Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 1

Matahari sudah setinggi kepala ketika Jaejoong melangkahkan kakinya keluar dari mobil, menatap malas gedung tinggi yang akan menjadi tempatnya menimba ilmu beberapa tahun ini. Yah,  jika itu memungkinkan. Nyatanya, ia tidak pernah berniat belajar jika bukan karena Ayah "tercintanya".

"Tuan muda, Apa Anda tidak ingin segera masuk?" tanya seorang pria muda yang sedari tadi ikut berdiri di sampingnya.

Jaejoong mendengkus mendengarnya, menepuk bahu pria itu dan menggiringnya untuk mulai berjalan beriringan. "Berhenti memanggilku Tuan muda jika kau masih ingin bekerja di tempat Ayahku dan tidak menikmati masa kuliahmu dengan nyaman, Yoochun-ah."

Yoochun berdeham, berusaha menghilangkan gugupnya dan mulai mengangkat tangannya membalas rangkulan Jaejoong. "Baiklah, Jaejoong-ah kita teman baik sekarang."

"Itu lebih baik." Jaejoong tersenyum puas.

**

"Ahh.., maafkan aku." Seorang gadis memekik terkejut dan terburu-buru meminta maaf atas apa yang baru saja dilakukannya tanpa sengaja.

"Maaf, kau bilang?!" Pernyataan itu datang dari lawannya. Wajahnya memerah menahan kegeraman, melihat tumpahan minuman di pakaiannya. "Apa kau tidak melihat apa yang sudah kau lakukan, hah?" Suara gadis ini lebih keras dan tanpa ragu lagi mengeluarkan emosinya.

"A-ah Ahra- Ssi. S-sungguh a-aku minta maaf," ucapnya menunduk takut juga malu karena dibentak di depan umum, tidak bisa dibayangkannya juga kenapa harus wanita sombong ini yang harus ditabraknya.

"Apa kau buta? Apa kacamata tebalmu tidak cukup membuatmu bisa melihat?!" Pernyataann yang jelas memuaskan kekesalannya, tidak cukup sampai di sana. Melihat gadis di depannya yang terus tertunduk, Ahra mengapit dagu gadis itu dan membuatnya semakin ketakutan."Kau tahu berapa harga baju ini, hah? Kau bisa menggantinya?"

"Sungguh a-aku tidak sengaja, a-aku akan berusaha menggantinya," sahutnya mencoba bertanggung jawab dan membuat Ahra berhenti dari membuat keributan "A-ahra-ssi ..."

"Dasar wanita Bodoh, tidak tahu diri. Berani sekali terus menerus memanggil namaku ?!" Tangan Ahra terangkat kesal ingin menampar gadis tersebut tetapi, kejadian aneh terjadi tangannya tidak bergerak seolah tengah dicengkeram. Ahra berbalik mencari siapa yang berani menyentuh dan menghalanginya. " K-kau.." Suara Ahra tertelan, tidak mampu menyebutkan nama pria di depannya.

"Ha ha, jadi, kau masih hidup seperti ini?" tanyanya dengan nada manis namun, jelas di mata Ahra hal tersebut mengandung sebuah ancaman.

Ahra menarik pergelangan tangannya, lepas dari cengkeraman. "J-jangan menggangguku ini bukan urusanmu. Gadis ini bersalah dia su .... " Kata-kata Ahra terhenti melihat tatapan dingin tersebut, serta merta membuat bulu kuduknya meremang.

"Aku melihat semuanya, bukankah gadis itu sudah meminta maaf padamu,hah? Aku juga mendengar dia mau mengganti bajumu lalu apa yang sedang kau lakukan hm? Menamparnya? Apa yang kau punya: sampai berani melakukannya?"

Ahra tengah mengutuk senyum menawan pria di hadapannya, menggigit bibirnya kesal tidak berdaya, sepertinya mulai hari ini kehidupannya akan berbeda sejak kedatangannya, lagi. "Dia sudah mempermalukanku, lihat!" Tunjuknya pada pakaiannya yang basah dan kotor. "Jae, kau tidak bisa membel-"

"Kau bisa pergi," potong Jaejoong menyela Ahra dan memerintahkan gadis di belakangnya hanya dengan lirikan matanya, sedangkan menatap Ahra dengan senyuman miring dan kepuasaan.

"Kau tidak bisa melepaskannya, Dia sudah berbuat kurang aj--"

Belum Ahra selesai berbicara Gadis berkaca mata malah tertegun ketika dia perintah Jaejoong tetapi, mendengar suara keras Ahra malah membuatnya takut dan refleks melangkah mundur sebelum berbalik, benar-benar pergi.

Untuk terakhir kalinya dia menoleh ke belakang dengan pikiran kalut setengah tidak percaya jika ada orang yang akan membelanya dari Ahra dan berani melawan primadona wanita yang terkenal arogan di kampus mereka ini.

Bukan hanya si Gadis kacamata yang bertanya-tanya tetapi masih banyak orang. Mereka yang diam-diam menonton penasaran dan  mencari tahu siapa orang yang bisa membungkam mulut Ahra dan membuatnya tampak ketakutan.

"Aku sudah melepaskan orang itu? Apa yang bisa kau lakukan?"

"Jaejoong-ah." Ahra merasa sesak sendiri memanggil pria muda tersebut, lidahnya jelas merasa terbakar. Matanya mungkin menunjukan semua ekspresi dirinya saat ini tetapi, bibirnya ketat terkunci tidak lagi berani mengatakan apapun.

Jaejoong berjalan satu langkah ke depan tepat di samping telinga Ahra. "Menjijikan, kenapa kau harus sombong?Memangnya apa yang kau punya? "

Sekujur tubuh Ahra menegang, kata-kata kejam itu baru saja seolah mengguyurnya dengan siraman balok es setelah bertahun-tahun tidak pernah lagi ia dapatkan dan setelah orang ini kembali, dirinya yakin kehidupannya akan sangat berubah. "A-aku tidak," sahutnya menolak kata-katanya.

setelah kehilangan waktu beberapa menit berlalu cukup terdengar dan menghentikan Jaejoong yang sudah melangkah.

Ahra dengan yakin berbalik, menatap pria yang jelas seumur dengannya. Bibirnya sudah bergetar ingin berucap namun, lagi-lagi selalu gagal tiap kali dirinya mendapati sorot mata dari pria bernama Jaejoong tersebut.

Jaejoong kembali tersenyum miring, mendapati Ahra yang menatapnya penuh ketegangan, merasa tidak akan mendapatkan apapun lagi ia kembali melanjutkan langkahnya mencari tempat tujuanya sendiri.

**

"Ada apa denganmu? Kau sakit?"

"Tidak,"jawabnya murung mencoba mencari simpati pria di depannya dan sepertinya cukup berhasil ketika tangan pria tampan itu mulai menyentuh dahi dan pipinya seolah tengah memeriksanya. "Terima kasih, Yunho sebenarnya aku tidak sakit." Lanjutnya sambil memegang tangan Yunho yang sebelumnya berada di pipinya.

Yunho, --pria tampan yang juga dianggap primadona kampus juga-- menepuk tangan Ahra di atas punggung tangannya sendiri, mencoba menenangkannya karena dia melihat kegusaran di wajah wanita itu. "Apa yang terjadi? Kau tampak sangat kusut dan kau baru saja melewatkan kelasmu."

Ahra mendesah, mengangguk menyadari kesalahannya. "Aku tahu, pertama ini semua karena gadis sialan itu dan yang ... paling membuatku marah ... " Ahra menggigit bibirnya ragu. "Yunho, bisakah kau melindungiku darinya?"

Yunho mengerenyitkan alisnya, bingung."Siapa yang kau maksud? Apa ada seseorang yang sedang mengganggumu?"

Ahra mengangguk. "Aku tidak tahu, apa yang harus kulakukan padanya?"

"Siapa?" Yunho bertambah penasaran tetapi, sebelum Ahra bisa membuka mulutnya sebuah seruan memanggil namanya.

"Yunho- Hyung!"

Ahra berdecak melihat siapa yang memanggil dan berlari ke arah Yunho penuh dengan semangat. "Kim Junsu," panggil Ahra dengan nada tidak suka lalu menarik adiknya itu dari memeluk Yunho. "Jangan memeluk Yunho seperti itu, kau bukan bocah lagi."

"Noona,kau menyebalkan," sahut Junsu setelah berhasil duduk di samping kakak perempuannya. Ia mengembungkan pipinya, melipat kedua tangannya di depan dada jelas marah tidak menerima perlakuan Ahra.

Yunho tertawa merasa lucu dengan tingkah Junsu, segera mengusak rambut merah remaja tersebut. "Junsu- yah yang manis dan masih seperti bocah sungguh menggemaskan."

"Ish, aku bukan bocah Hyung kau sama saja dengan Ahra Noona."

"Kalau bukan Bocah jangan bertindak seperti Bocah, Junsu-ei," Gemas Ahra yang ikut mencubit pipi chubby Junsu seperti yang sedang dilakukan Yunho.

"Aish, kalian ini!" Junsu menampar kedua tangan jahil yang sedang menggodanya, berpaling mendorong jauh pipinya sebelum ia melihat siluet seseorang tak jauh dari tempatnya. "Itu, Jaejoong Hyung, Noona?" tunjuknya kearah meja dibawah jendela seorang diri.

Ahra melirik sekejap, memutar bola matanya malas. "Tentu saja itu dia, memangnya kenapa? Jangan berpikir untuk ke sana?"

"Wae?"

"Wae?" Ahra kembali berbalik bertanya dengan tatapan tidak percaya."Kalau begitu pergilah. Aku ingin lihat apa kau berani?"

Junsu makin cemberut menggeleng dan mendesah berat. "Tidak berani."

"Bodoh." Ahra menoyor kepala adiknya."tentu saja kau tidak berani dan masih bertanya kenapa?"

"Siapa pria itu?" tanya Yunho memerhatikan kedua kakak beradik di depannya lalu pria berambut pirang di sana.

Junsu dan Ahra berpandangan sambil mendesah. "Dia ... Kim Jaejoong."


to be continue...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro