Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Hal tak terduga

Seperti biasa, pagi hari di SMA Shirayuki akan diramaikan dengan teriakan dari siwa-siswi terlebih kaum hawa, ketika dua pangeran sekolah baru saja memasuki halaman sekolah. Bahkan sangking hebohnya sampai ada yang pingsan tapi itu tidak menyurutkan antusias mereka untuk meneriaki nama dua pangeran tersebut.

"Hei lihat, mereka tampan sekali di pagi hari ah tidak-tidak bahkan setiap hari." ujar salah satu dari tiga perempuan yang berdiri di tangga yang mengarah langsung ke halaman sekolah, Amy.

"Kau benar. Eh, ngomong-ngomong kau pilih yang mana?" tanya gadis dengan rambut yang di ikat kuda, Suzy pada teman se geng-nya.

"Hm..kalau aku Gempa-kun saja deh. Senyumnya selalu manis membuatku meleleh saja." jawab gadis yang memakai bando biru, Mimi.

"Aah, tapi Halilintar-kun juga gak kalah manis kok. Sekali kau di tatapnya kau akan terhipnotis. Lihat gayanya yang cool itu, dengan tampang datarnya saja sudah menunjukkan ketampanannya." jelas Suzy yang tidak mau kalah antusias dari yang lainnya.

"Kalau kau Amy?"tanya Suzy pada teman satunya.

"Hm..sulit, dua-duanya saja deh."jawabnya yang langsung mendapat cacian dari dua temannya.
.
.
.
.
.
.
.
"Aku akan mengalahkan mu." ucap Gempa setelah keduanya sampai di koridor sekolah.
"Hah?" Halilintar balas memandangnya bingung.
"Apa kepalamu habis kejedot?" tanya Halilintar yang sudah mengalihkan tatapannya ke depan.
"Aku sungguh-sungguh soal...Aya-chan." jawab Gempa dengan tatapan seriusnya.
"Heh! Dia itu milikku." ujar Halilintar membalas tatapan pemuda di sampingnya tak kalah serius.
"Kalau begitu mari kita bertanding. Aku sangat bersemangat sekarang, aku takkan mundur. Semoga berhasil" setelah mengatakan itu, Gempa berjalan meninggalkan Halilintar yang kini mendengus kesal. "Cih! Yang benar saja."

KRIING


"Hah huh hah huh, untung kita tidak terlambat." ujar Taufan yang baru saja memasuki kelasnya diikuti Yaya, Ying, dan Gopal.
"Tidak terlambat apanya! Cepat masuk kelas, jangan pada berdiri di depan pintu!" tegur seseorang yang ternyata guru kelas mereka yang tengah berdiri di belakangnya. Segera saja keempatnya berlari terbirit-birit memasuki kelas dan duduk di bangkunya masing-masing.

DEG

Yaya menghentikan langkahnya sebentar ketika mendapati pemuda dengan tatapan tajamnya sudah duduk di belakang kursinya di pojok belakang dekat jendela. Kedua tangannya terangkat mencoba menutupi wajahnya berharap pemuda itu tidak melihatnya.

Setelah duduk dan menaruh tas di samping mejanya, ia kembali menegakkan tubuhnya. Tapi baru saja bernapas lega, rambutnya tiba-tiba di tarik dari belakang. Ia tahu siapa yang melakukannya, siapa lagi kalau bukan Halilintar.

"Ak! C-chotto, yamete (ak! T-tunggu, hentikan)"serunya sepelan mungkin, takut jika sang sensei (Guru) mendengarnya.

"Bersihkan halaman asrama. Nanti sore." kata Halilintar yang ikut memelankan suaranya dengan satu tangannya yang bertompang dagu.

"Wakatta kara, hanashite! (Aku mengerti, jadi tolong lepaskan!)"balas Yaya meringis menahan sakit sambil mata yang menatap ke depan dengan was-was.

Tapi, bukannya melepaskan rambut, Halilintar malah memajukan tubuhnya dan berhenti tepat di samping telinga Yaya. "Jangan jadi pusat perhatian!" bisiknya dan-
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
"KYA!!" Teriak Yaya sambil berhambur ke mejanya dengan wajah kaget nya. Akibat teriakannya itu, seisi kelas menatapnya heran ada juga yang menahan tawanya. Kecuali Halilintar yang sedang menatap keluar jendela.

"Doushite Yaya? (Ada apa Yaya?) barusan kau bilang ' Kya' "tanya sensei(Guru) yang menatapnya heran di depan kelas sambil mengendikkan bahunya dan membuat semua siswa tertawa melihatnya kecuali Yaya dan Halilintar tentunya.

"Z-zenzen, okamenaku (b-bukan apa-apa, silakan dilanjut)"serunya menahan malu atas sikapnya tadi. Ya meskipun bukan sepenuhnya salahnya sih.

Selagi sang guru menerangkan kembali dan semua murid sudah tidak tertuju padanya, tangan kirinya terangkat menyentuh telinganya yang berdenyut. Yap, yang membuatnya berteriak tadi adalah tingkah Halilintar yang tiba-tiba menggigit telinganya setelah berbisik tadi.

'Apa-apaan dia!' batinnya yang mulai kesal dengan jantung yang berdegub kencang. Di liriknya sekilas pemuda di belakangnya yang masih menatap keluar jendela. Yaya mendengus kesal saat melihat wajah dinginnya, seperti orang yang tidak punya salah saja.

Ia kembali memperhatikan sang guru meski sama sekali tak paham apa yang diterangkannya. Tanpa sepengetahuannya, Halilintar sedang menyeringai kecil ke arahnya.

Skip

"Kau tadi kenapa sih Yaya, tiba-tiba teriak. Bikin orang terkejut saja." tanya Ying yang sudah berada di kantin bersama dua sahabatnya. Yaya hanya diam sambil menompang dagunya, mengabaikan pertanyaan Ying. Pikirannya masih tertuju pada kejadian tadi. Sedangkan Ying yang tidak mendapat jawaban mengalihkan tatapannya pada Hana dan keduanya hanya mengendikkan bahu tanda tidak mengerti dengan sahabat satunya itu.

"Boleh ku ajak Aya-chan sebentar?" ketiga gadis tadi segera menolehkan kepalanya menatap suara yang baru saja datang dan sedikit terkejut mendapati Gempa sedang berada di samping mereka. Ying dan Hana yang mengerti pun tersenyum.
"Douzo (silahkan)"ujar keduanya serempak. Sedangkan Yaya hanya menundukkan kepalanya.

"Iko(ayo)" ajak Gempa lembut sambil meraih lengan sang gadis. Sedangkan Yaya sendiri hanya diam dan beranjak dari duduknya dan mulai mengikuti langkah pemuda itu.

Skip

"Doushita?(ada apa?) kau terlihat murung." tanya Gempa setelah keduanya sampai di taman sekolah dengan duduk saling berhadapan. Yaya yang sedari tadi menunduk mendongakkan kepalanya menatap pemuda di depannya diam. Tapi, tiba-tiba rautnya berubah menjadi kaget setelah menyadari jika ia sedang bersama Gempa.

"Ah! gomen (maaf). Kau bilang apa tadi?" tanya Yaya sedikit malu karena sempat melamun. Takut jika pemuda di depannya ini marah.
Gempa sedikit tersenyum melihatnya.
"Daijobu?(kau tidak apa-apa?)" tanya Gempa lembut.
"Eh?"
"Aku melihat mu dari tadi diam terus. Kenapa?"
"A-ano, tidak. Tidak apa-apa kok" balas Yaya seraya melambaikan tangannya di depan dada. Gempa terdiam sebentar sebelum atensinya mengarah pada roti di depannya. Tangannya mengambil roti tersebut dan mencuilnya sedikit.

"Nah!" Ujarnya dengan tangan kanannya yang menyodorkan secuil roti pada gadis di depannya.
"T-tidak usah. Aku bisa sendiri" tolak Yaya dengan tangan yang kembali melambai di depan dada. Sebenarnya ia malu jika disuapi apalagi ini di taman dan yang menyuapi adalah pangeran sekolah. Ah bisa gawat ini.

"Hayaku aaa" tapi Gempa masih tetap mengulurkan tangannya guna menyuapinya. Karena Yaya bingung harus apalagi, jadi dengan malu ia membuka mulutnya dan memakannya. Gempa tersenyum melihatnya.

"Enak ya nongkrong biasa disini" kata Gempa yang berusaha mencairkan suasana ketika melihat gadis di depannya sedikit canggung.

"Eh, biasa?" Tanya Yaya bingung.
"Hm?"
"Ano, aku tahu ini dapat meningkatkan keterampilan cintaku, tapi aku tidak tahu harus bagaimana." Kata Yaya ragu dengan apa yang diucapkannya.
"Hgn?" Gempa menatapnya bingung. Ia sama sekali tidak paham maksud gadis tersebut.
"Aku membicarakan tentang kejadian p-pagi tadi" jelas Yaya gugup dan malu saat mengingat kejadian tadi pagi.

Gempa mengambil napas panjang dan mengalihkan tatapannya sebelum menghembuskan napasnya dan kembali menatap gadis di depannya.
"Ah sokka (oh itu). Aku tak mengatakannya dengan jelas, ya?" Tanya Gempa. Yaya menatapnya diam menanti ucapan selanjutnya.

"Boku, Aya-chan no koto suki dayo (aku menyukaimu)." Katanya dengam senyum lembut tertera di wajahnya.

DEG

Yaya melebarkan matanya mendengar untaian kata tersebut. Ia merasa jantungnya kembali menggila. Kenapa sih mereka suka sekali membuat jantungnya berdebar.

"Kali ini aku bukan pura-pura, tapi sungguh-sungguh." Sambung Gempa yang mulai menatapnya serius. Yaya masih diam menatapnya dengan mata yang melebar sebelum akhirnya-

"Ha!! Abunai!(gawat!)" Serunya seboh sambil memutar tubuh dan pandangannya ke samping.

"Eh?" Gempa menatapnya antara heran dan juga geli.

Yaya melirik sekilas ke arah pemuda itu, sebelum menggelengkan kepalanya kuat. "Abunai, abunai, abunai" ia kembali menatap pemuda di depannya tidak percaya.

"Kau tidak bisa membohongi ku!" Sedangkan Gempa menatapnya bingung, apa ia terlihat membohongi?
"Tak mungkin kau punya perasaan pada orang seperti ku, itu tidak mungkin." Sambung Yaya kembali sambil menatap ke atas seperti orang berkhayal.

"Pfft, hahaha" Gempa yang melihatnya malah tertawa kecil, sungguh wajah yang lucu menurutnya.
"Eh?" Yaya menatapnya bingung, apanya yang lucu?
"Kau ini menarik ya Aya-chan." Ujar Gempa dengan beranjak dari duduknya dan pindah disamping gadis tersebut.
"Kau juga suka bercanda" kata Yaya dengan bibir yang dipoutkan serta mengalihkan pandangannya.

SRET

Gempa menarik bahu gadis itu agar mendekat padanya. Ditatapnya lekat mata hazel sang gadis. "Aku serius." Ucapan itu memang terdengar serius karena bisa dilihat dari tatapannya. Yata tak tahu harus menjawab apa, ia hanya diam sambil mengulum bibirnya. 'Gawat nih!' Batinnya.
.
.
.
.
.
.
Kini keduanya berjalan meninggalkan taman menuju kelas, karena bel sebentar lagi berbunyi. Tapi saat di tengah jalan Yaya tak sengaja tersandung kakinya sendiri dan menyebabkan tubuhnya oleng. Beruntung sebelum dia benar-benar jatuh, lengannya ditarik oleh Gempa dan membuatnya menubruk dada pemuda itu. "Daijobu?(kau tak apa?)" Tanyanya sambil memegang lengan atas sang gadis. Yaya menggelengkan kepalanya pelan dan tersenyum. Kemudian, keduanya melanjutkan langkahnya kembali ke kelas.

"Lihat! Si tengil itu,. Bukankah belakangan ini dia kelewatan batas?" Ya, ternyata sedari tadi tiga orang sedang diam-diam memperhatikan dua orang tadi dengan tatapan kesal.

"Gempa-kun adalah pacar semua orang. Dia tidak boleh menguasainya!" Sambung Mimi sambil melipat tangannya di depan dada.
"Ini tidak bisa dibiarkan!" Lanjut ketua dari tika sekawan itu, Suzy.

Skip

Sore hari

Seperti janjinya pada Wakil Ketua kebersihan di asramanya, Yaya mulai mengerjakan tugasnya, yaitu membersihkan halaman asrama yang terbilang cukup luas. Setelah tadi menyapu halaman, kini ia mengelap meja dan kursi yang ada di halaman tersebut. Di temani semilir angin yang lembut, sedikit membuatnya semangat untuk melakukan pekerjaannya atau lebih tepat disebut hukumannya.

'Aku menyukai mu' entah kenapa, otaknya tiba-tiba teringat perkataan Gempa tadi siang yang secara langsung mengatakan cinta padanya. Semburat tipis mulai menghiasi wajahnya. Jantungnya kembali terpompa saat mengingat tatapan serius pemuda itu. Kepalanya menengadah menatap langit biru yang hampir memerah dikarenakan hari semakin sore.

"Tak ku sangka, apa dia benar-benar serius?" Katanya dengan senyum manisnya saat memikirkan ekspresi Gempa ketika menyatakannya. Tapi fantasi-nya itu tak berlangsung lama saat pucuk kepalanya tiba-tiba diputar secara paksa oleh seseorang. Dan orang itu adalah makhluk terkejam yang pernah ia temui.

"Oi, bersihkan rak sepatu!" Ujar Halilintar dingin yang sudah duduk di bangku yang sedang dibersihkan oleh Yaya.
"Nanti setelah ini." Jawab Yaya ketus dan kembali melanjutkan kerjanya.
"Bersihkan lagi kamar mandi!"
"Eh! Mata?(lagi?)"tanya Yaya protes, oh ayolah ia sudah capek menuruti perintah laki-laki itu.
Sedangkan Halilintar yang mendapat protes darinya segera menatapnya dengan delikan tajam.
"Jangan mengeluh!!" Ujar Halilintar dengan penuh tekanan.
"Kau yang keterlaluan" kata Yaya sepelan mungkin sambil sedikit menjauhkan dirinya dari pemuda di sampingnya itu.
"HAH!!" Gertak Halilintar tepat disamping telinga Yaya yang membuat gadis itu bergidik ngeri da juga kaget.
"Wakattayo (iya-iya)" ujar Yaya mengernyit takut. Huh, sepertinya ia harus belajar menguatkan hati serta jantungnya saat berhadapan dengan makhluk satu itu.

Karena urusannya selesai, Halilintar beranjak dari bangkunya dan berjalan meninggalkan gadis itu sendiri dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya.
"Ano.." Halilintar menghentikan langkahnya ketika mendengar panggilan kecil dibelakangnya.
"Hng?" Ia sedikit membalikkan tubuhnya menatap sang gadis yang masih berjongkok.

"Bisakah kau berhenti melakukan hal seperti itu?" Tanya Yaya sambil mentapnya kesal.
"Hal seperti itu?" Ulang Halilintar bingung.
"Hal-hal aneh yang kau lakukan padaku" sambung Yaya sambil mempoutkan bibirnya dan kembali melanjutkan acara mengelapnya.

Mengabaikan pemuda yang kini sepenuhnya membalikkan tubuhnya dan mentapnya tajam dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada.
"Kau masih tak tau dengan situasi mu, ya?" Katanya dingin.
"Hah?" Yaya menatapnya bingung. Ia tak mengerti maksud pemuda itu, situasi?

Halilintar berjalan mendekatinya dan 'TAP' kedua jarinya mengangkat dagu sang gadis agar menatapnya yang sudah membungkuk mensejajarkan wajahnya. "Haruskah aku menyuruh melakukan sesuatu yang lebih patuh?" Bisiknya tepat di depan wajah Yaya yang hanya berjarak 3 senti. Kemudian menajukan wajahnya dan berhenti tepat di samping telinga Yaya. "Sekarang dan tepat disini." Lanjutnya dengan seringai tercetak diwajahnya.

Yaya membulatkan matanya dan segera mendorong keras tubuh pemuda itu menjauh. "C-chotto!" Serunya kaget. Ia sama sekali tak menyangka Halilintar akan mengatakan hal itu. Ia menatap pemuda itu tajam dan melemparinya dengan rumput yang baru saja ia sapu. Ingatkan bahwa nanti dia yang membersihkan lagi.

Tak jauh dari sana, ketiga gadis yang sedari tadi memperhatikan tingkah mereka berdua sedang menahan amarahnya. Ya, dia adalah Suzy dan kawan-kawan. Mereka menatapnya kesal lebih tepatnya ke arah sang gadis.
"Wah wah wah, dia juga bermain-main dengan Halilintar-kun." Ujar Amy kesal.
"Dia menguasai Pangeran Hitam dan Pangeran Putih" kata Mimi yang juga tak kalah kesal melihatnya.
"Suzy gimana nih?"tanya Amy yang melihat temannya diam saja.
"Kita kasih dia pelajaran!" Jawab Suzy dingin. Matanya tak luput dari dua makhluk didepannya yang membuatnya panas. Karena tidak betah melihat kejadian di depannya, mereka membalikkan tubuhnya dan pergi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

Yey chap 2 dah update gimana seru gak?🤗

Maaf ya aku updatenya telat karena ada kerjaan lain yang menghambat. Btw gimana chapter ini masih penasaran lagi?????

Oh iya hampir lupa, bahasa jepangnya ada yang tidak aku terjemahkan ya. Kan soalnya sama seperti sebelumnya. Kalau kata-kata baru, baru aku kasih terjemahan lagi. Yah maklum lah hemat tulisan hahahahaha😂

Ok jangan lupa tinggalkan komen ya..karena itu salah satu faktor aku mau lanjutin cerita ini atau gak karena komentar dan dukungan kalian aku bisa semangat nulisnya😊😊😊😊😊

Ne, sampai sini aja. Ja mata ne

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro