Part 3: Bastard
''Mom, aku pengen nanya sesuatu. Boleh?''
Mama hanya mengangguk kecil dan tersenyum, seperti biasanya. Sementara itu Chaeryong bingung setengah mati mau mulai tanya dari mana dulu.
Nggak mungkin gue langsung nanya ke nyokap dan bilang, ''Aku berencana buat nikah. Gimana, Mom?''
Chaeryong menggelengkan kepalanya cepat. Nggak. Nggak. Itu gila. Mungkin mamanya bisa kena serangan jantung dadakan, meskipun Mama nggak ada riwayat penyakit jantung.
''Kamu mau nanya apa?''
Suara Mama membuat Chaeryong sedikit tersentak. Alis Mama sudah terangkat ke atas, menandakan kalau dia menunggu Chaeryong bertanya.
''Jadi, gini, Mom ....''
''Ah, yang kamu mau nikah itu?''
Entah sejak kapan Hoseok udah ada di belakang sofa yang Mama duduki, tapi yang jelas cowok itu udah bikin Mama kaget bukan main.
See? Tebakan Chaeryong benar.
''Apa? Mau nikah?'' tanya Mama nggak percaya.
Chaeryong nggak bisa buat apa-apa selain menggelengkan kepala kecil dan menunduk. Oh, crap. Dia harus bilang apalagi ke mamanya ini?
''Kenapa tiba-tiba banget? Ada yang bikin kamu mau nikah?''
Dan lagi, ada kejutan lain. Tiba-tiba Papa dateng ke ruang tamu dan nyeletuk, ''Ah, pantesan aja belakangan ini masakan kamu keasinan. Ngebet pengen nikah, toh?''
Oh, Dad, please. Chaeryong mengeluh dalam hatinya. Masakannya yang keasinan itu nggak ada hubungannya sama nikah. Apa semua orang tua masih percaya soal mitos makanan keasinan itu berarti kebelet nikah? Like... hello. Sekarang itu udah abad 21.
Chaeryong tetap diam, tapi dalam hati dia udah ngomel dan ngucapin beberapa sumpah serapah buat dirinya sendiri.
Kemudian, Papa duduk di dekat Mama dan kembali bicara. ''Kamu serius mau nikah?''
''Ya, kayaknya sih gitu.''
''Duh, mau nikah kok kayaknya, sih,'' celetuk Mama sambil geleng-geleng kepala.
''Nikah bukan buat main-main, lho, Chae. Harus dipikirin serius. Mama juga awalnya kaget sebenernya.''
Me too, Mom. Me too. Gumam Chaeryong pada dirinya sendiri.
''Kamu juga nggak pernah ngenalin pacar kamu. Kenapa?''
''Karena... ya, biar ada surprise gitu.''
Oh, damn. Itu jawaban paling konyol yang pernah Chaeryong ucapin. Dia bersumpah. Tapi entah karena dia tengah beruntung, Mama dan Papa nggak nyinggung soal jawaban konyolnya itu.
''Jadi... kapan?''
''Apanya yang kapan?'' Chaeryong melirik Papa keheranan.
''Ya lamarannya. Nggak mungkin kamu langsung nikah kalau nggak ada lamaran, kan?'' jawab Papa yang diakhiri dengan balik bertanya pada Chaeryong. Cewek itu cuman bergumam pelan.
''Jadi... kapan?'' Mama kembali mengulangi pertanyaan Papa.
Chaeryong jadi makin nervous. Oh, jelas. Dia nggak pernah ngomongin hal yang intense kayak gini bareng sama Mama Papa. Paling cuman sekadar ngomongin kuliah dan kerjaan. Tapi itu dulu, dan nggak pernah seserius ini.
Sambil meremas tangan sendiri, Chaeryong menjawab pelan. ''This week. Dia bilang dia bakal ngelamar minggu ini.''
''Really? That's fast.'' Hoseok akhirnya ngeluarin suaranya. Dia memandangi Chaeryong dengan tatapan yang Chaeryong sendiri nggak ngerti apa maksudnya.
''Ya, sebenernya, Mama sendiri sih pengen kamu nikah di umur segini. Cuma... ini terlalu tiba-tiba.''
Chaeryong makin takut. Kalau Mama sama Papa bilang nggak setuju gimana? How about the baby?
Nggak. Nggak. Baby-nya harus jadi rahasia. Nggak ada yang boleh tau selain Chaeryong, Taehyung, dan Yang Di Atas, of course.
Chaeryong jadi keliatan takut. Dia nggak tau apa yang bakal Mama Papa bilang. Dadanya berasa lagi balapan, out of its circuit.
Dalam hati dia minta maaf. She lies. About everything.
Sorry, Mom, Dad. Aku cuman nggak pengen buat kalian kecewa dan ngira aku ini anak yang nggak bener. Trust me, aku selalu ngikutin aturan kalian. That damn night was just an accident.
''Mama pengen ngeliat dia dulu.''
Kata-kata Mama sukses ngebuat Chaeryong kaget. Dia natap Mama seakan bilang ''Mom, are you serious?''
Papa nganggukin kepalanya dan ikut bersuara. ''She's right, Chae. Kamu coba ajak dia ke sini. Cuman mau diajak ngobrol aja.''
Entah kenapa, Chaeryong rasa ''diajak ngobrol'' itu terlalu jinak. Masa cuman diajak ngobrol? Diajak ngobrol atau diinterogasi?
''Mumpung Mama sama Papa lagi nggak ada jadwal hari ini, gimana kalau makan malam di rumah?'' usul Mama. ''Mama pengen tau kayak gimana cowok yang disembunyiin sama anak Mama ini.''
''Kamu pacaran sama cowok baik-baik kan, Chae?''
''Of course, Mom. Aku nggak mungkin pacaran sama preman,'' kata Chaeryong mencoba meyakinkan.
Actually, dia sendiri ragu sama apa yang baru dia bilang barusan. Menurut dia, Taehyung itu lebih bajingan daripada preman. Preman itu ngambil duit, bukan harga diri. Jadi kesimpulannya, Taehyung lebih bajingan. He is a stupid boy, yang cuman mikirin nafsu doang. Dan Chaeryong jadi korbannya. Oh, damn it. Damn that bastard too.
''Ajak dia ke sini, ya? Mama pengen liat dia.'' Mama tersenyum, tapi Chaeryong yakin senyuman itu kode lain dari ''kamu harus ajakin dia, Chae''.
Mama kemudian berdiri dari sofa, dan itu jadi awal mula berakhirnya topik pembahasan Chaeryoung yang mau nikah. Papa juga ikut berdiri dan pergi ke dapur, sementara Hoseok masih berdiri nggak jauh dari sofa.
''Oh, God. Is this real?'' tanya Hoseok tiba-tiba. ''Aku kira waktu itu cuman candaan doang.''
''Aku juga bisa serius, you dumbass.'' Chaeryong berdiri dari sofa dan berjalan menjauh, leaving Hoseok alone.
''Chae...''
''What?''
Begitu Chaeryong berbalik, Hoseok cuman diam. Cowok itu mendengus kasar sebelum ngebalikin badannya dan pergi.
''Nggak pa-pa. Cuman pengen manggil.''
Mungkin ini aneh, hanya Hoseok ngerasa pikirannya campur aduk. Dia bukannya nggak pengen adek sepupunya itu nikah.
But this one just ....
Terlalu tiba-tiba. Hoseok masih nggak bisa ngebayangin siapa lagi yang harus dia gangguin.
Dia nggak mungkin ngegangguin Chaeryong yang nanti udah hamil atau mungkin pas dia udah gendong anak kecil.
And of course, Hoseok bukan apa-apa dibanding anaknya Chaeryong nanti.
But... wait.
Kenapa Hoseok udah mikir jauh-jauh dan ngebayangin bayi?
***
''Hey, Tae.''
''Hai juga. Tumben nyapa.''
''Heol. Jadi aku nggak perlu nyapa?''
''Nggak. Bukan itu maksudnya. Tapi ....''
''Apa?''
''Nothing. Rajin-rajin telpon terus nyapa aku, ya?''
''Aku mau ngasih tau sesuatu. Bukan buat wasting time.''
''Uh, galak.''
''Tae!''
''Ok, I know. Jadi, mau ngomongin apa?''
''Itu... soal Mama.''
''Kenapa?''
''She wants you to come and have a dinner tonight. With us.''
''I'll come.''
''Kok kayak gampang banget?''
''Kenapa harus dibuat susah? Lagian masa aku nolak? Diminta camer.''
''Huh, camer.''
''Aku bener, kan?''
''Whatever.''
''Chae...''
''Apa?''
''Aku bakal dateng. Jam berapa?''
''Biasanya jam tujuh.''
''Kay.''
''Jangan sampe telat.''
''Aku bakal buat mama papa kamu kagum sama aku sampe mereka nggak usah mikir dua kali buat nerima lamaran aku.''
''Coba aja.''
''Liat aja nanti.''
***
Chaeryong langsung mematikan sambungan telponnya. She stares at her phone.
Dia benar-benar over pe-de. Oh, God.
Taehyung memang aneh. Tapi dia berhasil ngebuat Chaeryong ketawa dan senyum-senyum sendiri.
Untuk beberapa saat rasanya dia benar-benar akan menikah.
But, she has to remember a thing. Semua ini cuman drama. She doesn't love that guy, and so is that guy. Mereka nggak pernah jatuh cinta satu sama lain. Dan Chaeryong harap, nggak akan pernah.
***
I'm on my way. 5 minutes more. Tunggu, oke?
Itu pesan terakhir yang masuk ke ponsel Chaeryong. Dan itu lima belas menit yang lalu. The good news is, Taehyung belum nyampe juga. Oh, astaga. Mama udah mulai sibuk nyusun makanan di meja. Dia nggak pengen Taehyung telat. Karena yang dia tau, Papa nggak begitu suka orang yang telat.
Oh, ini bukan gara-gara dia pengen nikah sama Taehyung. That is totally wrong. It's about her life. Kalau ini gagal, dia bakal ngotorin nama keluarga Jung. Jelas itu bukan good news. Dia nggak bisa ngebayangin apa yang bakal dia alami nanti. Diusir? Atau dibunuh di tempat?
Luckily, suara klakson mobil membuyarkan semua mimpi buruk Chaeryong dan segala tetek-bengeknya. Dia langsung lari ke arah gerbang begitu ngeliat mobil sedan hitam yang masuk ke dalam. Finally, cowok itu nyampe juga.
''Sampe nggak sabaran gitu?''
''Cut it off. Gu...,'' Chaeryong langsung menggelengkan kepala dan meralat kalimatnya, ''maksudnya aku cuman takut kamu telat.''
Taehyung tertawa dan menutup pintu mobilnya, menekan kunci mobil sampai terdengar bunyi ''bip'' dua kali. Dia tersenyum kemudian berdeham beberapa kali.
''Aku kira kamu bakal make black jeans.''
''Aku mau ketemu mama papa kamu, ya kali make jeans.''
Chaeryong hanya mengangguk. Dia sendiri nggak ngerti kenapa, tapi ada sesuatu dalam pikirannya yang ngebayangin Taehyung datang make celana jeans. Nggak ada alasan spesifik, hanya pengen liat aja. That's it.
''Ngomong-ngomong, ayo masuk.''
Chaeryong berjalan di depan Taehyung, diikuti cowok itu dari belakang.
Begitu masuk, Taehyung bisa ngeliat ada dua orang yang dia yakin itu Mama dan Papa. Maksudnya, orang tua Chaeryong.
''Malam, Oom, Tante.'' Taehyung memasang senyum lebarnya. Papa dan Mama juga ngelakuin hal yang sama.
''Ah, jadi kamu pacarnya, Chaeryong?''
Mungkin kedengaran strik, tapi Taehyung berusaha untuk tetap keep calm and stay cool. Itu moto yang udah dia pegang dari jaman masih pake putih biru.
''Sayangnya Chaeryong nggak pernah cerita soal kamu.''
Sadar dia lupa sesuatu, Taehyung langsung cepat-cepat mengenalkan diri.
''Ah, saya Kim Taehyung.''
''Kim Taehyung? Namanya kayak Nggak asing.'' Papa setengah bergumam. Chaeryong meremas tangannya sendiri di belakang punggung. Dia nggak bisa nebak apa yang lagi Papa pikirin. Papa itu tipe orang yang suka ngasih kejutan. Bahasa jinaknya sih, gitu.
''Kamu kenal Kim Kanghyung?''
Taehyung sebenarnya nggak suka topik kayak gini. Tapi karena yang nanya juga orang tua Chaeryong, mau nggak mau dia harus jawab.
''Dia papa saya, Oom.''
Papa dan Mama terkejut. Dan, oh. Jangan lupa soal Chaeryong yang nggak kalah kaget.
Oh. C'mon. Siapa yang nggak tau Kim Kanghyung? Yang megang perusahaan besar di Seoul? Semua orang tau dia. Bolak-balik muncul di televisi, radio, koran, majalah. Oke. Yang buat dia kaget adalah anaknya Kim Kanghyung ini yang bajingan.
Surprised? Jangan tanya.
''Ah, iya. Ayo duduk dulu. Kita makan malem bareng,'' kata Mama yang kemudian ngajak Taehyung untuk duduk di meja makan.
Taehyung tersenyum dan mengangguk, sementara Chaeryong masih diam di tempat.
''Chae, you okay?''
Tangan Taehyung yang menyentuh pundaknya langsung ngebuat Chaeryong balik ke alam sadar.
''You okay?'' ulang Taehyung sekali lagi.
Chaeryong cuman bisa ngangguk dengan mukanya yang keliatan dongo.
''Ayo makan.''
''Um.''
Chaeryong ngikutin Taehyung dari belakang.
Dalam hati dia bergumam sendiri. Ada sesuatu yang dia sadari.
Don't judge the book by its cover. Ya, banyak hal yang emang suka nggak sesuai di dunia ini. Bajingan bisa dibesarkan di keluarga yang 'wah' juga, right?
Dan faktanya, Chaeryong mungkin akan jadi bagian dari keluarga 'wah'' itu.
Keluarga Kim Kanghyung.
***
*Oct, 3
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro