Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 02 ❘ ASSASSIN'S MISSION

Clovis Acwellen, seorang sepupu yang katanya berusaha membunuhku. Tapi yang aku lihat tidak sepenuhnya sama seperti apa yang aku dengar dari orang-orang.

Clovis seperti berusaha lari dari kejaran seseorang, tubuhnya seperti bergerak bukan atas kehendaknya sendiri, lalu mulut Clovis terbuka mengap-mengap seperti orang yang tenggelam ... pancaran matanya, itu pancaran mata seseorang yang ketakutan.

"Ah!"

Makin banyak adegan yang ku lihat, makin samar dan bising pula adegan-adegan selanjutnya sampai rasanya kepalaku mau pecah saking sakitnya.

"Aah!" Rasanya seperti kepalaku tiba-tiba berubah jadi beton dan meledak.

"Ash, cukup!"

Entah sejak kapan Ramona sudah duduk di sampingku.

"Kau bisa melukai dirimu sendiri." Dia mengelus pundakku lembut selayaknya seorang ibu.

"Dia mengumpulkan informasi tentang semua Acwellen dan menjualnya ke, ah, dunia luar."

Setidaknya itu yang bisa aku simpulkan untuk saat ini. Karena informasi sekecil apa pun tentang Acwellen bernilai sangat tinggi.

"Wajahmu pucat."

Ramona memberikanku minuman hangat, aku ragu apa ini tapi mungkin semacam teh herbal?

"Jangan memaksakan diri jika itu akan melukaimu."

Omongan Ramona terdengar sangat manis ditelingaku, rasanya aku ingin cepat-cepat istirahat di kamar, tapi aura kesal yang menguar dari seseorang di sebelahku itu, mana mungkin aku bisa mengabaikannya begitu saja.

Sigismund pasti berharap banyak padaku yang adalah satu-satunya orang yang memergoki aksi Clovis ketika sedang berusaha mencuri anggota tubuh leluhur kami dilantai 1 yang sudah diawetkan dan disimpan di sana selama puluhan tahun.

Sigismund menyesap batang rokoknya dan mengembuskannya, ekspresi wajahnya seakan seperti sudah meramalkan bahwa hal ini cepat atau lambat akan terjadi. "Sangat disayangkan jika Acwellen seberbakat dia mengikuti jejak orang tuanya."

Ya?

"Kemarin Holmes yang menyelidiki hal ini juga melaporkan hal yang sama padaku, Clovis mengambil foto-foto kita untuk dijual dengan harga tinggi kepada para mafia bahkan anggota polisi."

Sigismund berdiri dengan kedua tangannya yang mengepal di belakang punggung.

"Ash, siapkan dirimu. Cepat atau lambat kita akan kedatangan banyak tamu tak diundang."

Pembicaraan kami bertiga sore itu berakhir seperti itu, meninggalkan banyak pertanyaan dikepalaku.

Sepanjang malam, aku hanya berbaring di atas kasur sambil memikirkan bagaimana aku akan bertahan hidup satu atap dengan para pembunuh bayaran seperti ini hingga batas waktu yang tidak bisa aku tentukan. Mungkin kah selamanya?

Mana boleh! Aku masih ingin menonton konser BLVCKPINK dan membahagiakan adik dan ibuku.

Sepanjang malam, aku terus memikirkan hal-hal yang membuatku bermimpi buruk hingga pagi menjelang.

Suara ketukan pintu membuyarkan imajinasi liarku tentang kemungkinan-kemungkinan terburuk seandainya aku ketahuan bukan Ash yang sebenarnya hingga kantung mataku menghitam. Ketika pintu itu terbuka, Galchobhar berdiri di sana dengan sopan, dengan pakaian putih rapi dan sarung tangan putih yang membungkus tangannya.

Ini kali ketigaku melihatnya dan aku masih tak terbiasa. Aura yang orang-orang di sini pancarkan membuatku merasa seperti seekor semut.

"Kedatanganku ke sini untuk menyampaikan misi dari Tuan Sigismund untuk Tuan Muda Ash," katanya.

Aku tak berniat menyuruhnya masuk jadi ku biarkan saja dia tetap berdiri di ambang pintu kamar.

"Misi?"

Kedengarannya mirip seperti keseharianku di Scotland Yard.

Galchobhar lagi-lagi mendengus. "Tuan Sigismund merasa bahwa Anda masih syok atas penyerangan yang Clovis lakukan kepada Anda tempo hari, terlebih Clovis adalah sepupu yang cukup dekat dengan Tuan Ash, jadi beliau ingin agar Anda pergi refreshing ke luar Pulau Haven untuk memulihkan diri dan pikiran."

Oh, ternyata aku bisa keluar dari pulau menyesakkan ini dengan tenang? Tentu saja kesempatan emas ini harus diterima!

"Aku akan melakukannya."

Ya! Jika tidak bisa bertahan hidup di tengah-tengah kelompok pembunuh seperti ini, aku tinggal kabur saja dan hidup dengan tenang sebagai orang biasa.

"Seperti kata ayahanda, aku butuh liburan."

Ini sempurna!

Galchobhar mengangguk pelan. "Lalu karena kondisi tubuh Anda masih belum sembuh total, beliau juga berpesan agar Tuan Ash mau menjalankan misi ini dengan ditemani tiga Acwellen lain yang sebaya, karena keluarga politikus Darma yang menjadi target pembunuhan kali ini memiliki pengawal yang cukup terkenal di Dunia Hitam."

??? Heeeh?

Target keluarga politikus?

Misi membunuh?

Aku ...??

"Apa katamu tadi?!"

Yang benar saja!

Rasanya seperti susu madu yang aku minum tiba-tiba berubah menjadi air garam setelah sampai dikerongkongan. Uwehh!

Meski pada akhirnya mau tak mau aku menerima misi ini karena tak ada pilihan lain gara-gara aku langsung mengiyakannya begitu saja, tapi tak masalah karena teman misiku kali ini hanya tiga anak kecil, aku bisa menyelinap kabur di tengah jalan dengan mudah setelah mengelabuhi mereka. Itu kenapa aku membawa sekantong permen lolipop disaku.

Tempat pertemuan kita adalah di Dermaga Ular, diberi nama begitu karena dermaga ini berbentuk memanjang dengan betonnya diukir seperti sisik ular dan di ujung dermaga didesign membentuk kepala ular.

Dari tempatku berdiri, di ujung dermaga di dekat dek kapal boat berwarna putih yang siap digunakan itu, aku dapat melihat punggung seorang perempuan berambut bergelombang merah jambu panjang sepinggang yang berkibar tertiup angin, di sebelahnya di dalam boat siluet seorang laki-laki tampak sedang membaca buku.

"Eh, hanya dua orang? Apa yang satunya belum datang, ya?"

Atau malah tidak datang? Itu sih kabar bagus, semakin sedikit yang mengganggu, aku jadi semakin mudah untuk kabur.

Aku tidak begitu yakin bagaimana Ash akan bersikap jika bertemu dengan kedua orang ini, jadi ku pikir aku akan menjadi diriku sendiri saja.

Laki-laki tadi yang aku lihat membaca buku keluar dari dalam boat begitu aku sampai, berbeda dari perkiraanku dia hanyalah remaja yang tubuhnya sangat tinggi, mungkin hampir 190cm? Selain itu, penampilannya sangat wajar dan ku harap sifatnya juga begitu.

"Ah, Ash."

Perempuan ini...

"Ya?"

Pipi dan telinganya bersemu merah tiap kali menatap wajahku setiap hampir beberapa detik sekali. Apa dia dan Ash akrab? Atau malah dia sedang demam, tapi tetap dipaksa ikut misi?

"Ash, terima kasih banyak!"

Dia mengucapkannya dengan sungguh-sungguh meksi sambil menunduk.

"Ah, ini bukan apa-apa, kok?"

Tiba-tiba suasananya jadi aneh. Memangnya aku sudah melakukan apa?

"Po-pokoknya terima kasih banyak, Ash! Terakhir kita bertemu adalah satu tahun yang lalu ketika Paman Galchobhar melatih kita."

Perempuan ini mengepalkan tangannya di depan dagunya sambil bicara memalingkan wajahnya dariku.

"Mung-mungkin kau su-sudah lupa, tapi aku sangat berterima kasih karena kau sudah membantuku berlatih waktu itu. Sekarang aku jadi lebih percaya diri berkatmu. Terlebih sekarang kita akan menjalankan misi bersama. La-lalu aku juga ingin mengucapkan ini sejak lama, ta-tapi kau selalu saja sangat sibuk. La-lain kali bisakah kita berlatih bersama-sama lagi?"

Dia mengucapkan itu dalam sekali tarikan napas, lalu tak berkedip sambil curi-curi pandang menatapku penuh harap.

"Oh, kau Hannah bukan?"

Salah satu orang yang akan menemaniku membunuh keluarga politikus Darma, Hannah Acwellen. Tidak ada banyak informasi yang aku dapat dari ingatan Ash tentang Hannah, mereka hanya bertemu tiap beberapa tahun sekali secara tak sengaja dan jarang ngobrol bareng.

Tiba-tiba seperti ada madu yang keluar dari mata perempuan ini.

"Ash, kau mengingat namaku?"

Ku harap perempuan ini baik-baik saja.

"Tentu saja, aku suka nama yang berawalan dengan huruf H." Sedikit tersenyum basa-basi sepertinya tidak masalah.

"B-benarkah, Ash? Aku merasa tersanjung."

Lalu, orang lain yang juga ada di dekatku. Ternyata dia Gib Acwellen, sama seperti Hannah, Ash hampir tak pernah berinteraksi dengan benar dengan orang ini.

Gib meletakkan bukunya dan berdiri. "Aku Gib Acwellen, ini pertama kalinya kita melakukan misi bersama, aku merasa sangat terhormat dan mohon bimbingannya."

Dia sangat sopan, mengingatkanku pada seseorang, kepada ayahnya, Galchobhar. Tapi karena jarak kita cukup jauh dan dia pun tak mengulurkan tangan, jadi ku pikir basa-basi semacam jabat tangan tak begitu berlaku di dunia ini.

"Ah, ya. Mohon kerjasamanya." Bimbingan apanya, aku akan kabur meninggalkan kalian jika sudah waktunya.

Hannah tersenyum lebar ke arahku. "Ash, mohon bimbingannya juga, ya!"

"Ah, Hannah, ya—"

"Halo, Senior! Mohon bimbingannya untukku juga, ya!"

"—???" HAAANTTUUU??

Tiba-tiba seseorang, hanya kepalanya, muncul secara terbalik di depan wajahku sambil berbicara soal bimbingan dengan senyum lebar dan mata berbinar-binar. Benar-benar bikin jantung hampir copot.

Ku pikir bagaimana bisa dia melayang seperti itu di udara, tapi setelah dia melompat dan menginjakkan kakinya di kapal, aku baru sadar bahwa dia menjadikan pundakku sebagai bahan pijakan ketika memutar tubuhnya.

Hannah memukul kepala laki-laki berambut abu-abu panjang dikuncir kuda tersebut hingga keningnya benjol.

"Hentikan kebiasaan tak sopanmu itu, Bliss! Cepat minta maaflah pada, Ash!"

Oh, suara Hannah tiba-tiba berubah ketika bicara dengan Bliss, tidak seperti ketika bicara denganku tadi, dia kini sangat dingin dan seperti wanita dewasa.

Laki-laki itu, Bliss Acwellen, kini sedang merangkul pundak Hannah sok akrab dengan senyum lebar dipipi tembemnya itu. Padahal ku pikir dia tak akan datang, sial.

"Ayolah Hannah, jangan kaku seperti para orang tua itu, Ash saja tak keberatan, kok."

Bliss bicara dengan percaya diri dan sangat santai. Dia tidak terlihat seperti seorang anak pembunuh yang sudah terbiasa membunuh orang.

"Iya, kan, Ash?"

Tanpa ekspresi, Hannah memelintir tangan Bliss yang merangkul pundaknya hingga terdengar suara tulang bergeser.

"AAAAHHHH!"

?? Apa harus ku katakan bahwa di dunia asalku aku biasa memborgol orang seperti dirinya itu?

"Jangan membuang-buang waktu, kita harus segera sampai di Ursula dan menunaikan tugas sesegera mungkin."

Iya, aku tidak boleh membuang-buang waktuku seperti ini, sekarang aku harus mulai menyusun rencana untuk kabur ketika mereka bertiga sedang sibuk melakukan misi bodoh itu di ibukota Eartha, yakni kota Ursula yang akan kita tuju. Di sana keluarga politikus Darma — yang menjadi target misi kali ini — tinggal.

"Ayo, kita bergegas."

❅❅❅


Tidak semua penjahat dapat ditundukkan dengan hukum, banyak dari mereka yang masih bisa berkeliaran seakan tak berdosa.

Namaku adalah Oscar Aden, seorang detektif yang mengutamakan keadilan, kebenaran, dan kepatuhan terhadap hukum.

Bagiku yang sudah terdidik sejak kecil orang yang buang sampah sembarangan adalah kriminal, orang yang berlaku tak sopan kepada orang lain adalah kriminal, orang yang menyuap dan merampas hak orang lain adalah kriminal, orang yang melukai makhluk hidup seperti manusia dan hewan adalah kriminal, orang yang merusak lingkungan dan fasilitas publik adalah kriminal.

Orang yang membunuh, melecehkan, mengancam, melukai, memfitnah, tidak menghargai orang lain, dan lain sebagainya baik yang tertulis dalam undang-undang atau pun yang tak sesuai dengan hakikat keadilan yang aku imami, semuanya adalah para kriminal! Orang-orang seperti itu harus dihukum seberat-beratnya tanpa kecuali!

Tapi dari semua yang ku sebutkan atau pun tak ku sebutkan, orang yang paling ku benci adalah mereka yang tak menghargai makanan dan suka membuang-buang makanan! SANGAT HINA! MENJIJIKKAN! TAK PANTAS DISEBUT MANUSIA!

Setiap harinya ada jutaan orang di seluruh dunia yang mati akibat kelaparan, tapi di sisi lain ada orang-orang yang mati akibat terlalu serakah terhadap makanan sampai mulut mereka muntah dan perut meledak pun mereka tetap menjejalkannya makanan!

Orang-orang seperti itu biasa membuang-buang makanan, melecehkan makanan, mengganggap makanan hanyalah alat untuk bersenang-senang dan mendapatkan keuntungan pribadi yang jauh dari kata mulia!!!

"Kan aku sudah bilang kalau tak suka burger ikan hiu, jangan dibeli!" *⁠\⁠0⁠/⁠*

"Oke, kalau begitu aku akan membuangnya saja ke laut daripada perutku sakit, biarkan burger ikan hiu ini kembali kepada keluarganya." (⁠≧⁠▽⁠≦⁠)

"Nah, itu baru keputusan yang bijaksana." (⁠ ⁠˘⁠ ⁠³⁠˘⁠)♡

"Baru kali ini ada yang memuji keputusanku." ♡⁠(⁠>⁠ ⁠ਊ⁠ ⁠<⁠)⁠♡

"Soalnya aku akan langsung menjualmu kalau kau cuma jadi beban gara-gara sakit perut." →⁠_⁠→

"Kejam." (⁠╯⁠︵⁠╰⁠,⁠)

!!!!!!!!! RASANYA AKU INGIN MENCEKIK ANAK-ANAK INI DAN MEMBUANGNYA KE LAUT YANG BARU SAJA KAMI LEWATI SEKARANG JUGA!! ARGHHHHH!!

"Ash, kau baik-baik saja? Sejak tadi wajahmu sangat pucat."

Eh? Gara-gara Bliss dan Gib, aku jadi kurang memperhatikan sekitar dengan benar, andai Hannah tak menarik telingaku aku mungkin masih melamun.

"Eeh, maaf aku sudah memegang telingamu." Dia tiba-tiba terlihat gugup, warna merah hampir membakar wajahnya.

Aku pura-pura tersenyum untuk menyembunyikan kekesalan. "Ah, iya. Aku baik-baik saja, Hannah tak usah begitu khawatir."

Begini sudah cukup, kan?

Tapi Hannah tetap menatapku dengan khawatir, seakan aku akan mati beberapa menit lagi jadi perlu dikasihani seperti ini.

"Soalnya wajahmu terlihat sangat pucat dan kau juga tak mendengarku ketika aku memanggilmu, aku sudah mendengarnya dari Para Acwellen yang Paman Sigismund tugaskan untuk melacak keberadaan Clovis, beberapa hari lalu kau sempat diserang oleh Clovis sampai tak sadarkan diri selama empat hari, lukamu tak begitu fatal tapi kau pasti sangat terguncang."

Ah, gara-gara terlalu fokus untuk kabur, aku jadi hampir lupa dengan kejadian yang menimpa tubuh ini. Katanya sampai sekarang Clovis Acwellen belum juga ditemukan, orang-orang yang mencarinya hanya mendapatkan info bahwa Clovis menjual informasi tentang para Acwellen kepada organisasi-organisasi yang bermusuhan dengan Klan Keluarga Assassin ini.

Itu semua juga informasi yang aku dapatkan dari ingatan Ash, benar-benar tidak ada perkembangan sama sekali. Kalau aku melihat Clovis, aku harus segera bersembunyi kalau tidak mau mati.

"Ash—"

"Hannah, perhatikan langkahmu. Jangan sampai pasirnya mengenai kakiku." Semakin lama aku tinggal bersama keluarga pembunuh ini, keselamatanku akan semakin terancam.

"Ah, maafkan aku."

"Hi, Bos."

Tiba-tiba Bliss yang sejak tadi berlari di depan bersama Gib kini memelankan langkahnya sejajar denganku dan Hannah, dia tersenyum lebar sampai matanya hilang.

"Laporan singkat, setelah melewati perbatasan laut milik wilayah kota Eong dan wilayah kota Genevieve, dari hutan ini kita akan mulai memasuki wilayah kota Genevieve sepenuhnya untuk sampai ke wilayah kota Ursula."

•❅───✧❅✦❅✧───❅•


NEXT CHAPTER 03 >> AN INNOCENT CRIMINAL

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro