Lembar 05.
"Dia adalah putri kesayangan Tuan Kim Jaejoong, jadi pastikan kau melakukan tugas mu dengan baik. Karna jika terjadi hal yang buruk padanya, kau bisa saja kehilangan segalanya."
Sebuah himbauan yang berputar di dalam kepala Taehyung layak nya sebuah mantra. Setelah sempat berbicara banyak dengan Jaehyung selama perjalanan, Taehyung tahu bahwa dia datang kepada orang yang tepat.
Tatapan dingin dan tajam itu tertuju pada sosok wanita muda yang kini terlelap di ranjang pasien. Kim Sana, wanita muda yang mampu membuat sudut bibir Taehyung tertarik membuat seulas senyum yang tersungging untuk beberapa detik.
"Kau sama busuk nya seperti ayah mu, tapi kau harus tetap hidup demi tujuan ku."
Kalimat tak berperasaan yang seakan menegaskan bahwa dia tidak lebih dari seorang penjahat yang akan menerkam musuh nya dari belakang. Di tatap nya lekat wajah pucat yang terlelap tersebut, seakan membiarkan otak nya mengingat setiap garis wajah yang kini ia lihat hingga getar ponsel nya mengalihkan perhatian nya.
Dia kemudian merogoh ponsel nya dan seketika dahi nya mengernyit ketika Yeonjoo menghubungi nya. Dia pun berjalan keluar sembari menjawab panggilan dari Yeonjoo.
"Ada apa?" Ujar nya sebelum membuka pintu ruangan, dan tepat setelah ia membuka pintu ruangan tersebut. Saat itu pula perlahan mata Sana terbuka.
"Aku sedang bekerja, ada apa?"
Suara berat namun terdengar begitu lembut menyapa pendengaran nya dan memaksa netra nya untuk mengarah ke asal suara, bisa di lihat nya punggung Taehyung yang dengan cepat menghilang di balik pintu. Punggung yang terlihat begitu asing baginya.
Dia kembali memejamkan mata nya seperti tengah menahan sakit dan membuka nya kembali, dengan tatapan yang langsung mengarah pada langit-langit ruangan.
Napas berat nya terdengar begitu lembut, mencoba beradaptasi dengan kondisi tubuh nya yang terasa begitu lemah. Dia kemudian mengangkat tangan kiri yang terhubung dengan selang infus tepat ke hadapan nya.
Dan tanpa ragu, dia langsung menarik selang infus tersebut hingga terlepas dari punggung tangan nya dan sempat membuat nya mengernyit. Merasakan sakit yang datang sebelum darah yang dengan cepat keluar dari bekas jarum infus di punggung tangan nya.
Dia kemudian memaksakan diri untuk bangkit dan menurunkan kaki nya dari ranjang, tak perduli meski ia menyadari bahwa dia masih belum memiliki tenaga yang cukup untuk beranjak dari ranjang nya. Dalam pikiran nya sekarang hanyalah segera pergi dari tempat tersebut.
Perlahan namun pasti, telapak kaki nya berhasil menyentuh lantai yang dingin. Bermodalkan kedua tangan yang menyangga beban tubuh nya, dia beranjak dari ranjang nya. Namun belum ada satu langkah dan tubuh nya langsung terhuyung ke lantai dengan cukup keras dan membuat nya sempat meringis, merasakan sakit pada salah satu siku nya.
Perhatian nya teralihkan oleh pintu yang terbuka dari luar, dan di sanalah Taehyung mematung sejenak di ambang pintu. Melihat sosok yang sebelumnya terbaring di ranjang dan kini telah duduk di lantai dengan darah yang tercecer di lantai.
Dia pun kemudian melangkah mendekati Sana dan segera menjatuhkan satu lutut nya tepat di samping Sana. Tanpa sepatah katapun, dia berinisiatif untuk mengangkat tubuh Sana, namun penolakan itu keluar dari Sana.
"Pergi!" Ujar Sana dengan sikap dingin nya namun tak mampu menandingi kedinginan yang terlihat di garis wajah Taehyung.
Tak perduli dengan penolakan Sana, Taehyung pun bergegas mengangkat tubuh Sana. Mengembalikan nya ke atas ranjang, dan saat itu pula tangan lemah Sana memukul nya beberapa kali.
"Lepaskan aku! Menjauhlah dariku!" Gertak Sana.
Namun bukan nya mundur, Taehyung justru menggenggam punggung tangan Sana yang masih mengeluarkan darah dan mengangkat nya setinggi di atas kepala Sana.
"Pergi!" Kesal Sana. Dia hendak menarik tangan nya, namun Taehyung tetap menahan nya dengan tatapan dingin nya.
"Diam atau aku tidak akan menahan diri untuk menyakiti mu sekarang."
Perkataan tenang yang terucap sebagai sebuah ancaman, membuat sorot mata Sana menajam. Terlintas dalam pikiran nya, tentang siapakah orang asing yang kini berada di hadapan nya.
Setelah tak mendapat respon dari Sana, Taehyung mengulurkan tangan nya yang terbebas untuk menekan tombol darurat yang menempel pada dinding tepat di samping kepala ranjang.
Start The Revenge
Taehyung membersihkan bekas darah yang mengotori tangan nya di dalam kamar mandi yang berada di ruang rawat Sana, sedang di luar sana. Seokjin tampak menasehati sang adik setelah sebelumnya datang dengan raut wajah yang begitu khawatir.
"Jangan melakukan hal ini lagi!" Ujar Seokjin dengan halus di saat ia yang duduk di sisi ranjang berhadapan dengan Sana yang seperti tak ingin mendengarkan ucapan nya barusan.
"Sana-ya... Jangan seperti ini! Berhenti melukai dirimu sendiri. Jika ada masalah, kita bisa membicarakan baik-baik."
Sana memalingkan wajah nya dan menarik tangan yang sebelumnya di genggam oleh Seokjin. "Aku ingin pulang." Gumam nya, masih dengan sikap tak bersahabat nya.
"Kau belum benar-benar pulih, tunggu sampai kau benar-benar sehat dan baru pulang."
"Sekarang! Aku ingin pulang sekarang." Tandas Sana dan membuat sang kakak hanya mampu menghela napas pasrah nya.
"Aku akan meminta persetujuan dari Appa dulu."
Seokjin mengusak lembut puncak kepala Sana dan beranjak berdiri, namun perhatian nya teralihkan oleh sosok Taehyung yang baru saja keluar dari kamar mandi. Dia pun bergegas menghanpiri pemuda yang segera menundukkan kepala sekilas sebagai pengganti salam ketika keduanya saling berhadapan. Dis kemudian mengulurkan tangan nya yang langsung di jabat oleh Taehyung.
"Kim Seokjin, kakak Kim Sana." Ujar Seokjin dan melepas jabatan tangan keduanya.
"Aku sudah mendengar kabar tentang mu, dan aku berharap bisa mendapatkan bantuan yang banyak pada mu." Ujar Seokjin kembali dengan seulas senyum tipis nya.
"Aku akan berusaha semampu ku, mohon bimbingan nya." Balas Taehyung. Mengutamakan kesopanan, dia sedikit merendahkan tubuh nya sekilas.
"Baiklah, kalau begitu sampai bertemu. Dan satu lagi, jaga Sana kami baik-baik." Perkataan yang menunjukkan kekhawatiran seorang kakak kepada adik nya.
"Aku akan berusaha sebaik mungkin."
Senyum Seokjin sedikit melebar, dia sekilas menepuk bahu Taehyung sebelum akhirnya meninggalkan ruangan tersebut. Dan tepat setelah pintu tertutup, saat itulah Sana menjatuhkan pandangan nya pada sosok Taehyung yang begitu asing bagi nya.
Mempertemukan tatapan dingin keduanya, di mana keduanya memiliki artian yang berbeda. Tatapan dingin Sana yang di tujukan untuk sebuah luka, dan tatapan dingin Taehyung yang di tujukan untuk sebuah kebencian. Keduanya, terikat sebuah benang transparan yang begitu rumit dan bahkan mencoba untuk mengerti pun tidak ada guna nya di saat semua harus di akhiri dengan kematian kedua belah pihak yang terlibat dalam lingkaran pembalasan dendam. Karna jika salah satu di antara keduanya masih hidup, maka dendam tidak akan pernah berakhir. Lalu bagaimana benang transparan itu akan membelit takdir keduanya.
Selesai di tulis : 26.09.2019
Di publikasikan : 02.10.2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro