Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Black Hand | Part.4

"Sesungguhnya manusia itu terlahir dengan sisi psikopat di dalam dirinya..." Adalah Profesor Lee Dong wook, seorang psikoterapis terkenal yang berujar dengan lantang dan tatapan penuh percaya diri.

Pria tampan itu tengah memberi penjelasan tentang materi Psikopat yang tengah menjadi topik dalam seminar di kampus tempat Taehyung menuntut ilmu. Taehyung sendiri sudah duduk disalah satu kursi yang ada di dalam aula –tempat profesor Dong wook menyampaikan materi tentunya- bersama dengan Namjoon dan Jooheon di sisi kanan dan kirinya. Taehyung bahkan memfokuskan perhatiannya pada tiap kata yang Dong wook ucapkan dan langsung menuliskan dalam jurnalnya jika merasa hal itu penting.

"...tapi tidak semua orang bisa menjadi psikopat, meski dia memiliki sisi tersebut di dalam dirinya" Lagi Dong wook melanjutkan sembari mengitari pandangan ke seluruh mahasiswa yang menghadiri seminarnya.

"Lingkungan tetap menjadi pengaruh terpenting dalam membentuk pribadi seorang psikopat"

Seorang mahasiswi mengacungkan tangannya, membuat perhatian Dong wook langsung terarah pada gadis tersebut.

"Prof, jika anda mengatakan lingkungan menjadi pengaruh terpenting terbentuknya seorang psikopat. Bagaimana dengan fakta tentang beberapa psikopat yang justru berasal dari lingkungan keluarga baik2" Seolhyun, salah satu teman seangkatan Taehyung bertanya dengan suara cukup lantang.

Profesor Dong wook tersenyum manis, membuat beberapa mahasiswi memekik pelan ketika melihat senyum yang ia rekahkan.

"Lingkungan yang saya maksud disini bukanlah latar belakang keluarga, nona....." Menggantung kata2 sambil melayangkan tatapan tanya, Dong wook berujar pada Seolhyun.

"Seolhyun, Kim Seolhyun" Jawab Seolhyun yang paham arti tatapan Dong wook padanya.

"Nona Kim Seolhyun" Dong wook mengulang nama Seolhyun masih dengan senyum mempesona di wajahnya

"Lingkungan yang saya maksud adalah kondisi keluarga, juga kondisi lingkungan tempat seorang psikopat tinggal. Bukan latar belakang keluarga mereka"

Seolhyun memiringkan kepalanya, merasa bingung dengan penjelasan dari Dongwook. Tidak Seolhyun seorang sebenarnya, Taehyung juga merasa kebingungan yang sama saat ini.

"Contoh, seorang yang berasal dari keluarga baik2 belum tentu dibesarkan dengan pola asuh yang baik bukan?" Sadar kalau beberapa mahasiswa yang ada disana –termasuk Seolhyun tentunya- masih merasa bingung, Dong wook kembali buka suara.

"Pola asuh yang baik disini maksud saya adalah membesarkan dengan cinta dan kasih sayang, selayaknya yang didapat dari keluarga2 pada umumnya. Bisa jadi seseorang yang dibesarkan di keluarga terpandang sebenarnya banyak mendapatkan tekanan besar dari keluarga mereka ketika mereka menjalani masa2 remaja. Hal ini yang terkadang mendorong sikap psikopat yang memang tertanam pada diri manusia bangkit dan akhirnya menjadi penyakit mental yang sulit untuk disembuhkan"

Seolhyun mengangguk paham mendengar jawaban dari Dong wook, bahkan beberapa mahsiswa terlihat kasak kusuk membenarkan kalimat yang baru terlontar dari sang profesor muda.

"Ada yang ingin bertanya lagi?" Tanya Dong wook

Beberapa mahasiswa mengangkat tangannya, tak terkecuali dengan Taehyung. Bahkan pria manis itu sudah bangkit dari duduknya, seolah tak mau keinginannya untuk bertanya didahului oleh teman2 yang lain.

"Ya, mahsiswa berbaju biru" Taehyung tersenyum senang, saat Dong wook menunjuk kearahnya.

Taehyung menjilat bibirnya sesaat "Prof, bagaimana kalau seseorang menjadi psikopat karena dia menyukai hal itu. Maksud saya, dia tidak dibesarkan dalam keluarga dan lingkungan yang buruk. Tapi...tiba2 dia menjadi seorang psikopat karena dia terbiasa melakukan itu. Bagaimana ya menjelaskannya...." Tiba2 Taehyung bingung sendiri.

"Kau ingin mengatakan kalau ada seorang psikopat membunuh karena dia sudah terbiasa membunuh. Dia menyukai melenyapkan nyawa orang, karena mulai ketagihan dengan sensasi membunuh. Apa begitu maksudnya?" Dong wook coba menjabarkan pertanyaan yang Taehyung maksud.

"N..ne" Jawab Taehyung sambil mengangguk.

"Lalu kau mau bertanya, apa lingkungan tempatnya dibesarkan masih menjadi hal yang membentuknya menjadi psikopat atau tidak?" Pertanyaan dari Dong wook kali ini hanya dibalas anggukan oleh Taehyung.

"Sebelum saya menjawab pertanyaanmu, apa disini ada yang tahu...tentang apa yang sebenarnya paling diinginkan oleh para psikopat?" Dong wook melempar tanya pada seluruh mahasiswa yang menghadiri seminar.

"Perhatian?" Salah satu mahasiswa menjawab

Dong wook memiringkan kepalanya "Itu salah satunya, tapi bukan yang utama"

"Kasih sayang?" Mahasiswi yang lain ikut menjawab.

"Mungkin itu dibutuhkan oleh seorang yang jiwa psikopatnya tidak terlalu tinggi. Tapi...jika itu untuk seorang dengan kadar psikopat tinggi, hal itu bukanlah sesuatu yang dia inginkan. Seorang psikopat..." Dong wook membentuk tanda kutip imajiner dengan kedua tangannnya "...sejati, tidak akan membutuhkan kasih sayang, cinta ataupun sejenisnya. Kenapa? Karena jiwa mereka tidak lagi memiliki ikatan emosional untuk melakukan itu. Bisa dikatakan, hati mereka sudah tidak dapat lagi tersentuh oleh rasa cinta atau kasih sayang"

Kembali para mahasiswa kasak kusuk, mencari jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh Dong wook. Beberapa bahkan sudah mencari tahu melalui google, namun belum satu orang pun yang mengangkat tangan untuk kembali menjawab.

"Ya, kamu" Tiba2 saja Dong wook berujar sambil menunjuk Namjoon.

Ya, lelaki Kim itu tiba2 saja mengangkat tangannya membuat seisi aula tak terkecuali Jooheon dan Taehyung terkejut dengan aksinya.

"Kepuasan?" Dengan nada yakin Namjoon menjawab, yang langsung diberikan acungan jempol oleh Dong wook.

"Nah, itu jawaban yang tepat. Kepuasan" Imbuhnya kemudian.

Semua menatap takjub pada Namjoon sedangkan yang ditatap justru kembali memandang fokus kearah Dong wook.

"Seorang psikopat selalu menikmati setiap tindakan kriminal yang dia lakukan. Baik itu menyiksa atau membunuh korban. Itu semua dilakukannya atas dasar kesenangan. Ia merasa puas dengan raut takut, jerit kesakitan dan juga ucapan bernada bermohon yang dilayangkan padanya. Mereka...merasa puas, kala melihat korban2 mereka menunjukan wajah tidak berdaya di hadapan mereka"

"Kalian sekarang pasti bertanya2, apa hubungannya penjelasan yang saya uraikan dengan pertanyaan saudara siapa tadi? Maaf aku lupa bertanya namamu"

"Taehyung"

"Ya, saudara Taehyung" Dong wook tersenyum sumringah "Apa hubungan penjelasan yang baru saja saya berikan dengan pertanyaan Taehyung? Ya itu tadi, kepuasan"

Taehyung yang belum terlalu paham mengenyitkan alisnya dengan ekspresi kebingungan.

"Seseorang yang tidak merasa puas dengan lingkungan yang ia tinggali, kemudian tiba2 menemukan sesuatu yang bisa membuat dia merasa puas...bukankah itu artinya lingkungan tetap menjadi pengaruh besar untuk menempanya menjadi psikopat?"

Kasak kusuk kembali terdengar, sebagian nampak setuju sedangkan sebagian justru tak setuju dengan apa yang Dong wook katakan.

"Ya bagi sebagian orang mungkin ini terdengar tak masuk akal dan tidak rasional sama sekali. Tapi begitulah pola pikir seorag psikopat. Rasional atau tidak, bukan lagi hal penting bagi mereka, karena yang lebih penting untuk para psikopat adalah bagaimana ia bisa mendapatkan kepuasan yang ia inginkan. Mereka tak perduli kalau orang lain akan rugi atau terluka dengan apa yang mereka kerjakan. Selama itu memberikan kepuasan bagi mereka, maka mereka akan melakukan hal tersebut untuk diri mereka"

"Psikopat itu egois dan dia tak pernah mau menyalahkan dirinya atas kemalangam yang sudah dia berikan kepada orang lain. Karena itu, kita...yang berada di lingkungan yang sama dengan merekalah yang harus peka dengan kehadiran mereka. Mungkin kita tak bisa menyembuhkan mereka yang sudah memiliki kadar psikopat tinggi, tapi setidaknya...dengan kepekaan kita, mungkin kita bisa mencegah psikopat2 lain bermunculan di luar sana"

"Kadar kepekaan seperti apa yang anda maksud prof?" Tanya seorang pria yang memggenakan kaca mata tebal dan duduk dibarisan paling depan.

Dong wook berjalan mendekat pada mahasiswa itu "Kepekaan berupa rasa perduli, manakala melihat orang lain merasa tak nyaman dengan lingkungannya. Coba rangkul orang2 seperti itu dan ingatkan mereka kalau mereka tidak sendiri. Dengan cara seperti itu kita bisa menarik seseorang yang berkesempatan menjadi psikopat menemukan kenyamanan di lingkungannya"

"Tapi bukankah itu kemungkinan yang sangat kecil?" Lagi seorang mahasiswi berujar menimpali kata2 Dong wook.

"Hal besar selalu diawali dengan sesuatu yang kecil, bahkan seorang psikopat paling kejam mengawali kesalahan pertamanya dari masalah kecil" Balas Dong wook dengan tatapan yang sulit diartikan.

Mahasiswi itu terdiam karena merasa terintimidasi dengan tatapan Dong wook.

"Intinya, ciptakan keperdulian pada lingkungan sekelilingmu" Ujar Dong wook mencoba mencairkan suasana yang sempat terasa begitu kaku.

Suasana pun kembali normal beberapa detik kemudian, membuat Dong wook terus mengurai materi2 kepada mahasiswa disana. Dengan bahasa lugas dan mudah dimengerti, Dong wook terus menjelaskan semua materi dengan baik. Bahkan durasi 3 jam yang diberikan padanya seolah kurang bagi seluruh mahasiswa yang mengikuti seminar kali ini. Banyak diantara mereka yang bergumam kecewa ketika Dong wook sudah selesai menjelaskan semua materi miliknya.

"Waktu memang terlalu sedikit untuk materi yang harus kubahas, jadi jika memang kalian masih ingin tahu banyak tentang apa yang kita bahas. Kalian bisa mengunjungi websiteku dan megajukan pertanyaan disana" Tukas Dong wook yang menyadari kekecewaan beberapa mahasiswa.

"Baiklah, sampai disini pertemuan kita. Aku harap aku bisa kembali dan menyampaikan banyak materi di lain waktu"

Dong wook berlalu setelahnya, melangkah ringan keluar dari aula tersebut.

"Wuaah, ini benar2 luar biasa bukan?" Jooheon berujar sambil menatap beberapa mahasiswa yang beranjak dari kursinya.

Dia sendiri sebenarnya sudah mau beranjak tadi, namun sosok Taehyung dan Namjoon yang masih setia duduk di posisinya, menahan si pria manis berlesung pipi untuk tidak bangkit dari sana. Taehyung nampak tertegun menatap tempat kosong yang ditinggal Dong wook, sementara Namjoon memfokuskan matanya pada buku catatan miliknya.

"Hyung kau tahu alamat websitenya profesor Lee Dong wook?" Tak mengubris ucapan Jooheon, Taehyung bertanya kepada Namjoon.

Namjoon melirik kaget pada Taehyung kemudian menggeser buku catatannya, jari telunjuknya menunjuk alamat website yang dia tulis disana. Dengan cepat Taehyung pun menyalin alamat website tersebut, kemudian mengemas barang2 miliknya dan bangkit dengan tergesa.

"Hyung, aku duluan ne" Pamit Taehyung dengan langkah terburu.

Jooheon menatap kepergian Taehyung dengan tatapan heran, kemudian kembali melihat kearah Namjoon.

"Ada apa dengannya? Akhir2 ini dia seperti sangat tertarik dengan materi tentang psikopat" Komentar Jooheon membuat Namjoon yang juga memperhatikan gerak gerik Taehyung mengalihkan atensinya pada sang sahabat.

"Mungkin Taehyung ingin mengerjakan tugas dosen Kang" Jawab Namjoon mudah.

"Tapi, sikapnya terlalu antusias. Tidakkah itu aneh?"

"Taehyung memang seperti itu kan?" Balas bertanya Namjoon meraih beberapa bukunya untuk di masukan ke dalam tas "Dia selalu antusias dengan apa yang dia kerjakan"

Jooheon sebenarnya tidak terlalu setuju dengan perkataan Namjoon. Namun karena tak ingin menaruh curiga yang berlebihan, ia memilih mengangguk dan ikut membereskan barang2nya yang ada di meja.

BLACK HAND

Hoseok menghentikan langkahnya saat seseorang bertubuh kekar menghalangi jalannya. Menatap sosok yang kini ada di hadapanya, sebuah senyum lebar Hoseok kembangkan pada orang itu, yang justru dibalasa tatapan dingin oleh pria di hadapannya tersebut.

"Tak usah memasang senyum palsumu padaku!" Sarkas Wonho sembari memicingkan matanya pada Hoseok.

Senyum Hoseok memudar, kini pria Jung itu hanya menatap datar kearah Wonho.

"Berhenti berada disekitar Changkyun!" Tak ingin berbasa basi, Wonho segera mengutarakan maksudnya menemui Hoseok kala itu.

"Kenapa?" Tanya Hoseok.

"Karena kau tak pantas" Balas Wonho "Sosok sepertimu tak pantas ada disisi Changkyun" Tambah Wonho lagi.

"Sosok sepertiku?" Hoseok bergumam pelan namun masih mampu didengar Wonho.

Wonho bergeming, dia bahkan tak bereaksi meski melihat raut kesedihan yang tergambar jelas di wajah Hosoek.

"Wonho-ssi, apa aku begitu buruk di matamu?" Tanya Hoseok sembari menatap tepat ke manik hitam milik Wonho.

"Ya, kau buruk. Bahkan sangat buruk" Wonho tak menapik apa yang Hoseok katakan untuknya. "Jika saja Changkyun tahu apa yang kau sembunyikan, pasti dia juga akan merasa kalau kau seburuk itu juga Jung Hoseok-ssi" Lagi Wonho menambahkan.

Seketika Hoseok merasa oksigen disekitarnya seperti berkurang, dada pria yang terbiasa menebarkan senyum hangat itu terasa begitu sesak.

"Harusnya Changkyun tak perlu mengenal orag sepertimu...ah tidak, seharusnya orang sepertimu memang tak perlu mengenal siapapun" Wonho masih berujar masih dengan nada sinis yang sama.

"Aku juga berharap begitu sih, tapi Tuhan..."

"Jangan bawa2 Tuhan!" Setengah membentak Wonho membalas ucapan Hoseok

"Kau kira kau bisa menjadi orang suci huh, hanya karena selalu menyebut nama Tuhan dengan mulut kotormu itu?"

Hoseok hanya bisa diam menghadapi sosok Wonho yang terlihat begitu murka di hadapannya. Dada pria kekar itu bahkan sudah naik turun sembari meraup udara dengan rakus. Beruntung bagi Hoseok karena Wonho seperti sengaja mengendalikan emosinya sekuat tenaga. Jika tidak, bisa dipastikan sebuah bogem mentah akan mendarat di pipi Hoseok saat itu juga.

"Ini peringatan tearkhir dariku, jika kau masih berteman dengan Changkyun...aku akan menghabisimu"

Usai melontarkan kalimat peringatan itu, Wonho segera berlalu meninggalkan Hoseok yang hanya bisa mematung menatap kepergian pria kekar tersebut.

BLACK HAND

Hyungwon baru saja menelan air mineral yang ada di tangannya, ketika merasa seseorang mengisi kursi kosong di sampingnya. Menoleh pada sosok yang baru saja duduk, pria tinggi itu melempar tatapan kesal kemudian.

"Apa yang kau lakukan disini!?" Setengah membentak, Hyungwon berujar pada sosok tersebut.

"Aku?" Changkyun –sosok yang baru saja duduk- berujar sambil menunjuk dirinya sendiri "Aku mengikuti audisi" Jawabnya kemudian dengan nada suara begitu tenang.

Hyungwon menatap tak percaya, kemudian mendengus keras kemudian.

"Kau bercanda!?"

Changkyu menggeleng "Tidak"

"YA!" Bentak Hyungwon membuat beberapa orang yang ada disana langsung memusatkan perhatian padanya.

Merasa salah tingkah, Hyungwon membuat gestur menyesal kemudian kembali menatap tak suka pada Changkyun.

"Kau pikir audisi ini lelucon huh? Bagaimana mungkin kau ikut audisi ini?" Mencoba sebisa mungkin untuk tidak kembali bersuara keras, Hyungwon berujar pada Changkyun.

"Hyung, aku tak menganggap audisi ini sebagai lelucon. Kau sendiri tahu aku suka menari bukan?" Balas Changkyun.

"Ya, Im Changkyun. Jangan membuatku kesal, sebaiknya kau pergi dari hadapanku sekarang" Usir Hyungwon.

Changkyun kembali menggeleng untuk kedua kalinya "Aku tidak mau"

Hyungwon mengepalkan tangannya kuat2 guna menahan emosi yang mulai menyeruak di hatinya.

"Kau tahu aku tak menyukaimu kan?" Dengan gigi yang mengatup rapat, Hyungwon melempar frasa tanya itu pada Changkyun.

"Ne"

"Lalu kenapa kau masih disini? Pergi sana!"

"Kalau aku pergi hyung juga takkan pernah menyukaiku kan?"

Kali ini Hyungwon terbungkam karena kalimat tanya yang Changkyun lontarkan.

"Hyung akan tetap tak menyukaiku, bahkan bila aku menjauh berpuluh2 kilometer dari hyung. Jadi...kenapa aku harus pergi sekarang?" Lagi Changkyun menambahkan membuat Hyungwon benar2 kehilangan kata2 di bibirnya.

"Hyung, aku takkan mengalah lagi sekarang" Changkyun kembali berujar.

"Kebencianmu adalah urusanmu hyung, tapi...cita2ku adalah urusanku. Karena itu aku akan tetap mengikuti audisi ini, meski hyung tak suka dengan keberadaanku. Hyung...bisa pergi jika memang tak mau melihatku dan aku berjanji takkan menghalangi hyung"

Kali ini sebuah senyum sinis terukir di wajah tampan seorang Chae Hyungwon.

"Kau mau aku mundur agar jalanmu mudah? Jangan mimpi!" Tukas pria jangkung itu kemudian.

"Tak masalah, aku juga takkan melarang hyung untuk ikut audisi ini kok" Balas Changkyun mudah.

Diam2 Changkyun bersyukur sebenarnya karena Hyungwon tak mundur dari audisi karena kehadirannya. Sebab jika itu benar2 terjadi, bisa dipastikan pria bermarga Im itu akan menyesali keputusannya.

"Chae Hyungwon!" Seorang wanita memanggil nama Hyungwon dari arah pintu masuk

Sebuah map berada di tangan wanita itu, bersama matanya yang mencari2 sosok Hyungwon.

"Ne" Jawab Hyungwon sambil bangkit dari duduknya.

"Silahkan masuk" tukas wanita itu lagi.

"Ne"

Hyungwon meraih ranselnya yang ada di bawah kursi tempatnya tadi duduk, kemudian melayangkan tatapan pada Changkyun yang juga tengah melihatnya.

"Good luck hyung" Tukas Changkyun tulus.

Bukan menjawab, Hyungwon hanya berlalu begitu saja meninggalkan Changkyun. Pria itu melenggang masuk ke dalam ruang audisi, ditemani tatapan Changkyun dan seseorang yang juga memperhatikannya dari kejauhan.

BLACK HAND

"Hyung, apa kau tahu tentang benang hitam?" Tanya Jungkook pada Seokjin yang tengah mengawasi Hyunwoo memperbaiki mobil sport milik pelanggannya.

Pertanyaan dari Jungkook itu sentak saja membuat Hyunwoo dan Seokjin langsung mengarahkan atensi mereka pada pemuda Jeon tersebut.

"Benang hitam? Memangnya ada?" Alih2 menjawab, Seokjin malah balas bertanya pada Jungkook.

"Ada hyung" Jungkook mengangguk antusias kemudian mengarahkan ibu jarinya pada Seokjin "Benang hitam itu terikat di ibu jari kita hyung dan terhubung pada orang lain. Tapi tidak seperti benang merah yang hanya mengikat 2 orang saja, benang hitam bisa mengikat lebih dari puluhan bahkan ratusan orang" Jelas Jungkook.

Seokjin mengarahkan tubuhnya menghadap Jungkook, tangannya disanggah ke dagu sementara tatapannya sudah tertuju lekat pada pria yang lebih muda darinya. Jelas sekali dia mulai tertarik dengan cerita Jungkook dan hal tersebut membuat Jungkook semakin antusias menjabarkan apa yang ia ketahui.

"Satu hal lagi yang membedakan benang merah dan benang hitam, hyung" Lagi Jungkook berujar.

"Apa itu?" Tanya Seokjin

"Benang hitam pengikat nasib buruk antara orang yang ibu jarinya terikat dengan benang itu. pemilik simpul akan menjadi sebab kemalangan orang yang tidak memiliki simpul benang hitam di ibu jarinya, begitu kira2 hyung" Jelas Jungkook

"Wuah, itu legenda yang menarik. Bukan begitu Hyunwoo" Seokjin bertanya pada Hyunwoo yang justru sudah kembali menekuni pekerjaannya.

"Eoh" Jawab Hyunwoo tanpa menoleh.

"Ngomong2, darimana kau tahu legenda itu?" Lagi Seokjin bertanya.

"Dari temanku" Jawab Jungkook

"Temanmu? Siapa?"

"Pokoknya seorang teman" Tukas Jungkook membuat Seokjin terkekeh pelan mendengar jawabannya.

BLACK HAND

"Kau mengatakannya?" Sembari mencekik leher sang adik, Black hand bertanya dengan tatapan dingin.

Sang adik mencoba melepas genggaman tangan Black hand dari lehernya, namun usahanya hanyalah berbuah sia2.

"Kau mengatakan tentang benang hitam pada temanmu?"

Cengkraman di lehernya semakin keras membuat sang adik berpikir kalau ia sudah mendekati kematian.

"Aku benci orang lain mengetahui hal yang kuketahui, jadi...haruskah aku menghabisinya?"

"H...hyung, ja...ngan. Ku...mohon" Sedikit kesulitan, sang adik berusaha memohon pada Black hand.

Black hand melepas cengkraman tangannya dari leher sang adik, membuat yang lebih muda terduduk di lantai sambil terbatuk keras.

"Kau mencoba melindunginya?" Berjongkok di hadapan sang adik, tangan Black hand kini mencengkeram dagu adiknya.

"Hyung..."

"Dia atau aku?"

"Hyung..."

"Dia...atau aku?"

"Hyu..."

"Pilih salah satu dongsaengku, dia atau aku?"

Kedua mata sang adik dihiasi cairan bening kini, tenggorokanya bahkan sudah terasa kering. Dia sesungguhnya tak memiliki pilihan, meski sang kakak seolah memberikan pilihan padanya. Pada akhirnya sang adik hanya akan menemukan penyesalan, apapun keputusan yang ia berikan.

"Kuhitung sampai tiga, jika kau tak menjawab...maka aku yang akan membuat keputusan"

"Satu..."

"Dua..."

"Ti..."

"Kau" Satu tetes air mata lolos begitu saja membasahi pipi putih sang adik

Sangat berbanding terbalik dengan senyum manis yang terukir di wajah Black Hand.

"Aku memilihmu" Tambah sang adik lagi membuat senyuman Black hand semakin merekah lebar.

"Keputusan yang bagus adikku sayang" Tukas Black hand sambil mengusap pelan rambut sang adik.

"Kau memang tak pernah mengecewakan hyungmu adikku tersayang, saranghae" Black hand memeluk tubuh gematar sang adik, yang kini sudah menangis sambil mengigit bibirnya kuat2.

Black Hand

Lakukan yang terbaik untuk menghentikanku
_Black Hand_

To be continue....
Langsa 1 Januari 2021
Porumtal...

Versus with Haebaragi13 cek akunnya dan temukan fanfic Wild  disana

Terimakasih yang sudah bertahan membaca sampai tahun ini. Sehat terus...see next chapter

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro