Part 17: Fail After Usaha
She is hella beauty. Hella beauty.
Itulah kalimat yang berputar di kepala Taehyung begitu melihat sosok Chaeryong. Kunciran rambut cewek itu seakan menambah kecantikannya. Bajunya yang lebih santai dibanding baju yang dia pake buat kerja juga memunculkan kesan tersendiri.
Oh, for sure, this beauty woman is his wife. His fucking wife. For re-
Kay. That's not for real. Taehyung hampir lupa itu. Tapi kalau pernikahan itu sungguhan mungkin akan lebih menarik dan menyenangkan.
Dan sekarang kepala Taehyung mulai diisi ribuan hal aneh yang bisa dia lakuin bareng Kim Chaeryong, if their marriage was real. Hanya sekadar if.
If.
''Kapan kamu mesen tiketnya?''
Suara Chaeryong membuat imajinasi Taehyung seketika buyar. Taehyung kemudian menolehkan kepalanya ke kanan dan mendapati Chaeryong di sana. If you ask, mereka sudah masuk ke dalam kabin sejak lima menit yang lalu.
''Papa yang mesenin,'' jawab Taehyung yang sekarang mati-matian untuk terlihat tenang. But, fuck it, he can't. Dia nggak tau kalau berada di dekat Chaeryong nggak jauh beda dengan berada di dekat penguji skripsi waktu skripsi diuji.
''Kenapa nggak ngajak sekretaris Papa aja?'' Chaeryong kembali bertanya sambil membuka scarf merah yang melingkar di lehernya.
Taehyung dengan cepat mendecakkan lidahnya. ''Terus pulang-pulang aku diomongin, dibilang selingkuh sama sekretarisnya Papa?''
''Kamu mikirnya kejauhan.''
''Tapi otak-otak orang di kantor gitu semua,'' bantah Taehyung. ''Kamu tau, dulu waktu aku main ke kantor Papa dan ketemu sama sekretaris kliennya Papa, aku diomongin cuman gara-gara aku nganterin sekretaris itu ke supermarket.''
Mendengar hal itu justru membuat Chaeryong tertawa. For sure, itu hal yang konyol. Sambil memegang perutnya, Chaeryong kembali mengeluarkan suaranya.
''That's because you're a player, Tae,'' komentarnya sambil tertawa. Suara tawa cewek itu semakin keras. Sadar kalau ini transportasi umum, Chaeryong mencoba untuk memelankan suaranya.
''Aku kira nggak ada orang kantor yang bakal ngegosipin Kim Taehyung. Kamu kan orang baik.''
Kemudian, Chaeryong kembali menambahkan. ''At least, you're a gentleman in front of them.''
''So, how about you?''
Pertanyaan Taehyung itu langsung disambut dengan alis mata Chaeryong yang terangkat. ''Aku? Apa?''
''Gimana penilaian kamu soal aku?'' tanya Taehyung sekali lagi. ''I've show you everything.''
''Everything?''
Kepala Taehyung langsung mengangguk antusias. ''Ya, everything. Termasuk ukuran pe-''
''Stop, Tae! Stop! Jangan bicarain hal itu.''
Seketika wajah Chaeryong memerah.
Oke, kejadian itu kembali teringat. Waktu itu...
Oh. Itu kejadian paling memalukan dalam hidup seorang Jung Chaeryong. She swear.
''God, please. Aku nggak sengaja waktu itu!'' Chaeryong mencoba untuk membela dirinya. ''La...lagian, salah kamu juga sembarangan ngebuka handuk padahal aku lagi tidur.''
''Kan aku nggak tau kamu bangun, Chae,'' goda Taehyung lagi. Dia sengaja menjulurkan lidahnya keluar. Ritual tiap hari, menggoda cewek cute yang satu ini.
Hey, dia emang cute. Kalau bukan di pesawat, mungkin gue udah ngabisin dia di sini.
Taehyung bergeming sebentar. Pikirannya mulai nggak waras.
''Kalau aku tau kamu lagi mau ganti baju, aku pasti milih buat tetap ngebungkus badan pake selimut.''
Chaeryong kembali membela dirinya. Pipinya kelihatan jauh lebih merah daripada cabe keriting yang baru dipetik di kebun.
Taehyung hanya bisa tertawa. Kemudian dia menggerakan tangannya, menepuk kepala Chaeryong dan mengacak rambut cewek itu gemas.
''Intinya kamu udah liat. Dan jujur, aku nggak keberatan bahkan kalau kamu mau liat lagi.''
''Pervert!''
Kali ini Chaeryong hanya bisa menundukkan kepalanya. Kemudian suara pramugari terdengar, menyuruh para passangers untuk memakai safety beltnya.
Hanya butuh beberapa detik bagi Taehyung untuk memasang safety beltnya. Kemudian dia beralih ke arah Chaeryong. Dan seperti seorang cowok yang biasa diidolakan tiap cewek, Taehyung tersenyum kemudian memasangkan safety belt di kursi Chaeryong.
''I can do it by myself.''
''Hanya pengen. Emang nggak boleh?''
Kepala Chaeryong menggeleng. Taehyung sendiri bingung, apa maksud Chaeryong dia nggak keberatan atau nggak boleh?
Taehyung memilih untuk mengesampingkan hal itu. Dia justru menggenggam tangan Chaeryong, tanpa mengucapkan apapun. He did this hanya sekadar ingin membagikan kehangatan. Hanya itu.
Lupakan soal ''I won't touch you'' yang diucapkan Taehyung kemarin siang. Karena nyatanya dari tadi Taehyung sudah menyentuh Chaeryong.
Dan hal gila yang terjadi adalah...
Chaeryong nggak keberatan untuk terus disentuh sama so-called-husbandnya ini.
***
Ketika orang bekerja, jalan mondar-mandir, bolak-balik, mereka bakal bilang kalau mereka capek dan butuh istirahat. At least, mereka pengen mengistirahatkan kaki dan mencari tumpuan untuk bokong mereka.
Tapi sekarang, Chaeryong justru capek karena bokongnya terlalu lama mendapat tumpuan. Duduk di pesawat dari Korea ke London for a long time. Dia hanya berdiri beberapa menit untuk turun dari pesawat dan mengambil barang. Setelah itu...
Oh. Chaeryong kembali duduk di dalam taksi. Bokongnya terasa seperti mau retak. Oh. Damn this.
Perlahan taksi yang mereka-tentu saja yang dimaksud di sini Chaeryong dan Taehyung-berhenti. Taehyung kemudian mengeluarkan beberapa lembar uang dollar dan memberikannya pada sang supir.
''Thank you, Sir. Have a great day in London.''
Taehyung hanya tersenyum kemudian berjalan ke luar dari taksi, diikuti oleh Chaeryong dari pintu sebelah.
Chaeryong sempat bergeming, memandangi Millenium Wheel yang bisa dilihat dari tempatnya berdiri sekarang. She was... excited.
Taehyung sendiri tau soal itu. Tapi kali ini dia akan memberikan sedikit diskon dan tidak mengganggu Chaeryong. Setidaknya, hanya untuk kali ini.
''So, where we going now?'' tanya Chaeryong sambil menoleh ke arah Taehyung.
Sambil menarik koper, Taehyung berjalan pelan menyusuri trotoar. Tak jauh dari situ terlihat gedung yang menjulang tinggi di depan.
Kemudian, Taehyung dengan bangga tersenyum. ''I told you before, right? Papa udah nyiapin semuanya?''
Chaeryong sedikit kebingungan. Tangannya menggaruk tengkuk kepalanya kasar. ''Terus?''
''Ya udah. Nggak ada terus. Papa udah nyiapin semuanya,'' balas Taehyung santai. Kepalanya kemudian menengadah ke arah gedung tinggi tadi.
''Welcome to One Hyde Park, honey. Lumayan kan tiga hari tidur di apartemen semahal ini?''
''Tae... kamu nggak bercanda kan?''
Chaeryong jelas saja kaget. Mereka hanya tiga hari di sini, tapi Papa justru menyewa apartemen mewah. Heck. Yang tinggal di One Hyde Park ini orang ternama semua. Dan Chaeryong, yang notabenenya cewek biasa sekarang ada di...
''Mungkin Papa emang niat nyuruh kita buat honeymoon ke London, Chae,'' goda Taehyung sambil mengedipkan sebelah matanya.
Kemudian, dengan acuh Taehyung menyeret kopernya dan terkekeh. ''Seems like Papa wants me to rock you hard, Chae. Want to give a try?''
''Kamu udah janji nggak bakal nyentuh aku, bastard!'' keluh Chaeryong. Meskipun dia mengeluh, dia tetap mengikuti Taehyung dari belakang.
Taehyung tidak menjawab apa pun. Dia hanya bisa berdoa dalam hati supaya imannya kuat.
Like, oh, God. Papa udah nyiapin semua. Iya, semuanya. Pria tua itu pasti sebegini pengennya punya cucu.
Meskipun Taehyung sudah berjanji, tapi dia tetap manusia. Dia tetap cowok yang nggak bisa nahan godaan, apalagi kalau itu soal Chaeryong.
Denger omelan Chaeryong aja bisa bikin dia eargasm sendiri.
''Pervert! Stop mikirin yang aneh-aneh!''
Desisan Chaeryong membuat Taehyung keheranan.
''Emang aku mikirin apa?''
Chaeryong memandangi Taehyung tajam. Sesaat kemudian dia melihat ke bawah Taehyung. Entah apa yang dia lihat, tapi pipinya tiba-tiba bersemu merah. Cewek itu dengan cepat berbalik dan berjalan mendahului Taehyung.
''Pervert!''
Taehyung yang keheranan pun ikut melihat ke bawah, mencoba mencari tahu apa yang Chaeryong lihat. Dan ternyata...
''Oh, shit. Kenapa lo nggak bisa diajak kompromi, sih? Harus banget di sini?''
Dan yang terjadi selanjutnya, Taehyung justru mengomeli dirinya sendiri.
Atau lebih tetapnya...
Sesuatu yang ada di bagian bawah dari dirinya.
***
Kihyun sudah setengah mati mencari alamat Taehyung. Dan saat tadi pagi dia datang ke sana, Taehyung nggak ada. Begitu juga dengan Chaeryong.
Setelah ditanya dari tetangganya, mereka bilang kalau Taehyung dan Chaeryong lagi pergi honeymoon di London.
Heck. Honeymoon di London? Nggak mungkin.
Kihyun nggak akan menyerah di sini. Dia kembali berjuang. But, ini bukan untuk Taehyung. Tapi untuk istrinya itu. Maksudnya, Jung Chaeryong.
Entah nanti Kihyun bakal dicap sebagai laki-laki perusak rumah tangga atau gimana, but he just want Chaeryong to come back to him. Lagipula, pernikahan itu hanya boongan kan?
Kalau Taehyung hanya membohongi Chaeryong, Kihyun nggak bakal ngelakuin itu. Karena cowok itu sayang Chaeryong lahir dan batin. Dari ujung rambut sampai kepalanya, semuanya bakal dia kasih ke Chaeryong. Kedengaran berlebihan, tapi itulah kenyataannya. Kihyun benar-benar gila karena Jung Chaeryong.
Kihyun baru saja mau meletakkan berkas-berkasnya dan beranjak dari kursinya, namun tiba-tiba Jiae muncul dari ruangannya.
''I guess you should give up, Ki.''
Kalimat yang bagus untuk mengawali sebuah percakapan, huh?
''Why I should?'' tanya Kihyun tak acuh.
Jiae nyaris saja melemparkan map yang dia bawa ke arah Kihyun, tapi dia mencoba untuk menahan diri. Setidaknya Kihyun boleh babak belur setelah melihat apa yang terjadi.
''Kamu tau kalau Kak Chaeryong sama suaminya honeymoon?''
''Fake, Ji. Mereka nikah boongan.''
''Ki, tapi semua orang taunya mereka nikah beneran.''
''Tapi aku tau mere-''
''Cut it off, Ki. Kamu mau jadi perusak hubungan orang? Jadi pria idaman lain?'' Sekarang intonasi bicara Jiae meninggi.
But Kihyun doesn't care, for fuck sake. He doesn't care.
''Kalau itu berarti bisa ngedapetin Chaeryong, gue nggak ke-''
Plak.
Jiae spontan melayangkan telapak tangannya pada Kihyun.
''Cinta boleh, tapi nggak usah bego juga kali, Ki! Otak pake!''
Jiae benar-benar kesal sekarang. Sudah beberapa hari tingkah Kihyun jadi aneh begini. Dia jadi nggak konsen sama kerjaannya dan hal-hal lain.
''Jatuh cinta boleh, tapi jangan sampe harga diri juga jatuh, dumbass!'' Sekarang melayang sudah map di tangan Jiae. Lupakan soal menahan diri. Kihyun justru makin melunjak.
''Walaupun Kak Chaeryong baik, tapi bukan gini caranya, Ki,'' kata Jiae, berusaha meredam amarahnya sendiri. Dia kemudian meletakkan ponsel yang dia pegang ke meja kerja Kihyun.
''Tadi malam Kim Kanghyung di wawancara. Dan dia udah mulai ngomongin soal pengalihan kepemimpinan perusahaannya ke Taehyung sama istrinya ...,''
Jiae menghela napas sejenak sebelum melanjutnya. ''Hubungan mereka mulai dibuka ke publik. Yakin mau ngeganggu mereka?''
Pipi Kihyun masih berdenyut, tapi setidaknya cowok itu masih bisa berpikir. Dia diam untuk beberapa saat dan merenung.
Oke. Ini pertanda Kihyun harus menyerah. Tapi... lagi? Serius? Menyerah lagi?
Kihyun menghela napas panjang sebelum memasukkan kedua tangannya ke dalam celana jeans.
''Seenggaknya, biarkan gue berjuang sekali lagi, Ji. Sekali aja.''
Kemudian Kihyun tersenyum. Dia melangkahkan kakinya keluar dari kantornya.
Namun sebelum dia menghilang, dia menitipkan satu pesan untuk Jiae.
''Besok tolong kosongin jadwal gue buat tiga hari ke depan. I will go to London. Ada hal yang harus gue pastiin di sana.''
''Kihyun, lo se-''
''Ji. Please, buat kali ini aja.'' Kali ini Kihyun memelas. Meski begitu, sorot matanya kelihatan tegas. ''Seenggaknya kalau gue gagal, gue udah berusaha, right? Jadi kali ini biarkan gue berusaha buat dapetin Chaeryong balik.''
***
Arata's Noteu:
Perjuangin aku aja mas, Ki. Btw, yang di mulmed itu Mas Kihyun, gaes. :*
Btw hari ini Black Jeans jadi #65 in fanfiction. Oh, you guys rock. Makasih. Keep voment yaaa, semangat nih aku ❤
*Nov 14
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro