itu telah berdiri di depan meja kerjanya.
Dengan tangan yang bersedekap Sana berucap, "tidak perlu, katakan dengan cepat dan aku akan segera pergi."
"Duduklah dulu, ini menyangkut masa depanmu."
Sana menghela napas sekeras-kerasnya sebelum menempati kursi di depan meja kerja sang ayah. Dan setelah putrinya sudah duduk, Kim Jaejoong lantas memulai pembicaraan di antara keduanya.
"Ini tentang makan malam dengan keluarga Paman Junsu malam itu."
Netra Sana memicing, sepertinya dia sudah bisa menebak apa yang ingin dikatakan oleh sang ayah.
Kim Jaejoong kembali berucap namun dengan nada yang sangat berhati-hati. "Ayah dan Paman Junsu sudah bersahabat sejak lama. Kau tentunya sudah tahu tentang hal itu."
"Aku tidak tertarik," acuh Sana, bukan lagi hal mengejutkan bagi Kim Jaejoong.
Meski begitu Kim Jaejoong tetap melanjutkan. "Saat kau dan Yohan masih kecil, kami memutuskan untuk menikahkan kalian berdua jika kalian sudah dewasa ..."
"Itu cerita lama."
"Yohan adalah anak yang baik, ayah pikir semua akan baik-baik saja jika kau bersama anak itu."
"Keputusanku tidak akan berubah. Jika ayah memaksa, suruh istrimu untuk melahirkan anak perempuan dan kemudian jodohkan dengan Yohan."
Pandangan Kim Jaejoong terjatuh. Dalam hati ia merutuki sifat putrinya yang sangat mirip dengan ibunya. Dia kemudian kembali mengangkat pandangannya untuk kembali menyambung pembicaraan.
"Kalau begitu katakan kenapa kau menolak perjodohan ini?"
"Aku tidak menyukai Yohan!" ucap Sana tanpa basa-basi. "Kenapa ayah menyuruhku menikah dengan orang yang lebih muda dariku? Suatu saat nanti ketika aku menjadi wanita tua dan dia masih terlihat muda, dia pasti akan mencampakanku."
Dahi Jaejoong mengernyit, mendengar alasan tak masuk akal yang di ucapkan oleh Sana. Dia kemudian berucap, "jangan mengada-ngada, jarak usia kalian tidak terlalu jauh. Bahkan Yohan terlihat lebih tua darimu."
"Itu karena dia laki-laki!" suara Sana sedikit meninggi.
Kepala Jaejoong tiba-tiba terasa aneh setelah mendengar semua jawaban Sana. Jika dia ayah yang kejam, mungkin dia sudah membentak putri kesayangannya itu. Namun bukan berarti dia tidak bisa bersikap tegas.
"Berhenti bermain-main. Semua ini juga demi masa depanmu ... ayah sudah memutuskan bahwa dua minggu lagi kau akan bertunangan dengan Yohan."
"Apa?" Sana tampak terkejut. Baru ia akan melayangkan protes, Jaejoong lebih dulu bicara.
"Tidak ada penolakan."
"Aku tidak mau menikah dengannya!"
"Kalian hanya akan bertunangan. Urusan menikah akan kita pikirkan nanti."
"Ayah!" Sana bangkit dari duduknya sembari membentak.
"Dua minggu. Tidak ada yang akan berubah dan jangan melakukan hal-hal konyol untuk mengacaukan hubungan keluarga kita dengan keluarga paman Junsu."
Sana menghela napas beratnya. "Sejujurnya ... aku ingin membenci ayah."
Sana kemudian meninggalkan ruang kerja Jaejoong begitu saja. Membawa kemarahannya kembali ke paviliun, dia membanting pintu ketika menutupnya dari dalam dan kembali membuat Taehyung terlonjak.
Taehyung yang sempat memegangi dadanya lantas bergumam, "ada masalah apa dengan hidupnya?"
Sana kemudian duduk di tempat yang sebelumnya ia tinggalkan. Meraih bantal kecil dan kemudian memukul sofa berulang-ulang dengan mulut yang menggeretu melampiaskan kekesalannya. Tak begitu lama karena setelahnya ia berhenti dengan wajah penuh sesal.
Sana lantas mengeluh, "kenapa hidupku sial sekali? Jika tahu akan seperti ini, aku dulu pasti benar-benar akan menghanyutkan anak itu di sungai."
Tubuh Sana merosot ke sofa dengan kedua kaki yang masih menapak lantai. Napasnya terdengar pendek, bukan karena lelah melainkan karena menahan marah.
Dia kemudian bergumam, "aku tidak tahan jika harus hidup seperti ini. Apa yang harus aku lakukan ..."
Satu helaan berat terdengar, membimbing matanya untuk tertutup. Namun beberapa detik kemudian netranya kembali terbuka seiring ia yang kembali menegakkan tubuhnya. Raut wajahnya menunjukkan bahwa dia seperti telah mengingat sesuatu.
Seulas senyum licik itu terlihat di wajahnya ketika pikiran liciknya kembali bekerja. Sana bangkit dari duduknya dan berjalan ke sudut lain sembari merapikan rambutnya yang terlihat sedikit berantakan. Bukannya ke kamarnya, langkah Sana mengarah pada kamar Taehyung.
Berdiri di depan pintu kamar Taehyung. Sana lantas membuka pintu dengan sangat pelan, membimbing pandangan Taehyung mengarah pada pintu secara perlahan pula.
Seketika tengkuk Taehyung meremang ketika sosok Sana belum menampakkan diri. Detak jantungnya terasa berhenti untuk sepersekian detik. Sangat jelas tercetak dalam ingatannya tentang salah satu adegan dari film horor yang sebelumnya ia lihat.
Semakin pintu terbuka lebar, semakin menipis pula pasokan oksigen di dalam paru-paru Taehyung. Perlahan tangan pemuda itu menutup buku yang sebelumnya ia baca, menggenggamnya kuat-kuat untuk berjaga-jaga.
Netra Taehyung membulat terkejut ketika ujung kepala Sana adalah hal pertama yang ia lihat. Di detik selanjutnya Sana benar-benar menampakkan diri dan membuat Taehyung berada di ujung rasa terkejutnya.
Taehyung tak berteriak, namun buku yang berada di tangannya terlempar ke arah Sana seiring ia yang menaikan kedua kakinya ke atas kursi. Dan naasnya buku tersebut tepat mengenai kepala Sana.
"Akh!" Sana memekik. Memegangi kepalanya dan membiarkan kedua lututnya menyusul buku yang telah lebih dulu tergeletak di lantai.
Gadis itu merintih, sedangkan Taehyung masih belum sembuh dari rasa terkejutnya meski yang datang adalah Sana dan bukannya sosok menyeramkan seperti yang berada dalam benaknya.
Sana yang sudah cukup puas dengan rasa sakit di kepalanya lantas memandang marah ke arah Taehyung. Kemarahan yang sempat surut kini kembali dan lebih besar dari sebelumnya.
"Kau sudah tidak waras!" Sana meraih buku di sampingnya dan melemparnya ke arah Taehyung. Namun Taehyung beruntung karena berhasil menangkap buku itu.
Taehyung segera menurunkan kakinya dan bertanya seperti tak pernah terjadi apapun, "ada apa?"
Sana membuang napasnya dan menyahut dengan kesal, "Jaehyung Oppa mencarimu!"
"Ada apa?"
"Tanyakan saja sendiri!"
Taehyung menaruh buku di atas meja dan beranjak. Berjalan ke pintu, langkahnya terhenti karena Sana masih belum bangkit dan menghalangi jalannya.
"Minggir."
Sana menatap tak terima. Kenapa dia merasa bahwa saat itu Taehyung lah yang menjadi majikannya. Dia kemudian berucap, "aku majikanmu!"
Taehyung menatap tanpa minat. Dia kemudian menarik kepala Sana dan mendorongnya ke bawah hingga sedikit membungkuk, baru setelah itu ia melangkahi Sana begitu saja. Membuat gadis itu semakin murka.
Sana berteriak marah, "Ya!!!"
Taehyung tak berniat merespon dan berjalan keluar. Sedangkan Sana tampak mengatur napasnya. Namun tak ada banyak waktu yang tersisa. Ia segera bangkit dan berjalan menuju meja belajar Taehyung. Terlihat mencari-cari sesuatu hingga pandangannya menemukan kunci mobil yang tergeletak di sebelah buku Taehyung. Dia segera mengambil kunci mobil itu dan berlari keluar lalu masuk ke kamarnya sendiri.
Beberapa menit kemudian Taehyung kembali setelah tak menemukan Jaehyung. Tanpa ada perasaan curiga ia kembali ke kamarnya dan melanjutkan aktivitas membacanya di malam yang kembali tenang. Namun di malam yang tenang itu terdapat seorang penyusup yang membuka pintu kamar dengan sangat berhati-hati.
Sana melongokkan kepalanya untuk memeriksa keadaan di luar kamarnya. Setelah memastikan bahwa semua aman, Sana lantas mengendap-endap keluar dengan tas kecil yang menyampir di bahu dan juga sepasang sepatu yang berada di tangan kiri sementara tangan kanannya memegang kunci mobil yang baru saja ia curi.
Melangkah dengan hati-hati, Sana segera berlari ke mobil setelah berhasil keluar dengan selamat. Tanpa pikir panjang ia segera menyalakan mesin mobil dan tentu saja suara deru mobil itu sampai di telinga Taehyung.
Ekor mata Taehyung bergerak ke atas, mencoba memahami dari mana suara itu berasal. Sekilas memiringkan kepalanya, dia kemudian mengangkat buku dari atas meja. Mencoba mencari kunci mobilnya, namun netranya segera membulat ketika ia tak lagi mendapati kunci mobilnya.
Taehyung beranjak dari duduknya dan segera meninggalkan kamarnya dengan langkah lebar. Terdengar suara mobil yang berjalan dan Taehyung tertegun di teras paviliun ketika melihat mobilnya telah meninggalkan halaman.
Menggaruk pelan keningnya. Tampak tak ada niatan untuk menyusul sang nona muda, dengan langkah santainya Taehyung kembali masuk ke paviliun. Namun belum ada satu menit dan ia berlari keluar dengan sepasang sepatu dan juga jas yang berada di tangannya.
Terlihat seperti tengah dikejar sesuatu, Taehyung berlari menuju rumah utama dan kebetulan saat itu Jaehyung baru saja memasuki rumah. Jaehyung yang melihat Taehyung berlari dengan cepat ke arahnya tentu saja heran, terlebih setelah sebelumnya melihat mobil Taehyung meninggalkan halaman.
"Oh! Kau di sini?"
"Hyeong, kunci mobilmu," ucap Taehyung, terkesan buru-buru dan segera merampas kunci mobil di tangan Jaehyung sebelum berlari menuju pintu depan.
Jaehyung berbalik, menatap heran pada pemuda itu. Dia lantas menegur, "Ya! Siapa yang pergi dengan mobilmu tadi?"
Tak ada jawaban dan Taehyung telah menghilang dari pandangannya.
Jaehyung kembali berseru, "pakai sepatumu! Bagaimana kau bisa berlari tanpa menggunakan sepatu?"
Jaehyung kemudian mendengus setelah mengetahui kemungkinan besar yang terjadi.
"Kenapa dia senang sekali bermain-main? Jujur saja aku prihatin dengan anak muda itu. Kim Sana ... Kim Sana ... kapan kau akan dewasa?"
"Jangan harap!" seru Sana di dalam mobil yang telah menyusuri jalan besar menuju jalan utama seakan bisa mendengar keluhan Jaehyung. Padahal perkataan itu ia tujukan pada ponselnya yang menyala karena panggilan dari Taehyung.
"Tangkap aku jika kau bisa, idiot ..."
Selesai ditulis : 10.08.2020
Dipublikasikan : 10.08.2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro