Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Lembar 07.

Seokjin memasuki kediamannya dan bertegur sapa dengan Jaehyung yang kebetulan baru saja dari lantai dua bangunan megah tersebut.

"Sudah pulang?"

"Bagaimana dengan Sana?"

Keduanya berdiri berhadapan. Jaehyung menggeleng dan berucap, "dia sangat marah."

"Aku pun juga pasti marah jika di perlakukan seperti itu." balas Seokjin yang seakan menegaskan bahwa dia berada di pihak adiknya.

"Orang mana yang ingin bersama dengan mu selama 24 jama?" cibir Jaehyung.

"Ya ampun. Pria lajang yang sudah tua memang semakin sensitif."

"Sadarlah! Kau pun juga pria lajang yang sudah tua." balas Jaehyung dengan gaya bicaranya yang terdengar begitu santai.

"Setidaknya aku sudah memiliki wanita sebagai masa depan ku." acuh Seokjin yang segera melenggang pergi. Menyisakan Jaehyung dengan senyum tak percayanya.

"Arghhh....."

Keduanya tersentak oleh teriakan seorang pria dan mereka segera menjatuhkan pandangan mereka ke Paviliun belakang di mana sumber suara itu berasal, ada rasa heran sekaligus tak percaya di raut wajah keduanya. Seokjin pun perlahan berbalik, kembali berhadapan dengan Jaehyung dengan tatapan bertanya di saat Jaehyung justru tersenyum tak percaya.

"Suara siapa barusan?"

"Tanyakan pada adik mu. Sepertinya dia tidak melupakan bagaimana cara untuk menggigit orang."

Jaehyung berlalu dengan senyum lebarnya dan tampak terlihat menahan tawanya. Hal itu pun mendapatkan pertentangan dari Seokjin.

"Ya! Kau kira adik ku itu kucing?" lantangnya, namun hanya lambaian tangan Jaehyung lah yang menjawab tuntutannya. Dia pun kembali melanjutkan langkahnya untuk segera menuju kamarnya di saat Jaehyung sendiri justru berjalan ke arah belakang rumah.

Jaehyung kembali ke Pavilun belakang yang baru ia tinggalkan beberapa menit yang lalu. Dia membuka pintu dan segera masuk ke dalam tanpa terlihat terburu-buru.

"Apa yang sebenarnya dia lakukan?" gumaman yang terdengar begitu lirih dari arah dapur yang kemudian membimbing langkahnya untuk datang mendekat.

Dan senyum lebar itu kembali menghiasi wajahnya ketika ia menemukan anak asuh KQ yang baru satu hari bekerja di sana, kini tengah terduduk di salah satu kursi tepat di samping meja makan dengan bahu tegap yang sedikit menunduk dan sesekali mengibaskan tangannya.
Dia pun berjalan mendekati pemuda yang kini sibuk dengan tangan kirinya tersebut.

"Apa terjadi sesuatu?" tegurnya dan seketika membuat Taehyung menolehkan kepalanya dan segera berdiri.

"Tidak apa-apa, duduk saja. Bersikap santailah saat bersama ku, duduklah!" ujar Jaehyung dan Taehyung pun kembali duduk di saat ia sendiri memutuskan untuk tetap berdiri.

"Apa terjadi sesuatu? Teriakan mu tadi benar-benar mengejutkan."

Taehyung sekilas menundukkan kepalanya dan berujar, "Aku minta maaf, aku tidak bermaksud untuk mengejutkan."

"Tidak, tidak. Aku hanya bercanda, kenapa kau serius sekali?" ujar Jaehyung dengan tawa ringannya, guna melunturkan kecanggungan di sana.

"Apa dia menggigit mu?"

"Ye?"

Dahi Taehyung sedikit mengernyit, menampakkan sedikit keheranan. Dia pikir perkataan Jaehyung sebelumnya adalah sebuah lelucon, namun pertanyaan pria berkacamata itu kini seakan menegaskan bahwa Nona muda yang telah menjadi tanggung jawabnya tersebut memang sudah biasa menggigit orang.

"Aku sudah memperingatkan mu sebelumnya. Di bagian mana dia menggigit mu?"

Taehyung menunjukkan punggung tangan kirinya, dan di sanalah terdapat bekas gigitan dari Sana. Meski tidak ada luka gores, namun gigi Sana tercetak dengan sempurna pada punggung tangan Taehyung yang kurus.
Jaehyung tersenyum miris bercampur dengan canggung melihat punggung tangan tersebut. Merasa tidak enak karna Taehyung adalah anak baru di sana dan harusnya dia tidak mengalami hal yang mungkin lebih bisa di bilang konyol dari pada tragis.

"Untuk malam ini, kau istirahat saja. Biar Nona, aku yang mengurusnya." ujar Jaehyung yang tak mampu menghilangkan senyum canggungnya.

"Jika di izinkan, aku ingin pergi untuk mengambil barang-barang ku."

"Ah... Benar sekali, kau juga harus memindahkan barang mu kemari. Baiklah, kalau begitu pergilah dan pastikan bahwa besok pagi kau sudah berada di sini."

"Ye, terimakasih."

Taehyung meraih jasnya di atas meja dan sekilas menundukkan kepalanya sebelum melewati Jaehyung.

"Aku minta maaf untuk kejadian hari ini." ujar Jaehyung yang hanya di balas anggukan oleh Taehyung sebelum pemuda itu keluar dari Paviliun.

Dan selepas kepergian Taehyung. Jaehyung menghela napas pasrahnya dengan tangan yang berkacak pinggang.

"Anak itu, seharusnya jangan melakukannya kepada anak baru."

Dia kemudian bergegas menghampiri Sana yang berada di dalam kamar. Dan tepat setelah ia membuka pintu, bisa di lihatnya gadis muda itu yang kemudian membuang muka setelah melihat kedatangannya.
Dia pun masuk dan menutup pintu dari dalam, lalu menghampiri tempat Sana dan berdiri tepat di samping gadis tersebut.

Jaehyung menggaruk keningnya dan lantas berucap, "Kau menggigitnya?"

Pertanyaan pertama yang di abaikan oleh Sana. Jaehyung bisa melihat betapa kesalnya wajah Nona mudanya tersebut.

"Kau ini anak gadis. Jangan sembarangan menggigit orang... Setidaknya jangan lakukan kepada anak baru, jika gigi mu melukainya dan memutuskan nadinya bagaimana?"

Perkataan yang santai namun sedikit berlebihan, memang. Bagaimana mungkin Sana akan memutus urat nadi seseorang menggunakan giginya? Dia bukan Psychopath yang mampu melakukan hal gila seperti itu.
Dia kemudian segera menjatuhkan tatapan tak bersahabatnya pada Jaehyung.

"Biar saja! Besok-besok, jika aku masih melihatnya di sini. Aku akan menggigit lehernya hingga urat nadinya terputus." sarkas Sana yang mengucapkannya dengan tak berperasaan dan membuat Jaehyung menatapnya dengan penuh kengerian.

Dengan suara yang sama sekali tak meninggi dia kembali berucap, "Ya! Apa yang sedang merasuki mu? Sadarlah! Dia itu anak orang, dan kau pun juga manusia bukannya kucing... Hentikan kebiasaan mu menggigit orang dan bertingkahlah layaknya seorang wanita terhormat."

Merasa kesal, Sana pun meraih bantal dan langsung melemparkannya ke arah Jaehyung yang sedikit menghindar.

"Kalian yang membuatku gila dengan peraturan gila kalian!" bentak Sana, tampak begitu frustasi.

Jaehyung kembali menghela napasnya lalu berucap, "Setidaknya manusia lebih baik di bandingkan dengan aku memasang CCTV di setiap sudut ruangan."

Dia mengarahkan pandangannya ke setiap penjuru ruangan dan kembali berucap, "Kau ingin aku memasangnya di sana, di sana, di sana. Atau di dalam kamar mandi mu sekalian." ujarnya tanpa beban seiring dengan tangannya yang menunjuk beberapa sudut hingga mempertemukan pandangannya kembali dengan Sana.

Suara Sana kemudian merendah. "Jangan konyol! Biarkan aku hidup dengan tenang."

"Dia adalah orang terbaik yang di miliki oleh KQ. Kau tidak akan mengalami hal yang buruk ketika dia bersamamu."

"Entah dia memiliki kemampuan tingkat dewa sekalipun, jangan membawanya kembali ke hadapan ku."

"Jika kau tidak berbuat nekad, mungkin ayahmu tidak akan melakukan hal ini."

"OPPA!!!!" Sana membentak, tampak sudah kehilangan kesabarannya.

"Hilangkan pikiran negatif mu terhadap orang baru. Dia akan segera menikah, jadi tidak ada hal yang harus kau khawatirkan."

"Menikah atau tidak, memang apa perduli ku? Aku hanya ingin dia pergi dari sini dan jangan campuri kehidupan ku!" tegas Sana.

"Kalau begitu kembalilah ke rumah utama."

Sana bungkam, seakan menegaskan bahwa perkataan Jaehyung barusan adalah hal yang paling menakutkan baginya untuk sekedar memberikan pembelaan.

"Tidak mau? Kalau begitu terima saja keputusan ini dan bersikap baiklah pada orang yang berusaha bersikap baik padamu. Sepenting apapun uang, seseorang pasti memiliki batas kesabaran... Dia bukanlah orang sembarangan. Dia orang terpilih dari KQ dan kerap menjadi orang kepercayaan Presiden, ingat itu baik-baik. Kau sangat beruntung mendapatkan dia di samping mu, Nona Kim Sana."

Sana memalingkan wajahnya, tak tahu harus berkata apa dan tak tahu bagaimana kehidupannya setelah ini. 24 jam bersama dengan pria asing yang bahkan ia sendiri tidak yakin apakah orang itu benar-benar orang baik atau sebaliknya.
Bagaimana dia bisa beradaptasi dengan peraturan gila yang di terapkan dalam kehidupannya yang malah terkekang setelah ia bebas dari kematian yang pernah ia kehendaki sebelumnya. Bagaimana? Bagaimana dia bisa beradaptasi dengan Kim Taehyung? Pemuda asing yang bahkan tak ia ketahui namanya hingga detik ini.

Bagaimana?








Selesai di tulis : 05.10.2019
Di publikasikan : 11.10.2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro