Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 18.

Pagi itu Sana terduduk di bangku taman tepat di bawah bunga Pear blossom yang bermekaran. Di seberang jalan yang hanya selebar dua meter, di sanalah Taehyung terduduk santai dengan satu cup kopi di tangan kirinya.

Tampak begitu lesu, Sana kerap memandang Taehyung tanpa minat, sedangkan yang di pandang justru terlihat acuh.

"Sana!"

Sana sedikit terlonjak ketika suara nyaring Chungha tiba-tiba mengisi pendengarannya. Perlahan kepalanya menoleh dan langsung mendapatkan rangkulan pada bahunya setelah sebelumnya Chungha berlari untuk bisa sampai di tempatnya.

"Ada apa? Kenapa pagi buta sudah menghubungiku?" tanya Chungha yang kemudian duduk di samping Sana.

"Jika tidak mau datang, kenapa memaksakan diri?" gumam Sana yang terkesan acuh. Wanita muda itu kembali menyandarkan punggungnya dan kembali memandang Taehyung.

"Kenapa? Kenapa wajahmu seperti itu? Kau, sedang ada masalah?" tanya Chungha dengan hati-hati.

Sana mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari Taehyung.

"Apa itu? Kau bisa menceritakan semua padaku."

Sana memandang Chungha, namun hanya sekilas. "Kau yakin ingin mendengarnya?"

Chungha mengangguk. "Katakan saja."

"Aku bermimpi."

Dahi Chungha mengernyit. "Mimpi? Mimpi apa?"

"Aku bermimpi berlutut di depan orang itu dan mengemis hatinya."

Chungha tertegun, tak memberi respon apapun hingga sampai lima detik berlalu dan rekan Sana itu tertawa dengan cukup lantang sembari bertepuk tangan dengan tubuh yang sekilas membungkuk di depan Sana.
Ingin sekali rasanya Sana memukul kepala Chungha, namun dia tidak sampai hati melakukannya terlebih ketika pandangannya kembali bertemu dengan Taehyung. Satu helaan lantas keluar dari mulut Sana.

"Sudah puas tertawanya?"

"Maaf, maaf ..." ucap Chungha yang kemudian mencoba mengendalikan diri. "Kau tahu? Itu adalah hal terkonyol yang pernah kudengar dari seorang Kim Sana."

"Aku tahu ... kau tidak perlu memujiku seperti itu."

Chungha menyenggol bahu Sana. "Itu adalah karma untukmu."

Sana menatap tak terima. "Apa maksudmu? Memangnya apa dosa yang sudah kulakukan?"

"Karena kau bersikap terlalu mahal dan mengatakan tidak akan jatuh hati pada Kepala Keamanan Kim ... bahkan alam bawah sadarmu mengakui bahwa kau tidak bisa berpaling dari pesonanya."

Habis sudah kesabaran Sana. Dia langsung memukul paha Chungha dan membuat sahabatnya itu memekik tertahan.

"Ya!"

"Diamlah ... kau semakin membuatku pusing. Bagaimana caranya aku bisa lepas dari orang aneh itu?"

"Kapan kau akan bersyukur dengan hidupmu?"

Sana kembali menatap Chungha. "Apa maksudmu?"

"Kim Taehyung itu edisi terbatas ..." Chungha bergerak merapat dan berbicara dengan cara berbisik, "aku dengar dia adalah anak emas dari KQ."

"Kenapa bisa begitu?"

"Dia hanya akan di turunkan jika yang memintanya orang-orang dari kerabat Presiden. Tidak semua orang bisa mempekerjakan Kim Taehyung."

"Aku bukan kerabat Presiden, tapi kenapa dia bisa ada bersamaku?" ucap Sana terdengar jengah.

Chungha merasa gemas dan memukul lengan Sana. "Itulah sebabnya kau harus bersyukur. Selain tampan, dia juga orang yang bisa di andalkan ... jika aku jadi dirimu, mungkin aku akan memperlakukannya dengan baik. Tidak sepertimu!"

Sana menatap jengah. "Ya sudah, ambil saja jika kau mau."

Chungha mengatup rapatkan mulutnya dengan helaan napas yang terdengar berat. "Kau tidak mengerti juga?"

Sebelah alis Sana terangkat.

"Uang ayahku tidak cukup untuk mempekerjakan orang itu ..."

Sana menatap tak percaya. "Memangnya berapa harga orang itu?"

"Sangat mahal! Aku dengar dari Seoghwa, ayahmu membayar dua kali lipat dari bayarannya ketika bertugas di sisi Presiden. Aish ... betapa beruntungnya dirimu."

Sana langsung menegakkan tubuhnya dan membuat Chungha sedikit terkejut.

"Kenapa? Kenapa?"

"Siapa Seonghwa? Pacarmu?"

Seulas senyum melebar di wajah Chungha. "Bukan ..."

Sana menatap penuh selidik. "Lalu?"

"Kau ingat teman Kim Taehyung yang kubicarakan kemarin? Park Seonghwa ... jangan bilang kau melupakannya."

"Kau ... sudah berkenalan dengannya?"

Chungha mengangguk dengan cepat. "Aku berhasil mendapatkan nomornya."

Kembali tak berminat, Sana kembali menyandarkan punggungnya dan melipat tangan di depan perut. "Apa menariknya?" gumamnya tak peduli.

"Tentu saja menarik, bagian matanya yang paling kusuka."

Sana memberikan tatapan menghakiminya pada sahabatnya itu yang sepertinya memang sedang jatuh hati pada laki-laki bernama Park Seonghwa.

"Ah ... satu lagi," seru Chungha.

"Apa?" sahut Sana sembari memutar bola matanya, jengah.

Chungha tampak mengotak-atik ponselnya dan kembali merapat pada Sana. "Aku mendapatkan informasi tentang kekasih Kim Taehyung."

Salah satu sudut bibir Sana tersungging. "Apa istimewanya dengan hal itu? Apa kau sudah menjadi fans nya?"

Chungha mengibaskan tangannya ke udara. "Jika dia seorang artis, aku akan dengan suka rela bergabung di Fanclub nya."

Chungha lantas menunjukkan layar ponselnya, di mana di sana terdapat potret dari Yoo Yeonjoo yang tidak lain adalah kekasih dari Kim Taehyung.

"Lihat ini! Mereka benar-benar pasangan yang serasi. Perpaduan cantik dan tampah. Ah ... betapa beruntungnya gadis ini ..."

Mata Sana memicing, memperhatikan setiap potret dari Yeonjoo. Memang cantik, tapi sebagai sesama wanita tentu saja dia tidak ingin mengakui hal itu. Dia segera mendorong ponsel Chungha menjauh darinya.

"Ah ... tidak, tidak. Seperti itu kau bilang cantik? Aku masih lebih cantik di bandingkan dengan model itu ..." ucap Sana dengan penuh kebanggan diri sembari menyibakkan rambutnya ke belakang.

Chungha lantas mencibir, "penyakitmu memang tidak bisa di sembuhkan lagi." Chungha lantas beranjak dari duduknya.

"Kau ingin kemana?"

"Aku ada kelas pagi, sampai bertemu nanti ... jika kau sudah jatuh hati padanya, hubungi aku segera." Chungha mengedipkan sebelah matanya sebelum meninggalkan Sana.

"Ya! Jangan bermimpi!" lantang Sana dan segera menjatuhkan tatapan tajamnya pada Taehyung.

Sana tidak salah lihat, dia yakin bahwa saat ini Taehyung sedang tersenyum entah karena apa. Sana kemudian memalingkan wajahnya dan bergumam, "kenapa aku menjadi emosional begini?"

Di akhiri oleh helaan napas. Sana lantas beranjak dari duduknya dan berjalan pergi, begitupun dengan Taehyung yang segera menyusul Sana sembari sekilas membenahi jasnya.
Berjalan beberapa meter, Sana segera berbalik dan berhadapan dengan Taehyung yang hanya berjarak dua langkah darinya.

"Aku akan membayarmu lebih asal kau tidak mengikutiku seperti ini."

"Berapa?"

Sana terperangah, ia pikir Taehyung akan menolak tawarannya tanpa berpikir terlebih dulu. Dan hal itu justru membuatnya berpikir bahwa laki-laki di hadapannya itu memang tidak punya harga diri.

"Berapa yang akan Nona berikan?"

"Berapapun, katakan saja."

Sudut bibir Taehyung terangkat dengan lembut dan justru membuat Sana terlihat was-was. Taehyung lantas berucap, "aku akan merundingkan hal ini pada Presedir terlebih dulu."

Netra Sana membulat, sudah jelas Taehyung baru saja melontarkan sebuah penolakan secara halus. Namun harga diri yang tinggi membuatnya tak bisa mundur begitu saja.

"Kita permudah saja ... kau bekerja untuk uang dan aku akan mengeluarkan uang untuk kebebasanku. Jangan menjadi orang yang munafik ..."

"Itu sebuah pemikiran yang dangkal ... bagaimana jika aku mengatakan bahwa aku tidak bekerja untuk uang?" Seulas senyum lembut kembali terlihat di wajah Taehyung.

Sana sejenak memalingkan wajahnya dengan tawa ringan tak percaya. "Beberapa detik yang lalu kau bersikap seperti pria murahan, dan sekarang kau bersikap seperti pria terhormat ... semua orang bekerja untuk uang, kau tidak bisa menipuku."

Taehyung melangkah maju dan sontak hal itu membuat Sana melangkah mundur, namun Taehyung dengan cepat menahan lengan Sana dan membuat keduanya berhadapan dengan jarak yang lebih dekat hingga mengharuskan Sana yang sedikit mendongak. Sana mencoba untuk melepaskan tangannya dari cengkraman Taehyung, namun tak mampu.

Masih dengan pembawaan yang sama. Taehyung lantas berucap, "bagaimana jika seandainya aku bekerja bukan untuk uang?"

"Apa maksudmu?"

"Bagaimana jika aku mengatakan bahwa aku bekerja untuk menjagamu, Nona Kim Sana."

Sana merasa terancam, entah kenapa dia seperti merasakan kebencian dari netra tajam milik Taehyung saat itu. Namun suasana mencekam urung melibatkan diri dengan mereka ketika angin tiba-tiba berhembus dan menggoyangkan ranting dari pepohonan di sekitar, hingga bunga Pear Blossom yang berada di sepanjang sisi jalan berjatuhan di sekitar mereka.

Untuk sejenak aura mengerikan itu menghilang dari pandangan Sana ketika melihat kelopak bunga yang berguguran di belakang Taehyung dan bahkan sempat menimpa keduanya. Layaknya sebuah film romantis, keduanya saling bertemu pandang. Namun Sana yang tidak ingin terjebak dalam suasana tak menguntungkan itupun segera menarik tangannya dengan kasar dan sedikit mengusapnya ketika Taehyung terlalu kuat mencengkram lengannya.

"Jangan macam-macam denganku. Lebih baik kau menjauh sebelum aku membuatmu menyesal."

Sana berbalik dan langsung berjalan dengan terburu-buru, sedangkan Taehyung sempat terdiam untuk beberapa saat, hingga dalam jarak dua meter dan ia segera menyusul Sana.

Sana sesekali menoleh ke belakang dan semakin mempercepat langkahnya ketika melihat sosok Taehyung. Namun dia tidak sengaja tersandung dan membuat sepatu hak tingginya terlepas. Pandangannya sempat menatap Taehyung yang datang mendekat sebelum ia yang hendak mengambil kembali sepatunya.

Pergerakan Sana terhenti sebelum ia bisa menjangkau sepatunya ketika tiba-tiba seseorang mengambil sepatu itu dan berjongkok di hadapannya. Sana lantas menegakkan tubuhnya dan menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Sedikit tertegun dengan pemuda yang saat ini berjongkok di hadapannya, dan yang jelas itu bukanlah Taehyung.

Laki-laki yang tidak lain adalah Yohan itupun mendongakkan wajahnya, menampilkan senyum ramah yang menenangkan.

"Lain kali, Noona harus lebih berhati-hati lagi."

Yohan kembali menjatuhkan pandangannya dan memakaikan kembali sepatu pada kaki Sana. Yohan mengangkat kaki Sana dan membersihkannya terlebih dulu sebelum memakaikan sepatu tersebut. Namun saat itu angin tiba-tiba berhembus, membuat pandangan Yohan menggelap dan juga rok sepanjang di atas lutut milik Sana sedikit terangkat.

Sana yang menyadari hal itupun segera menahan bagian depan roknya dengan panik dan bertemu pandang dengan Taehyung yang saat itu sudah berdiri di belakang Yohan dan menggunakan tangan kirinya untuk menutupi mata pemuda itu.

Setelah di landa kekesalan yang luar biasa, kali ini Sana di landa kegugupan sekaligus rasa malu. Dengan cepat ia memakai sepatunya sendiri dan langsung meninggalkan kedua laki-laki itu dengan wajah yang memerah menahan malu.

Taehyung lantas menarik tangannya ketika Yohan hendak menurunkan tangannya. Yohan mendongak dan sedikit kaget sebelum pandangannya menemukan Sana yang sudah berjalan menjauh.

"Lain kali berhati-hatilah pada angin musim semi, bocah," ucap Taehyung yang kemudian meninggalkan Yohan dan segera menyusul Sana.

Sudut bibir Yohan tersungging tak percaya. Menatap punggung tegap Taehyung yang berjalan menjauh, ia lantas bergumam, "bocah, dia bilang?"

Mengalihkan pandangannya yang tampak jengah, pemuda itu berdiri sembari menepuk pahanya dan kembali memandang sosok Taehyung yang hampir menghilang dari padangannya.

Yohan lantas berucap dengan cukup lantang, "Ya! Ahjussi ... jika kita bertemu lagi, akan kuberi tahukan berapa umurku ..."

Mendapatkan perhatian dari beberapa orang yang berada di sana, Yohan lantas pergi dari tempat itu dengan raut wajah yang memperlihatkan kekesalan.

Selesai di tulis : 23.04.2020
Di publikasikan : 24.04.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro