Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 21.

Malam itu sekitar jam makan malam, Taehyung duduk di bagian depan mobilnya. Menunggu Sana yang tak kunjung keluar. Melihat jam tangannya, Taehyung berinisiatif untuk menyusul Sana. Namun sebelum itu terjadi, Sana lebih dulu menampakkan diri di ambang pintu.

Pandangan Taehyung refleks mengamati penampilan Sana dari bawah hingga atas, di mana malam itu Sana memakai gaun berwarna putih yang panjangnya hampir menutupi kaki, namun dengan bagian punggung yang sedikit terbuka. Cukup tertutup, dan Taehyung menyukai hal itu. Itulah sebabnya dia mau memperhatikan Sana.

Dengan tak relanya, Sana keluar dari paviliunnya dan berjalan menghampiri Taehyung. Tampak kesal, Sana kemudian menegur, "apa yang kau lihat!"

"Ada sesuatu di wajah Nona."

Wajah Sana seketika terlihat panik. Dia meraba wajahnya sendiri. "Di mana?"

"Di situ," ujar Taehyung sembari menggerakkan dagunya ke depan.

"Di sini? Ada apa? Cepat katakan ada apa di wajahku."

"Cantik," celetuk Taehyung yang langsung bergegas masuk ke dalam mobilnya. Meninggalkan Sana dalam ketertegunan.

"Apa maksudnya tadi?" gumam Sana. Berpikir bahwa mungkin saja telinganya bermasalah malam itu.

Taehyung membuka kaca jendela dan melongokkan kepalanya. "Jika Nona tetap berdiri di situ, kita bisa terlambat."

"Ya! Kenapa kau masuk duluan? Harusnya kau membukakan pintu untukku terlebih dulu."

Tanpa mengucapkan apapun, Taehyung membuka pintu penumpang bagian belakang dari dalam. Mendengus kesal. Sana kemudian melangkahkan kakinya menuju mobil dengan kedua tangan yang sedikit mengangkat bagian bawah gaunnya.

Malam itu, keduanya meninggalkan kediaman keluarga Kim dan bergegas menuju tempat di selenggarakannya pesta ulang tahun perusahaan ayah Sana. Semua anggota keluarga sudah berada di tempat itu dan Sana menjadi orang terakhir yang akan bergabung dalam pesta besar yang di hadiri oleh para rekan bisnis dari ayahnya. Suatu kesialan tersendiri bagi Sana, ketika ia harus berhadapan dengan keluarga Yohan di tempat itu. Namun bagaimana ia bisa melarikan diri dari semua itu jika setiap saat Taehyung selalu berada di hadapannya.

Sekitar satu jam perjalanan. Mobil Taehyung memasuki halaman sebuah Resort yang tampak sudah penuh dengan mobil-mobil mewah yang berjajar dengan rapi. Berhenti di depan pintu Resort. Taehyung keluar lebih dulu dan membukakan pintu untuk Sana.

Sana menghela napasnya dan keluar dari mobil. Dengan langkah yang terasa berat, ia melangkahkan kakinya memasuki bangunan milik ayah Yohan tersebut. Taehyung menyusul di belakangnya setelah memberikan kunci mobil kepada salah satu petugas keamanan yang menyambut kedatangan mereka sebelumnya.

Mendekati pintu masuk. Sana berbalik dan berinisiatif untuk pergi. Namun Taehyung dengan cepat mendapatkan kedua bahu Sana, membalik tubuh wanita itu dan mendorongnya dengan pelan.

Satu hentakan kaki Sana menegaskan bahwa wanita muda itu benar-benar dalam suasana hati yang buruk saat ini. Dan satu helaan napas yang kemudian membimbing langkahnya untuk berbaur dengan orang-orang yang berada di dalam ruangan itu.

Beberapa orang segera memperhatikan Sana ketika wanita muda itu hanya berdiri di depan pintu. Merasa bingung harus melangkahkan kakinya kemana ketika hanya ada pada orang tua di sepanjang mata memandang. Namun saat itu Taehyung melihat Jaehyung melambaikan tangannya dari kejauhan.

"Ke arah sini, Nona," ujar Taehyung dengan kepala yang sedikit menunduk sebagai formalitas.

Tak ada protes. Sana kemudian mengikuti langkah Taehyung yang berjalan di depannya dengan sesekali melihat ke arahnya. Mungkin untuk memastikan bahwa dia tidak akan kabur lagi.

"Kalian baru datang?" tegur Jaehyung begitu keduanya sampai di hadapannya.

Sana bergumam tanpa minat, "kenapa kalian mengundangku ke pesta para orang tua seperti ini?"

Senyum Taehyung melebar. "Kau sudah cantik. Akan lebih cantik lagi jika kau mencoba untuk tersenyum."

Sana menatap jengah. Sama sekali tak tertarik dengan apapun yang berada di sana.

"Ayo, waktunya bertemu dengan calon ayah mertuamu."

"Apa?" Dahi Sana mengernyit. "Siapa yang kau maksud?"

"Ah ... aku hanya asal bicara. Ayo, temuilah ayahmu."

"Jangan macam-macam denganku."

"Tidak, tidak ... apa yang sedang kau pikirkan? Sudah, ayo cepat pergi."

Sana kemudian berjalan mengikuti Jaehyung tanpa meninggalkan Taehyung yang berjalan di belakangnya. Dari kejauhan, Sana bisa melihat ayahnya yang tengah berbincang dengan rekan bisnisnya. Dan di antara para pria paruh baya itu, Sana berhasil mengenali satu orang yang tidak lain adalah ayah dari Kim Yohan.

"Kenapa orang itu juga ada di sini?" gumam Sana. Pertanyaan bodoh ketika ia tahu bahwa pemilik tempat itu adalah ayah Kim Yohan.

Dalam waktu singkat, ketiganya sudah sampai di tempat orang-orang itu. Jaehyung kemudian berbisik di belakang Jaejoong, "Presdir, Nona sudah sampai."

Jaehyung menyingkir dan Jaejoong berbalik. Menemukan putri kesayangannya yang membuat senyumnya melebar.

"Kau sudah datang? Kemarilah."

Sana mendekat dan berdiri di samping ayahnya dengan seulas senyum paksa yang ia buat semanis mungkin.

"Inilah putriku, jika kalian masih ingat."

"Ah ... apakah kau Kim Sana?" tanya salah satu rekan bisnis Jaejoong.

Sana menjawab dengan seulas senyum yang sedikit melebar, "benar. Apa kabar, Paman?"

"Aigoo ... terakhir kita bertemu, kau masih sangat kecil. Tapi sekarang kau sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik," sambung lainnya dan mengundang tawa di antara para pria dewasa itu.

"Mundurlah Tuan-tuan, Nona ini adalah calon menantuku."

Sana tersenyum masam. Siapa lagi yang mengatakan hal seperti itu jika bukan Kim Junsu, ayah dari Kim Yohan. Sana tidak terkejut, karena memang dari kecil, Junsu selalu memanggilnya seperti itu. Namun ketika Yohan beranjak dewasa, kata-kata itu adalah kalimat terkutuk bagi Sana.

"Oh! Sungguh?"

"Kau tanyakan saja pada ayahnya."

Jaejoong tertawa pelan dan berucap. "Kita harus membahas hal ini di tempat yang lebih privasi lagi."

"Aku menunggu hari itu," balas Junsu dan keduanya sekilas saling berjabat tangan.

Junsu kemudian sekilas memandang ke sekeliling lalu berucap, "Yohan tadi ada di sini, tapi entah kenapa dia tiba-tiba menghilang."

"Mungkin dia sedang ada keperluan." Jaejoong menjatuhkan pandangannya pada Sana dan berucap, "nikmatilah pestanya, ibumu ada di sebelah sana jika kau ingin bergabung."

Sana kemudian berpamitan. Dan tepat saat ia berbalik, saat itu senyum di wajahnya memudar. Tak berniat untuk bergabung dengan ibu dan tunangan dari kakaknya itu, Sana lebih memilih berdiri seorang diri di tengah keramaian. Tidak benar-benar sendiri karena Taehyung yang berdiri di sampingnya.

"Ya ampun, kenapa di sini panas sekali?" gumam Sana.

Dari kejauhan, Chungha yang saat itu datang memenuhi undangan sebagai perwakilan ayahnya pun segera menghampiri Sana ketika melihat sahabatnya itu.

"Sana," tegur Chungha tak terlalu keras ketika ia sudah menjangkau tempat Sana.

"Heol! Kau di sini?"

Chungha mengangguk dengan semangat. "Aku menggantikan ayahku."

"Kau datang sendiri?"

"Tidak."

"Dengan siapa kau datang?"

Perhatian Taehyung teralihkan oleh seseorang yang tiba-tiba menyenggol bahunya dari belakang. Dia menoleh dan dahinya segera menampilkan kerutan ketika melihat sosok yang sangat familiar berada di belakangnya. Di saat yang sama, perhatian Sana teralihkan oleh keduanya.

"Siapa dia?" gumam Sana.

Chungha berbisik, "Park Seonghwa. Bagaimana? Dia tidak kalah tampan dari Kepala Keamanan Kim."

"Ish ... berhenti membahas pria tampan di hadapanku."

Chungha menyenggol bahu Sana. Bermaksud untuk menggoda sahabatnya tersebut. Dan ketika kedua wanita itu sibuk dengan urusan mereka, kedua laki-laki itu juga sibuk dengan reuni mereka berdua.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Seonghwa menunjuk ke arah Chungha. "Anak Bos."

"Kau bekerja untuknya?"

"Ayahnya ... bagaimana kabarmu, Hyeong?"

"Seperti yang kau lihat."

"Bertambah kurus," celetuk Seonghwa.

"Jangan mengada-ngada."

"Sungguh! Aku kaget saat melihatmu tadi. Kau bertambah kurus sejak terakhir kali kita bertemu."

"Hanya perasaanmu saja."

"Lihatlah tanganmu, hanya tinggal kulit dan tulang."

"Kau menghina tanganku? Bahkan ini masih bisa di gunakan untuk menghancurkan rahangmu."

Seonghwa tersenyum tak percaya. "Tapi sungguh! Apa kau sedang sakit?"

Taehyung sekilas memperhatikan punggung tangannya dan berucap dengan acuh, "aku merasa sangat sehat."

"Kau sedang dalam progam diet."

"Kau ingin kupukul?"

"Aish ... aku serius. Kau terlihat kehilangan banyak berat badan. Kau merasa tertekan dengan pekerjaanmu?"

Sana yang sedari tadi berbincang dengan Chungha sesekali mencuri dengar dengan apa yang di bicarakan oleh kedua pria di balik punggungnya itu. Dan entah kenapa dia merasa terpanggil setelah mendengar perkataan Seonghwa. Dia tidak pernah memperhatikan Taehyung, itulah sebabnya ia tidak tahu jika Taehyung menjadi lebih kurus di bandingkan dengan saat pertama datang ke tempatnya. Mungkinkah dia sudah keterlaluan selama ini, atau Taehyung yang memang sedang sakit?

Tiga puluh menit berlalu. Chungha tiba-tiba menghilang entah kemana dan Sana berakhir dengan berdiri di pinggir kolam renang di temani oleh satu gelas minuman dengan kadar alcohol yang rendah.

Sana sengaja melakukannya untuk bisa menjauh dari Taehyung, karena meski di rumah, Taehyung tidak akan berani mendekatinya ketika ia berada di sekitar kolam renang. Dia tidak tahu apa alasannya. Namun juga tidak peduli. Seperti saat ini, Taehyung hanya memperhatikannya dari kejauhan.

Sana merasa sedikit lega karena Yohan tidak muncul di hadapannya meski sebelumnya Junsu mengatakan bahwa pemuda itu juga ada di sana. Untuk sesaat wanita muda itu menikmati kesendirian setelah meninggalkan keramaian di dalam, karena di sekitar kolam sendiri tampak begitu sepi.

Jisoo tiba-tiba datang menghampiri membawa tegurannya. "Kenapa kau berdiri sendirian di sini?"

"Eonni?"

"Kau tidak suka dengan pestanya?"

"Ini pesta orang tua, bagaimana mungkin aku menyukainya?"

Mendengar hal itu, Jisoo tertawa ringan. "Kau sudah bertemu dengan Yohan?"

"Tidak."

"Anak itu benar-benar aneh. Sejak datang dia sudah mencarimu, tapi saat kau datang dia tiba-tiba menghilang."

Sana merasa tak tertarik, karena baginya akan lebih baik jika Yohan tidak menampakkan diri sampai ia pulang.

"Di mana Seokjin Oppa?"

"Dia menemui rekan bisnis dengan Presdir."

"Noona," sebuah teguran dari arah belakang Taehyung yang seketika menarik perhatian ketiga orang di tempat itu.

Yohan datang membawa senyum lebarnya, namun justru menjadi sebuah mimpi buruk bagi Sana. Sana berinisiatif untuk melarikan diri, namun ia justru terpeleset lalu jatuh ke dalam kolam dan mengejutkan semua orang.

"Sana!"

"Noona!" pekik Jisoo dan Yohan bersahutan.

Taehyung hendak menolong Sana. Namun baru selangkah dan ia kembali mundur dengan tangan yang tiba-tiba gemetar dan wajah yang memucat. Yohan yang saat itu berlari ke arah kolam segera melepas jasnya. Melempar sembarangan dan segera menyusul Sana masuk ke dalam kolam.

Yohan mengangkat tubuh Sana dari air dan wanita muda itu terbatuk beberapa kali.

"Noona baik-baik saja?" tanya Yohan dengan cemas dan hanya di balas anggukan oleh Sana.

Di sisi lain. Taehyung tetap berada di tempat sebelumnya. Namun tangan yang gemetar itu perlahan mengepal dengan kuat, seakan ia yang tengah ingin menahan sesuatu dalam dirinya.

Di bantu oleh Jisoo. Yohan mengeluarkan Sana dari kolam dan setelah itu barulah ia yang naik ke atas.

"Kau baik-baik saja?" tanya Jisoo.

Sana kembali mengangguk dan pandangannya tertuju pada Taehyung yang masih tetap berdiri di tempat sebelumnya. Dan hal itu membuat Sana tahu bahwa Taehyung tak berniat untuk menolongnya. Entah kenapa ada perasaan kecewa ketika ia tahu bahwa Yohan lah yang menolongnya.

Yohan mengambil jasnya dan menggunakannya untuk menutupi bahu Sana. Tanpa berucap apapun, Yohan lantas mengangkat tubuh Sana dan membawanya pergi.
Sebelum berpapasan dengan Taehyung. Yohan memberikan tatapan tajamnya yang seakan ingin menghakimi Taehyung yang bahkan tak berbuat apapun ketika melihat Sana dalam bahaya. Dan bahkan ketika kedua orang itu melewati tempatnya, Taehyung sama sekali tak menunjukkan pergerakan.

Jisoo kemudian menghampiri Taehyung dan segera memegang kedua lengan pemuda yang tampak terguncang itu.

"Kau baik-baik saja, Taehyung-ssi?"

Taehyung berpaling. Tampak seperti seseorang yang takut akan sesuatu, dan saat itu Jisoo membalik tubuh Taehyung dengan paksa.

"Jawab aku, kau baik-baik saja?"

Taehyung tak berniat memberi jawaban. Namun respon yang di tunjukkannya berhasil membuat Jisoo khawatir. Si arogan itu tiba-tiba di landa kebingungan tanpa sebab.

Jisoo menarik sedikit kasar dan menangkup wajah Taehyung. Dari dalam Seokjin melihat keduanya. Merasa aneh dengan apa yang di lakukan oleh Jisoo saat ini, namun ia tak bisa menegur keduanya ketika ayahnya memanggil.

Jisoo menepuk pelan wajah Taehyung yang benar-benar memucat. "Tidak ... jangan seperti ini, semua akan baik-baik saja. Percaya padaku."

Taehyung menepis tangan Jisoo dan jatuh terduduk dengan kedua tangan yang mencengkram kepalanya, di saat wajahnya menghadap lantai.
Dengan raut wajah yang khawatir, Jisoo menjatuhkan kedua lututnya di hadapan Taehyung dan langsung memegang kedua bahu pemuda itu.

"Taehyung-ssi, lihat aku sekarang ... semua akan baik-baik saja. Tenangkan dirimu ... Kim Taehyung-ssi."

Taehyung kembali menepis tangan Jisoo, namun lebih kasar dari sebelumnya. Ia kemudian semakin menenggelamkan kepalanya di antara lutut dengan wajah yang tampak kesakitan.

Jisoo sempat memandang ke sekeliling sebelum menarik paksa kedua tangan Taehyung dan memeluk pemuda itu. Menekan bagian kepala pemuda itu yang pada akhirnya membalas pelukan dengan erat.

"Jangan khawatir, aku ada di sini. Semua akan baik-baik saja ... ya, semua akan baik-baik saja."

"Jisoo-ya."

Netra Jisoo membulat ketika sebuah teguran datang padanya. Tak mampu berkutik, perlahan ia mengarahkan pandangannya ke sumber suara dan menemukan sosok yang baru saja menegurnya.





Selesai di tulis : 09.05.2020
Di publikasikan : 09.05.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro