Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 19: Avoid Him


Setelah menghubungi Hoseok, Chaeryong langsung pergi ke supermarket terdekat untuk membeli beberapa bahan makanan. Oh, bareng sama Taehyung tentunya.

Kalau ditanya kenapa Taehyung harus ikut, cowok itu bakal ngejawab, ''Kamu tuh cewek, Chae. Aku suami kamu. At least, for now. Lagipula, aku lebih tau London ketimbang kamu. I've came here twice.''

Dan Chaeryong sendiri bingung sama kalimat itu. Entah itu menunjukkan seberapa carenya Taehyung sama istri gadungannya, atau cowok bajingan itu mau pamer kalau dia udah ke sini dua kali. Or maybe both.

Taehyung mendorong trolley dan menyusuri tiap station, sementara Chaeryong yang sibuk mengambil dan memasukkan makanan ke dalam trolley.

''Kita beneran cuman tiga hari di sini?'' tanya Chaeryong tanpa mengalihkan kepalanya dari station berisi deretan susu dengan berbagai merk.

Dengan ringan Taehyung mengangkat pundaknya kemudian membalas, ''Mau lebih lama? Kalau mau, kita bisa pindah ke sini. Kita berkeluarga di sini juga nggak-''

''Cut it off. Berkeluarga?'' Kata keramat yang Taehyung ucapkan sukses membuat Chaeryong langsung menolehkan kepalanya. ''You must be kidding. Stop it, Tae. Itu nggak lucu.''

Dan Taehyung hanya bisa menghela napas dalam hati. Cewek ini kayaknya nggak suka membahas yang namanya keluarga. Maksudnya, keluarga dalam arti yang sebenarnya.

Bahagia, saling memiliki. Bukan kayak pernikahan gadungan yang harusnya udah berhenti dari lama.

Oh. Oh. Ini bukan berarti Taehyung berharap. But, he still need this girl. Buat warisan itu.

Perdebatan kecil-kecil pun terjadi. The good Taehyung and the bad Taehyung. Konyol. Dua sisi yang berdebat dalam satu raga. Tapi kalau kata orang, perdebatan dalam diri itu jadi penanda kalau kita masih hidup. So, take the possitive point. Ini berarti Taehyung masih hidup.

''Gosh. Ini tinggi banget.''

Self-debate seorang Kim Taehyung pun buyar. Dia langsung memandangi Chaeryong yang tengah berjinjit, berusaha mengambil kotak sereal yang ada di rak station paling atas.

''Pendek, sih.''

Taehyung langsung melangkahkan kakinya dan berdiri di belakang Chaeryong. Tangannya bergerak ke atas dan mengambil kotak sereal yang tadinya mau Chaeryong ambil sendiri.

Harusnya itu berlangsung cepat. Harusnya. Tapi begitu punggung Chaeryong menyentuh dadanya Taehyung sengaja memertahankan posisinya agar bisa lebih lama bersentuhan dengan Chaeryong. Cara kotor memang, but he likes it.

''Tae, udah kan? Mu...mundur sana. Aku... aku nggak bisa gerak jadinya.'' Chaeryong seketika terbata.

Konyol memang, tapi hanya Taehyung dan Papa yang bisa buat Chaeryong kayak gini. Kalau Papa... he's a special man for Chaeryong. Tapi kalau Taehyung...

Oh, she doesn't even know. Bahkan Chaeryong nggak mau memikirkannya.

Taehyung terkekeh kecil melihat Chaeryong yang salah tingkah. Dia kemudian mengambil dua langkah ke belakang, membiarkan cewek itu bergerak dan memutar badannya agar mereka bisa berhadapan.

''Nih,'' kata Taehyung sambil menyodorkan kotak sereal yang dia ambil. Chaeryong cuman menyambar kotak itu dengan cepat sebelum dia meletakkannya ke dalam trolley.

Tidak boleh ada kontak mata. Tidak boleh. Cause of that shit, Chaeryong merasa dadanya berdebar. Padahal seharusnya... itu tidak terjadi.

Chaeryong pernah baca di satu buku, dia lupa judulnya. Tapi Chaeryong ingat betul tulisan di buku itu.


Ketika kamu merasa jantungmu berdebar dan pikiranmu berantakan karena seseorang...

Ketika kamu merasa kamu membenci orang itu tapi dirimu yang lain menolaknya...

You have to ask yourself...

To your heart...

Do you love him?


Love. Entah kenapa kata yang menurut orang manis itu berkesan mengerikan bagi Chaeryong.

When other people got the sweet side of love, she got the bitter side. Miris memang. Tapi itulah kenyataannya. Cinta itu tidak manis. Setidaknya tidak untuk Jung Chaeryong.

Tanpa sadar Chaeryong meremas pegangan trolley cukup kuat, hingga telapak tangannya melembab.

Entah Chaeryong marah atau tersipu, Taehyung nggak tau. Tapi dia juga nggak peduli. Karena apa pun yang Chaeryong lakuin, itu selalu catching eye buat Taehyung. He loves her no matter what she do.

Eh. Wait. Did I just said that I love her?

Sekarang Taehyung yang termenung dengan pikirannya sendiri. Pertanyaan yang dia kubur dalam-dalam sekarang muncul lagi.

Pertanyaan yang waktu itu Jungkook ajukan padanya di Coffee Break.

''Tae, c'mon. Aku pengen pulang.''

Desisan Chaeryong langsung menyadarkan Taehyung dari lamunan anehnya itu.

''Ya udah. Yuk, pulang.''

Kalimat yang cukup sederhana untuk tindakan yang berhasil membuat jantung Chaeryong melompat, entah untuk yang ke berapa kalinya.

Pipinya seakan dipanggang begitu telapak tangan Taehyung mengacak puncak kepalanya lembut sebelum telapak tangannya itu ikut memegang trolley.

''Biar aku yang dorong,'' ujarnya sambil tersenyum.

Kalau diliat, makin dekat makin manis, ya senyum cowok satu ini?

Chaeryong langsung menjauhkan tangannya dari pegangan trolley dan mengambil langkah seribu ke depan.

Ini akan jadi pengalaman baru.

Mungkin supermarket ini harus kembali memeriksa pendingin ruangan mereka. Karena nyatanya, berbelanja di sini bersama dengan Taehyung membuat Chaeryong panas dan gerah.

Tapi... masa iya supermarket di London AC-nya mati?


***





''Kapan terakhir kamu ke sini?''

''Um, last year. Itu juga bareng sama Oma. She asked me to.''

Setelah berbelanja, Taehyung dan Chaeryong memutuskan untuk makan di salah satu restoran terdekat. Chaeryong sendiri bilang dia mungkin nggak akan masak malam ini. Jadi, opsi terakhir kalau mau makan malam adalah makan di luar.

Entah kenapa datang ke London tidak seburuk yang Taehyung pikirkan. Chaeryong sedikit berbeda dari apa yang dia pikirkan. Taehyung sendiri berpikir dia mungkin akan menghabiskan tiga hari di London dengan omelan Chaeryong.

Ya, meskipun Chaeryong masih mengomel, setidaknya kenyataan tidak seburuk ekspektasinya. Itulah hal yang Taehyung syukuri.

Kalau orang melihat mereka sekarang, pasti tidak akan yang menyangka kalau mereka hanya sepasang suami istri kontrak. Karena sekarang dua orang itu tengah duduk berhadapan sambil menyantap makan malam yang mereka pesan beberapa menit yang lalu.

''Besok pagi aku harus berangkat lebih cepat.'' Taehyung kembali melanjutkan percakapan mereka. ''Besok jangan kemana-mana, ya?''

Sambil menyuap makanan ke dalam mulut, Chaeryong memandangi Taehyung. ''Why?''

''Aku usahain pulang lebih cepet. Walaupun tiga hari, setidaknya kau harus berkeliling London.''

''Kau mau pamer, Tuan Kim?''

Taehyung langsung mendesis. Padahal tujuannya baik.

Kalau cewek lain pasti sudah meleleh. Chaeryong memang berbeda. Entah apa yang harus Taehyung lakukan agar cewek yang satu ini bisa melting di depannya, seenggak satu kali saja.

''Pokoknya besok jangan ke mana-mana,'' tegas Taehyung lagi. Sekarang cowok itu kelihatan lebih serius.

Chaeryong sempat terdiam untuk beberapa saat kemudian membalas, ''Lagian aku tidak tau mau kemana. Aku kan bukan sepertimu yang sudah ke sini dua kali.''

Kalimat itu sindiran. Ya, itu sindiran. Taehyung bisa dengar penekanan di akhir ucapan itu.

''Tante galak, sekali-sekali berenti nyindir suami dong. Kasian,'' ejek Taehyung sambil menjulurkan lidahnya.

Tante, hmm. Did he just called me tante?

Nggak mau kalah, Chaeryong ikut membalas.

''Oom nggak salah manggil cewek manis kayak aku tante? Aduh, om.''

Ini pertama kalinya bagi Taehyung mendengar kalimat over-pede dari Chaeryong. Did he just claimed herself as cewek manis? Wah.

Tapi Taehyung nggak akan protes. Kalimat itu bener. Chaeryong emang manis. Kalau Chaeryong kue, mungkin Taehyung akan memakannya dengan penuh perasaan di tiap gigitnya.

Kalau pun Chaeryong bukan kue, Taehyung nggak keberatan kok buat makan cewek ini.

Oh, Tae. You did it again.

Taehyung cuman bisa menepuk jidatnya pelan, berharap pikiran aneh itu hilang. Oh, God. Otaknya benar-benar bermasalah belakangan ini.

''Oh, iya, Chae-''

Drtt.

Kalimat Taehyung terhenti begitu saja saat ponsel Chaeryong yang ada di atas meja bergetar. Baik Taehyung maupun si pemilik ponsel langsung melirik ponsel itu.

Mata Chaeryong sempat membulat. Dengan cepat Chaeryong mematikan ponselnya.

''Loh, kenapa?'' tanya Taehyung agak heran. ''Siapa yang nelpon?''

Chaeryong yang gelagapan langsung menggelengkan kepalanya. ''Kayaknya salah sambung. Aku nggak tau nomornya.''

''Really?''

''I-iya.''

Chaeryong kemudian mengambil kopi yang dia pesan dan meminumnya, berharap Taehyung tidak akan bertanya lagi.

Sesekali Chaeryong curi-curi pandang, memandangi Taehyung yang tengah memerhatikannya dengan alis yang meninggi.

''Bentar lagi pulang, yuk.''

Sekarang Chaeryong bisa sedikit lega. Taehyung ternyata tidak terlalu mempertanyakan hal barusan.

''Bo...boleh. 5 minutes more, ya?''

Taehyung hanya mengangguk sebelum ikut menyeruput minuman pesanannya.

Chaeryong canggung dan gugup bukan karena dia selingkuh, atau dia tengah dikejar-kejar penagih hutang. Dia memang punya masalah, hanya saja...

Yang menelponnya tadi Kihyun. Tidak sampai di situ, ada pesan juga yang dia dapat dari Kihyun.

Yang Chaeryong inginkan hanya satu. Menghindari Kihyun. Setidaknya sampai pernikahan kontrak ini selesai. Kalau dia bertemu dengan Kihyun, masalahnya pasti akan bertambah rumit.

Chaeryong sendiri tidak pernah memikirkan kemungkinan kalau dia akan bertemu Kihyun di sini. Dan dia harap tidak.

Tapi nyatanya, kemungkinan mereka untuk bertemu lebih besar sekarang. Karena...

From: Yoo Kihyun

Chae, I'm in London. Kamu juga kan? Bisa kita ketemu. Ada yang pengen aku bicarain. Please, gimme some of your time. Boleh kan?

***





Arata's Noteu:
Sip. Kihyun bener-bener jadi pho. Mending sini pak, kuy.

Tadinya nggak mau update, tapi...

Let's celebrate this great day.

Buat softaex, happy birthday ya! Ceritanya update-an yang ini kado *eh*

Terus, hari ini ff ini masuk #50 in fanfiction. Ini rank tertinggi yang pernah aku dapet, serius. (Plis jangan liat yang laen) 😂

Sip, itu aja dulu deh. Jangan lupa sering'' comment gaes, kasih pendapat kalian, curcolan, ya errthing lah yaa ;)

*Nov 17

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro