Lembar 15 [Memories Of Pear Blossom]
Tiga hari berlalu, Sana telah bisa berjalan seperti sedia kala. Satu minggu berlalu, Sana mulai menjalani aktivitas normal seperti saat sebelum ia Koma. Pagi itu Taehyung menunggu Sana yang tengah bersiap-siap di samping mobil. Saat itu dia tengah dalam pembicaraan bersama Yeonjoo melalui sambungan telepon, namun pembicaraan itu segera terinterupsi oleh kedatangan Jaehyung.
"Aku akan bekerja sekarang, aku akan menghubungimu lagi nanti."
Memutuskan sambungan secara sepihak adalah kebiasaan Taehyung dan sepertinya sang lawan bicaranya pun mungkin sudah terbiasa dengan kelakuannya yang selalu seenaknya.
"Apa aku menganggumu?" sebuah kalimat meluncur sebagai pembuka dari pertemuan mereka pagi itu.
"Tidak."
"Ah... Di mana Nona Sana?"
"Dia masih berada di dalam."
"Apa, sudah ada perkembangan?"
Dahi Taehyung menampilkan sedikit kerutan, merasa ada yang aneh dengan pertanyaan Jaehyung. "Perkembangan seperti apa yang Hyeong maksud?"
"Hubungan kalian. Apa Sana masih bersikap kasar padamu?"
Taehyung menggeleng, meski hubungan keduanya tak bisa di katakan baik-baik saja. Sana masih sama seperti sebelumnya dan justru bertambah semakin kasar setelah bisa berjalan kembali. Namun kekasaran Sana masih dalam tahap yang wajar bagi Taehyung meski ia sedikit merasa heran, karna di bandingkan gadis-gadis lain, Sana lah yang paling sulit untuk di luluhkan.
Biasanya tak sampai seminggu para gadis kasar itu sudah bisa ia luluhkan, bahkan putri Presiden yang terkenal kasar itu pun hanya membutuhkan waktu empat hari hingga gadis itu mampu bersikap baik padanya dan bahkan mungkin terlalu baik.
"Apa... Dia menunjukkan perilaku yang aneh?"
"Sejauh ini tidak ada yang aneh dengan Nona."
"Ah... Syukurlah." Jaehyung menganggukkan kepalanya, "kalau begitu, aku akan berbicara sebentar dengannya."
"Ye."
Jaehyung lantas meninggalkan Taehyung dan bergegas masuk ke dalam Paviliun. Dia segera menuju kamar Sana, mengetuk pintu dan langsung membukanya.
"Taehyung sudah menunggu dari tadi, apa yang sedang kau lakukan?"
Langkah Jaehyung terhenti ketika ia tak menemukan siapapun di dalam kamar. Pandangannya segera terjatuh ke pintu toilet seiring dengan kepanikan yang tiba-tiba terlihat di garis wajahnya. Dengan cepat ia berjalan menuju pintu toilet dan segere mengetuk pintu dengan tidak sabaran.
"Omo!" kaget Sana ketika mendengar pintu kamar mandi di gedor dari luar.
"Sana, kau di dalam?" lantang Jaehyung.
"T-tunggu dulu, jangan masuk!" panik Sana yang segera mengancingkan kemejanya dengan buru-buru dan tepat setelah ia mengancingkan kancing terakhir kemejanya, Jaehyung tiba-tiba menerobos masuk.
"Oppa! Bukankah ku bilang jangan masuk." kesal Sana tanpa menyadari kekhawatiran di wajah Jaehyung yang datang menghampirinya.
"Apa yang sedang kau lakukan di sini?"
"Aku sedang mengganti baju."
"Kau bisa menggantinya di luar."
"Dan membiarkan si mesum itu menyaksikannya?" tuntut Sana.
Jaehyung menghembuskan napasnya, mencoba mengendalikan kepanikan yang sempat menghampirinya. Wajar saja jika ia panik, karna di kamar mandi itulah Sana pernah melakukan percobaan bunuh diri. Namun sepertinya Sana tidak peka terhadap kekhawatiran Jaehyung saat ini.
"Kau bisa menyuruhnya keluar saat kau berganti baju."
"Dia keluar dan masuk kamarku sesuka hatinya, bagaimana aku bisa mempercayai orang itu begitu saja?"
Jaehyung mengangkat kedua tangannya ke udara. "Maaf."
Sana langsung meninggalkan Jaehyung yang kemudian menyusul dengan helaan napas berat yang kembali keluar dari mulutnya. Sana meraih tas berserta sebuah buku yang sebelumnya sudah ia siapkan di atas ranjang dan bergegas keluar.
"Sana, tunggu sebentar."
Sana yang sedang dalam suasana hati yang buruk pun meninggalkan Jaehyung begitu saja, membuat Jaehyung harus berlari kecil hingga mampu menahan lengan wanita muda itu saat sampai di ruang tamu.
"Tunggu sebentar..."
"Apa lagi? Aku harus ke Kampus sekarang."
Jaehyung merogoh saku jasnya, mengeluarkan sebuah ponsel yang kemudian ia berikan pada Sana. "Di situ sudah ada beberapa kontak yang kau butuhkan. Dan ingat, jangan mengganti nomormu."
"Aku bukan tahanan!"
"Berhenti membangkang, jadilah gadis yang penurut mulai sekarang."
Sana mengambil terkesan merampas ponsel itu dari tangan Jaehyung dan berucap, "kenapa tidak sekalian saja kirim aku ke Rumah Sakit Jiwa."
"Hentikan... Jangan membuat kami khawatir lagi. Setelah kelasmu selesai, jangan kemana-mana dan cepat pulang."
"Oppa!"
"Aishh... Sudah, sudah. Lebih baik kau segera berangkat, jangan sampai kau terlambat di hari pertamamu. Dan ingat satu hal, jangan terlalu kasar pada Taehyung. Mengerti?!"
Sana memutar bola matanya jengah dan langsung meninggalkan Jaehyung begitu saja. Dia menghampiri Taehyung dan saat itu, tanpa mendapatkan perintah terlebih dulu, Taehyung segera membukakan pintu mobil di bagian belakang.
Sempat bertemu pandang untuk sepersekian detik, Sana segera masuk ke dalam mobil dan menutup pintu mobil menggunakan tangannya sendiri dengan cukup keras. Menyisakan sebuah pertanyaan di garis wajah Taehyung yang tampak tak menunjukkan apapun.
"Taehyung-ssi." perhatian Taehyung teralihkan oleh kedatangan Jaehyung.
"Setelah kelas Nona Sana berakhir, segera bawa dia pulang apapun yang terjadi."
"Aku akan mengingatnya, kami pergi dulu."
"Hati-hati."
Taehyung memberikan sebuah anggukan singkat sebelum masuk ke dalam mobil, memakai sabuk pengaman dan menghidupkan mobil sembari sekilas memperhatikan Sana melalui spion.
"Berhenti melihatku atau akan ku congkel matamu." sarkas sang Nona muda yang langsung memalingkan wajahnya ke samping dengan tangan yang bersedekap.
Taehyung pun menjalankan mobil meninggalkan halaman Paviliun belakang dan menyusuri halaman samping untuk bisa mencapai gerbang utama.
"Hati-hati." pekik Jaehyung sembari melambaikan tangannya yang justru berbalas oleh tatapan tak bersahabat milik Sana.
"Aku benci hidup seperti ini." satu gumaman lolos dan berhasil di tangkap oleh pendengaran Taehyung. Membuat pemuda itu menyadari bahwa suasana hati Nona mudanya benar-benar buruk pagi itu, namun seburuk apapun itu, tampaknya tak memberikan pengaruh baginya.
Setelah satu jam perjalanan, mobil Taehyung memasuki area parkir Hankuk University, di mana Sana menimba ilmu dan mengambil jurusan Fakultas Kedokteran. Tanpa menunggu Taehyung membukakan pintu untuknya, Sana segera membuka pintu untuk dirinya sendiri dan bergegas meninggalkan Taehyung seakan hendak melarikan diri dari si Kepala Kemananannya itu.
Taehyung yang melihat hal itu pun segera turun dari mobil dan mengejar Sana dengan langkah lebarnya yang terlihat sangat tenang dengan tangan yang sekilas memperbaiki posisi jas yang ia kenakan. Penampilan yang sangat formal dan kontras dengan keadaan di sekitarnya tentu saja membuatnya menjadi pusat perhatian.
Sana sesekali menoleh ke belakang dan semakin mempercepat langkahnya ketika Taehyung hampir menyusulnya. Dia sangat mengutuk halaman Kampusnya yang sangat luas meski terlihat sangat bagus karna di sisi jalan terdapat pohon Pear Blossom yang sedang bermekaran. Namun jika boleh mengajukan permintaan, Sana akan meminta pihak kampus menyediakan eskalator agar kakinya tak perlu repot-repot untuk berjalan jauh hanya untuk bisa sampai di gedung utama Kampusnya.
Sana menaiki satu persatu anak tangga yang lumayan banyak dan saat itu tatapan mengintimidasinya segera terjatuh pada Taehyung yang sudah berjalan di belakangnya. Dia pun menghentikan langkahnya setelah berhasil menakhlukkan anak tangga tersebut dan berhadapan langsung dengan Taehyung yang membuatnya sedikit mendongak karna meski sudah mengenakan sepatu ber-hak tinggi, dia masih tetap kalah tinggi dari Taehyung.
"Tuan Kim Taehyung, aku sudah sampai dengan selamat, kau boleh pergi sekarang."
"Jika Nona bersedia memberikan uang dua kali lipat dari bayaran yang ku terima, aku akan menuruti perkataan Nona."
"K-kau!"
"Sana..." perhatian keduanya teralihkan oleh pekikan seorang wanita.
Mata Sana menyipit, menfokuskan pandangannya pada seorang wanita muda yang berlari ke arahnya dari kejauhan dan setelah jarak mereka semakin dekat. Kedua netra Sana membulat, menunjukkan reaksi keterkejutannya yang seketika menghilangkan kekesalan di raut wajahnya.
"Eoh! Chungha? Kim Chungha?" senyum Sana melebar dan kedua wanita muda yang telah saling mengenal itu saling berpelukan dengan histeris, menegaskan bahwa keduanya tidak bertemu dalam waktu yang lama.
Kim Chungha, teman lama Sana itu pun lantas menjauhkan tubuhnya tanpa melepaskan pelukannya pada Sana.
"Apa aku tidak salah lihat? Ini sungguh dirimu? Kim Sana?"
Sana mengangguk dengan semangat ketika suasana hatinya berubah membaik hanya dalam waktu beberapa detik.
"Omo! Kenapa ini seperti mimpi?" Chungha kembali memeluk Sana dan pelukan keduanya pun benar-benar terlepas dengan senyum yang masih mengembang di bibir keduanya, namun saat itu Chungha segera mengusap sudut matanya yang berair.
"Kenapa kau menangis? Kau tidak senang melihatku?"
"Ya ampun, aku menjadi sedikit emosional karna melihatmu." Chungha terkekeh pelan sebelum ia kembali melebarkan senyumnya dan meraih kedua telapak tangan Sana.
"Lama tidak melihatmu, bagaimana keadaanmu sekarang?"
"Seperti yang kau lihat, masih secantik dulu." ujar Sana dengan gaya yang sedikit centil dan mendapatkannya tatapan menghakimi dari Taehyung. Pasalnya untuk pertama kalinya ia mendapati sikap Sana yang seperti ini. Biasanya Nona mudanya itu akan selalu bersikap ketus di hadapannya setiap waktu atau bahkan tertawa seperti orang gila dan langsung berhenti ketika melihat wajahnya.
"Cantik... Tapi kau terlihat kurus, di mana pipimu yang bulat dulu?" Chungha menarik pipi tirus Sana dan sempat membuat Sana memekik hingga tawa keduanya kembali terdengar.
Chungha yang baru menyadari kehadiran Taehyung yang tak kunjung beranjak dari sana pun segera menghentikan tawanya dan menarik lengan Sana. Dia lantas berbisik, "siapa? Pacarmu?"
Sana tiba-tiba mencubit lengan Chungha, membuat sahabatnya tersebut memekik pelan sembari menggosok lengan yang baru saja ia cubit.
"Jangan bicara sembarangan." ucap Sana dengan tatapan sinis yang ia arahkan pada Taehyung.
"Kau pergilah, jangan mempermalukanku." perkataan yang terdengar lebih ketus membuat Chungha menatapnya dengan aneh. Sana kemudian menarik lengan Chungha dan berjalan beriringan menuju bangunan Kampus dengan Taehyung yang masih mengikut di belakangnya.
"Siapa?" Chungha memelankan suaranya.
"Kepala Keamanan." jawab Sana terkesan malas.
"Heol! Benarkah?" Chungha sekilas menoleh ke belakang dan kembali pada Sana dengan membawa seulas senyum lebarnya, "aku pikir dia tunanganmu."
"Ck, apa yang kau bicarakan? Sampai matipun aku tidak akan mau bersama orang sepertinya."
Chungha menyenggol bahu Sana. "Ya! Hati-hati dengan perkataanmu, jangan sampai itu menjadi karma untukmu. Lagi pula... Dia lumayan."
"Jika kau mau, ambil saja."
"Aish... Kau ini! Kenapa wanita cantik selalu jual mahal?"
"Karna aku terlahir sebagai wanita yang cantik."
"Ya ampun... Lama tidak bertemu, sepertinya penyakitmu ini semakin akut." Chungha memekik pelan ketika Sana kembali mencubit lengannya.
"Ya! Bersikap sopanlah padaku, aku seniormu sekarang."
"Apa?"
"Kau pikir berapa tahun kau tidak masuk Kuliah? Aku sudah menjadi seniormu sekarang." ujar Chungha dengan nada yang di buat sedikit menyombongkan diri, membuat Sana menatapnya tak terima.
"Kenapa? Kenapa melihatku seperti itu? Mulai sekarang, panggil aku Senior."
Sana tertawa tak percaya dengan pandangan yang sekilas teralihkan. "Kau ingin menjadi seniorku? Jangan bermimpi!"
"Aish... Kau ini benar-benar." Chungha yang terlanjur gemas dengan sikap sahabatnya yang tak berubah itu pun langsung memukul bokong Sana menggunakan telapak tangannya. Sebuah candaan lama yang sedikit mengejutkan bagi Taehyung.
"Ya! Berhenti melakukannya." senyum Sana memudar ketika ia mendapati Taehyung masih mengikutinya, dia pun menarik tangan Chungha dan mempercepat langkahnya.
"Ya! Pelan-pelan, kenapa buru-buru sekali?"
Taehyung sekilas menggaruk alisnya dan mempercepat langkahnya untuk mengimbangi langkah kedua wanita muda yang hendak melarikan diri darinya. Dan hari ini, dia mendapati sisi lain dari Nona mudanya. Namun selama seminggu ini, dia menemukan keanehan pada Sana. Tapi dia belum bisa menyimpulkan apapun di saat Sana selalu bersikap sesuka hatinya yang sebenarnya tak jauh berbeda dengan dirinya sendiri.
Selesai di tulis : 06.02.2020
Di publikasikan : 06.02.2020
Kim Chungha
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro