Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 8: Cemburu... Am I?


Pikiran Chaeryong benar-benar berantakan karena voice message yang dia dengar barusan.

She will be okay kalau pesan itu dari atasannya, editor, atau mungkin orang tuanya.

But, no. Voice message kali ini dari Kihyun. Yoo Kihyun.

Setelah sekian lama nama itu akhirnya muncul lagi dalam pikirannya.

Yoo Kihyun.

Cowok yang seharusnya dia tunggu sejak dua tahun yang lalu.

Cowok yang seharusnya dia nikahi.

Dan...

Cowok yang seharusnya jadi suaminya, ayah dari anak-anaknya.

Chaeryong baru inget semua itu sekarang. Dia yang awalnya percaya sama kalau waktu dan jarak nggak akan pernah bisa ngehilangan kasih sayang sekarang harus ngerubah perspektif pikirannya sendiri.

Nyatanya, hanya butuh dua tahun bagi Jung Chaeryong buat ngelupain cinta pertamanya. Hanya butuh jarak sejauh Korea-Amerika buat misahin dia dan Kihyun.

''Oh, I'm dead,'' rutuk Chaeryong pada dirinya sendiri. Cewek itu terus mendesah gusar. Rambutnya mulai berantakan karena ulah tangannya sendiri.

''I'm dead. I'm dead. I'm really dead.''

Seulgi jadi bingung sendiri, kenapa Chaeryong tiba-tiba jadi kayak orang gila pagi ini. What happen with her?

''Chae, sumpah lo kayak orang gila.''

Seulgi akhirnya mengeluarkan suaranya. Dia kemudian mengambilkan segelas air minum dan meletakkannya di meja kerja Chaeryong.

''Lo kenapa? Coba cerita.''

Hanya butuh beberapa detik bagi cewek bermarga Kang itu untuk mengambil kursi dan duduk di dekat Chaeryong. ''Sekarang lo bisa mulai cerita.''

Chaeryong sendiri bingung. Haruskah dia cerita?

Bukan karena dia nggak percaya sama Seulgi. She believes her. Her bestie. Hanya saja, Chaeryong bingung harus mulai darimana. Terlalu banyak hal gila dalam kepalanya sampe dia ngerasa kalau otaknya akan pecah dan lebur saat ini juga.

''Chae...''

''E-eh, iya?'' Chaeryong jadi gelagapan. Dia memandangi Seulgi dengan mata sok polosnya itu.

''Stop it, Chae. Gue tau kalau something happen. Jadi, bisa lo cerita ke gue?''

Tatapan Seulgi sukses ngebuat Chaeryong kalah. Ya, mata cewek itu seakan bilang kalau Chaeryong bener-bener harus cerita. Sekarang. Detik ini juga.

Chaeryong mendesah gusar sebelum kembali membuka bibirnya.

''Seul, inget Yoo Kihyun?''

Untuk beberapa saat Seulgi diam, mencoba mengingat nama orang yang Chaeryong sebutkan. Seems familiar. Seulgi rasa dia pernah denger orang i ....

''Ah, si cowok bajingan yang ninggalin lo itu kan?''

''Bukan ninggalin. Dia kuliah, Seul. Kuliah.''

Ah, sekarang Seulgi ingat. Yoo Kihyun. Si cowok half-pale yang dulu ada di tiap curhatan Chaeryong. Ya, cowok yang nyuri perhatian Chaeryong waktu itu.

Dan dia juga cowok yang udah bikin Chaeryong patah hati sampe nangis kejer tiga hari di kamar.

Seulgi memutar matanya malas begitu jawaban Chaeryong masuk ke gendang telinganya. ''Lo masih ngebela dia? C'mon, Chae. Dia udah nggak pernah ketemu sama lo for fucking 2 years. Masih suka sama dia?''

Chaeryong sekarang menjatuhkan dahinya ke pundak Seulgi.

''That's the problem.''

''Problem? Maksud lo apaan?'' tanya Seulgi. She's quite confused.

Chaeryong menghela napas dalam, masih dengan kepala yang ada di atas pundak Seulgi.

''The problem is... he came. To Seoul ...,'' Chaeryong menghela napas panjang. ''... and he wants to meet me.''

Seulgi kaget. Jelas saja.

Tangan Seulgi bergerak mendorong pundak Chaeryong, meluruskan punggungnya dan membuat Chaeryong itu kini berhadapan dengannya.

''Maksudnya... Kihyun? Dia balik?''

Chaeryong cuman bisa mengangguk.

Dia udah cukup pusing sama ini semua. Belum cukup crazy-marriagenya dia dan Taehyung, masa lalunya kembali menyeruak.

Chaeryong juga manusia. Mungkin rasa sayangnya itu bakal muncul lagi pas dia tatap muka sama Kihyun.

Tapi... Dia sudah bersuami. Berkeluarga. Istri orang.

Chaeryong jelas nggak mau namanya masuk dalam gosip orang dengan topik ''istri orang yang suka sama bujangan''.

Haha. Membayangkannya saja sudah membuat Chaeryong membeku di tempat.

Tepukan yang Seulgi berikan di pundak Chaeryong membuat cewek itu back to the reality.

Mata Seulgi menatap mata Chaeryong lekat-lekat.

''Listen to me, you already have a husband. Lo udah jadi Nyonya Kim, Chae. Inget itu.''

Dan demi Tuhan, jawaban Seulgi itu nggak buat otaknya dan perasaannya membaik.

''Oh, Seul. Justru di situ letak masalahnya.''


***

+92xxxxx

Hey, babe. Lagi ada waktu kosong? Aku lagi ada di deket kantor kamu. How about lunch? I'll pick you up.


Isi pesannya konyol. Chaeryong ngerasa perutnya baru aja dimasuki ratusan kupu-kupu setelah baca pesan dari Taehyung itu. Pesan yang diterima ponselnya sekitar dua puluh menit yang lalu.

''Kenapa senyum-senyum gitu?''

Pak Seo, atasan Chaeryong, langsung terkekeh begitu melihat Chaeryong yang tiba-tiba ketawa.

''Baru disms suami?''

Oh, he got it right. Bisik Chaeryong dalam hati.

Chaeryong cuman terkekeh pelan. ''Ah bapak bisa aja sih.''

Pak Seo lagi-lagi tertawa. ''Berarti saya bener dong, ya?'' katanya sambil meletakkan map cokelat di meja kerja Chaeryong.

''Ini apa, Pak?''

''Komik kamu. Udah diperiksa.''

''Oh, ya? Terus gimana, Pak?''

Pak Seo melipat kedua tangannya sambil bergumam kecil. ''It a good comic. Hanya saja ...,''

Ini dia kalimat yang paling Chaeryong benci. Hanya saja. So, it's mean, ada sesuatu yang kurang dari komiknya.

''... saya pengen ada selipan satu atau dua momen manis gitu.''

Chaeryong mengernyitkan dahinya. ''Manis?''

Dengan semangat, pak Seo mengangguk dan menjawab, ''Iya, yang manis. Anak muda sekarang suka momen manis gitu.''

Kemudian pak Seo menepuk pundak Chaeryong. Bibirnya melengkung. ''Nah, jadi, saya pengen kamu selipin momen manis itu. Nanti kamu masukin ke map, atur ulang terus kasih lagi ke saya.''

Chaeryong cuman bisa ngangguk sambil mengiyakan. Itu tugas bawahan 'kan? Nurutin atasan?

''Oke, kalau gitu. Saya pergi dulu.''

Setelah pak Seo pergi, Chaeryong langsung banting otak, try to find some sweet moments for her comic.

Momen manis?

Yang gimana?

Dinner bareng?

Prom night?

Kissing under the moonlight?

Oh, kesannya terlalu mainstream, pikir Chaeryong. Actually, dia nggak punya pengalaman sama yang namanya momen manis. Her life tastes bitter than a coffee, for real.

Chaeryong menggaruk lehernya kasar, namun kegiatannya itu terhenti begitu ponsel di atas mejanya bergetar. Semua panggilan masuk, dan nama Taehyung muncul di situ.

Chaeryong langsung mengangkatnya.

''What?''

''Sapa dulu, dong.''

''Tae, aku lagi pusing. Telfonnya nanti aja deh, ya?''

Chaeryong baru saja mau memutuskan sambungan teleponnya, namun Taehyung cepat-cepat menyela.

''Soal momen manis itu, biar aku bantuin.''

Alis Chaeryong tertaut. Momen manis? Kok...

Taehyung tau? How?

Suara tawa Taehyung tiba-tiba terdengar.

''Chae, coba puter kursi kamu ke arah pintu.''

Meski keheranan, Chaeryong menurutinya. Kakinya bergerak, membuat kursinya ikut berputar.

Dan begitu dia melihat ke arah pintu, matanya serasa mau keluar.

Taehyung ada di sana, melambaikan tangannya.

Kemudian suara cowok itu terdengar, baik dari telpon maupun langsung.

''Having lunch kayaknya termasuk momen manis, Chae. Mau coba?''


***


''Yakin cuman mau minum jus sama makan roti doang?''

Chaeryong mengangguk tanpa ngucapin apa-apa.

Setengah jam yang lalu Taehyung datang ke kantornya, menjemputnya untuk makan siang. Sebenernya, Chaeryong nggak harus ikut. Toh dia bisa makan siang bareng Seulgi di toko kue deket kantor.

Tapi cowok ini bersikeras. Taehyung maksa Chaeryong buat makan siang bareng.

Ini sih bukan ajakan namanya, tapi paksaan. Chaeryong merutuk dalam hati.

Taehyung duduk di depan Chaeryong sambil tersenyum kecil. Ngeliatin cewek itu di siang hari begini buat kesan tersendiri bagi Taehyung. Rasanya adem. Ya, adem. Walaupun matahari lagi ada tepat di atas kepala.

''Kenapa ngeliatin aku gitu?''

Taehyung tidak akan mengelak. Lagipula, dia bisa sekalian ngelakuin kebiasaannya. Teasing his wife.

''Kamu cantik, Chae. Makanya aku liatin terus.''

Darah Chaeryong seketika naik ke atas ubun-ubun kepalanya. Mati aku, batinnya.

Sebisa mungkin Chaeryong menahan perasaan gila karena lelucon Taehyung barusan. Oh, jelas. Yang tadi pasti hanya salah satu dari ribuan lelucon Taehyung. Chaeryong tahu betul kalau cowok itu hanya mau ngenganggu dia.

Chaeryong tidak mau membalas. Jadi dia memilih untuk diam dan menikmati jus mangga dan roti melon yang Taehyung pesankan untuknya.

Taehyung hanya terkekeh dan ikut menyantap makan siangnya. Yang Taehyung lakukan seperti biasanya. Menyuap spagetti ke dalam mulut dengan sendok.

Ya, hanya itu.

Tapi beda halnya dengan apa yang ada dalam pikiran Chaeryong. Cewek itu bahkan bertanya, kenapa cowok bajingan kayak Taehyung bisa keliatan sexy hanya dengan makan spagetti?

Ya, karena Taehyung sudah terlahir dengan itu. Dengan ketampanannya, kharisma yang berlimpah, and of course, his bad attitude too.

Sadar kalau diperhatikan, Taehyung membuka mulutnya.

''Kamu nga-''

''Chaeryong. Is that you?''

Taehyung seketika bingung. It's wasn't his voice, he swear. Suara dia lebih berat dan... lebih menggoda dibanding suara yang tadi.

Dengan cepat Chaeryong menoleh ke kanan. Dan di saat itulah matanya terbuka lebar.

''Jung Chaeryong... kamu Jung Chaeryong kan? Chaerongie?''

Cuman ada dua orang yang memanggil Chaeryong dengan nama itu.

Pertama adalah kakeknya.

Dan kedua adalah...

Yoo Kihyun.

Ya, itu Yoo Kihyun.

Cowok itu berdiri di tempatnya dan memandangi Chaeryong sebelum tersenyum.

''Oremaniya*, Chaeryongie.''

(Long time no see)

Taehyung merasa seperti orang dongo. Untuk pertama kalinya, dia merasa ada perasaan aneh yang bergejolak dalam dirinya.

Dia tidak menyukainya. The way that man looking and smiling at Chaeryong.

He's a guy too. Dan dia tau persis apa arti senyuman yang cowok itu kasih buat Chaeryong.

For the first time, Taehyung ngerasa kalau dia harus bawa Chaeryong pergi.

Dia cemburu. Itulah hal yang belum Taehyung sadari.

***

Arata's Noteu:

makasih buat 1k votesnya, hehehe. Keep voment ya, gaes. Saran dan masukannya juga ditunggu banget. :)

Lottaluv, Arata

*Oct 25

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro