Part 21: Fire and Kiss
Bosan.
She was fucking tired right now.
Acara televisi juga nggak ada yang seru. Dan lagi, Chaeryong tidak bisa menghubungi Seulgi karena dia mencoba untuk menghindari panggilan dari Kihyun.
Oh, andai dia punya dua ponsel. Semuanya mungkin nggak bakal serumit ini.
Chaeryong mendesah gusar sebelum mengambil remote televisi dan mematikannya. Setelah melempar remote ke sofa, cewek itu beranjak dari sofa yang dia duduki kemudian berjalan ke kamar.
Nggak tau kenapa, tapi berada di tempat besar dan mewah kayak ini rasanya sepi banget kalau nggak ada huru-hara. Nggak ada biang ributnya. Oh, that one refer to Taehyung, of course.
Karena merasa tidak ada yang bisa dilakukan, Chaeryong lantas langsung menyambar jaket bombernya yang terlipat rapi di atas meja.
''Gue pergi ke supermarket bentar deh.''
Baru mau melangkah keluar, Chaeryong mulai memikirkan Taehyung.
That man said she can't go anywhere, right? But...
Oh, damn it. Berada di apartemen seluas ini sendirian without doing anything itu rasanya suntuk abis. Lagian, Chaeryong hanya mau coba jalan ke supermarket yang jaraknya nggak nyampe 250 meter dari apartemen. It won't be any problem, kan?
Taehyung pulangnya siang, dan Chaeryong-ini asumsinya sendiri sih-nggak bakal lama-lama. Paling hanya lima belas menit atau lebih sedikit. Hanya sebentar.
Mengingat Chaeryong sengaja mematikan ponselnnya, jadi dia tidak bisa menghubungi Taehyung. Dia nggak perlu izin dari cowok itu kan untuk ngejalanin hidup?
Chaeryong kemudian mengenakan jaket bomber tadi, mengambil sepatu timberland yang ada di rak sepatu. Tangannya bergerak membuka pintu apartemen.
Tujuan Chaeryong keluar dari apartemennya hanya satu. Menghilangkan rasa suntuk yang menyelimutinya di dalam apartemen.
Ya, itu memang tujuannya.
Tapi Chaeryong langsung menyesali keputusannya. Mungkin Taehyung benar-benar dukun. Oh, tidak. Cowok itu pasti udah naik ke tingkat penyihir.
Ya, harusnya Chaeryong nggak keluar, persis seperti yang Taehyung bilang tadi pagi. Karena di luar apartemen hal buruk sudah menunggunya.
''Chaerongie...''
Kalau memang bisa, Chaeryong ingin kembali membuka apartemennya dan langsung masuk lagi ke dalam. But, that's rude.
Mata Chaeryong bisa menangkap dengan jelas sosok Kihyun yang tengah berdiri di sana, dengan cowok black haired yang Chaeryong yakini itu adalah salah satu teman Kihyun.
Chaeryong berusaha sebisa mungkin untuk menahan dirinya mengambil langkah mundur ketika Kihyun melangkah ke depannya. Sebisa mungkin cewek yang satu ini bersikap tenang, meskipun hasilnya kikuk.
Ini bakal jadi masalah besar.
Tapi yang Chaeryong tau, lari justru nggak bakal nyelesaiin masalah apapun.
So she stay. Standing right in front of Kihyun.
Cewek itu tersenyum selebar mungkin, persetan kalau senyumannya itu terlihat kikuk.
Yang jelas, kalau memang Kihyun mau membicarakan sesuatu dengannya, Chaeryong pastikan ini akan jadi pembicaraan serius terakhir buat mereka.
''Hai, Ki. Mau ngobrol di apartemen aku?''
***
Mungkin rasa manis dalam sebuah ciuman itu tergantung pada beberapa faktor. Salah satunya adalah...
Dimana kita mencium pasangan kita.
Pagi ini Taehyung merasa hatinya berbunga, dikerumuni banyak kupu-kupu. Oh, harinya benar-benar berwarna.
Chaeryong memang liar. Dan ciuman tadi pagi semakin memperjelas seberapa liarnya cewek itu. Itu bukan masalah. Toh, Taehyung menyukainya. Dia bahkan nggak keberatan kalau kejadian itu terulang lagi.
Bukan keberatan, sih. Lebih tepatnya, Taehyung berharap kejadian itu terulang.
''Sampaikan ucapan terima kasih saya pada Kim Kanghyung.''
Will Hudson, klien Taehyung kali ini, tersenyum lebar. Taehyung pun membalas senyuman itu tak kalah lebar. Moodnya hari ini benar-benar membuatnya ingin tersenyum terus menerus.
''Aku yakin proyek kita kali ini akan sukses besar,'' ujar Will Hudson lagi. ''Kim Kanghyung juga punya anak yang berbakat. Kalian benar-benar mirip.''
Taehyung terkekeh. ''Mister, kau terlalu memujiku.''
''I mean it, really. Kim's Company pasti akan lebih melesat nantinya. Kalau butuh bantuan, kau bisa menghubungiku kapan saja, Nak.''
''Thank you.''
Will Hudson kemudian keluar bersama dengan Taehyung dari ruangan meetingnya.
''So, you will back to Seoul the day after tommorow?'' tanya Will Hudson begitu dia dan Taehyung berada di depan lift. Taehyung sempat tersenyum.
Will Hudson ini British asli, tapi dia berusaha banget buat ngomong bahasa Korea sama Taehyung. Ya walaupun logatnya masih logat-logat bule, tapi Taehyung tersanjung. Sangat amat tersanjung.
Kepala Taehyung mengangguk pelan namun pasti. ''Ada beberapa hal yang harus kuurus.''
''Good luck, then,'' ujar Will Hudson lagi. ''You came with your wife, right?''
''Ya, I came with her.''
''Take her to go around, kiddo. London is a great place for a couple.'' Will Hudson terkekeh pelan. ''Unlucky, I can't meet her.''
''It would be great if she can meet you, Mister.''
Will Hudson kembali terkekeh. ''Salam, ya?''
Taehyung kembali mengangguk. Kemudian cowok itu membungkukkan badannya. Tepat di saat yang sama pintu lift terbuka.
''Kalau begitu saya pamit dulu.''
''Have a good day, son.''
Taehyung tidak bisa berhenti tersenyum. Hari ini rasanya benar-benar menyenangkan. Ya, sangat.
Dan semua itu berawal dari paginya bersama Chaeryong.
Kalau setiap hari begini...
Ah, it will be good.
***
London itu kota yang besar. Iya. Banget.
Taehyung tau London punya sejuta kejutan. Bukan hanya sekedar tempat-tempat unik atau artis-artis terkenal, tapi yaa...
Dia sendiri lupa dia pernah baca di buku mana, tapi yang jelas buku itu bilang kalau London itu salah satu tempat yang harus dikunjungi untuk pasangan yang baru menikah.
Kebahagiaan Taehyung rasanya bukan memudar, tapi bertambah. Dia bahkan menyapa si keamanan setempat, yang dia-baru-ketahui bernama Pak Seo. Ya, beberapa orang di sini memanggilnya begitu. Kakek itu warga Korea yang bekerja di One Hyde Park. Wah.
Taehyung menekan pintu lift dengan tenang, sementara mulutnya sesekali bersiul. Begitu masuk dan menekan lantai yang akan dituju, Taehyung menyandarkan punggungnya pada dinding lift. Untuk beberapa alasan yang terbilang unknown, Taehyung merasa gugup.
Ting!
Tak lama, pintu lift terbuka. Taehyung langsung melangkahkan kakinya dengan yakin menuju ke apartemennya.
Cewek itu mungkin aja lagi nunggu gue sekarang.
Persetan kalau terlalu pede atau apa, tapi Taehyung akan tetap berpikir begitu. Atau lebih tepatnya, dia berharap begitu.
Langkah kakinya berhenti begitu dia tiba di depan apartemennya. Tadinya Taehyung mau merapikan diri, tapi pintu apartemen yang sedikit terbuka membuat pikirannya teralih.
Chaeryong baru keluar?
Dengan perlahan Taehyung mendorong pintu apartemen tersebut. Kakinya melangkah masuk tanpa melepaskan sepatunya terlebih dahulu.
Mata Taehyung langsung bergerak cepat, mencari sosok Chaeryong.
She's okay, right?
''Chae, you o-''
Kata-kata Taehyung langsung terhenti begitu matanya menangkap sesuatu.
Ya, dia menemukan istri gadungannya itu.
Harusnya dia tersenyum karena cewek itu baik. Tapi sayangnya, Taehyung nggak.
Darahnya langsung naik ke ubun-ubun kepalanya.
Meskipun hanya sekadar pernikahan bohongan, tapi Taehyung nggak suka kalau apa yang udah miliknya disentuh sama orang lain.
So, what just happened to Chaeryong?
That girl kissed by another man.
Dan perasaan Taehyung.
Pahit. Asam. Pedas.
''WHAT THE HELL ARE YOU DOING, HUH?''
***
Arata's Noteu:
Atas dasar apa aku nulis ini?
Atas dasar salah satu comment yang bilang ''Jealous Taehyung is the best.'' /lirik yang nulis comment/
Makasih ya, comment yang inspiring sekalehh :*
Terus, aku mau bilang beberapa hal.
Pertama...
Karena UAS, dan pas tadi cek kuota tinggal 100 mb, jadi aku sepertinya ga bakal update buat minggu ini. Tapi gatau juga sih. Doain aja.
Terus, aku ada rencana mau ngirim naskah ke penerbit. Hanya karena akunya masih labil, aku mau coba pub nanti, tapi versi fanfiction (actually cuman ganti nama).
Bisa liat di gambar.
Oke. Itu dulu. Kalian kaliaann, jangan lupa kasih pendapat soal chapter ini ya, hehe~
Jaa, matta ne readernim 😉
*Nov 20
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro