Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Live 1: Luo Binghe

Rumah Sakit Qian Cao.

Perawat itu membereskan barang-barangnya. Waktu menunjukkan pukul sembilan malam dan tidak banyak taksi yang mencari penumpang. Dia hanya bisa memesan taksi online menggunakan aplikasi.

Dia keluar dari ruang khusus perawat dan berjalan menuju pintu depan rumah sakit. Namun, letaknya cukup jauh sehingga dia harus melalui koridor yang sunyi. Pasien di bangsal sedang beristirahat dan dirinya hanya ditemani dengan lampu fluorescent yang sedikit redup—menambah rasa mencekam. Perawat menghirup napas dingin, entah mengapa jalan koridor terasa lebih panjang dari biasanya. Dia teringat dengan gosip yang dibicarakan rekannya tadi sore.

"Katanya, pernah ada orang yang meninggal di lantai ini. Dia bukan pasien, melainkan keluarga pasien. Sayangnya, dia tidak punya uang untuk membiayai pengobatan, jadi setiap malam dia akan bekerja paruh waktu di rumah sakit sebagai gantinya. Kadang kala, dia akan mengambil inisiatif untuk menawarkan bantuan. Suatu hari, dia meninggal secara misterius! Pihak rumah sakit menekan beritanya. Karena itu, jiwanya tidak pergi dan bergentayangan. Kabarnya, dia selalu muncul di malam hari, waktu di mana dia meninggal."

Perawat awalnya tidak percaya, namun sekarang dia menelan ludah dengan gugup. Otaknya membayangkan adegan yang terjadi dalam film horor; akan ada bayangan hitam yang diam-diam mengikuti protagonis, semakin dekat dan dekat, kemudian mengejutkan protagonis dengan berkata—

"Ada yang bisa aku bantu?"

Suara yang muncul tiba-tiba di belakang membuat perawat menjerit kecil. Dia berbalik takut, menemukan seorang pria berjas putih dengan kacamata di jembatan hidungnya tersenyum ramah padanya. Dia menghela nafas lega dan menyapa hormat. "Dokter Mu."

Mengetahui bahwa dirinya telah menakuti perawat, Dokter Mu mengubah senyumnya menjadi permintaan maaf. "Apa kamu akan pulang hari ini?"

Perawat, "Ya, jam kerjaku sudah berakhir."

Dokter Mu, "Terimakasih atas kerja kerasmu. Berhati-hatilah di jalan."

Perawat mengangguk mengerti dan berlalu pergi seraya menghela napas lega. Ternyata itu Dokter Mu ...

Dokter Mu memperhatikannya hingga sosoknya menghilang di persimpangan, kemudian dia berbalik menuju tempat parkir bawah tanah. Dia melihat mobil putihnya yang terparkir tak jauh dari lokasinya dan mengeluarkan kunci mobil.

Setelah menyalakan mobil, ponsel pintarnya berdering. Melihat nama yang tertera di layar, Dokter Mu menghubungkannya dengan headset bluetooth. Dia berkata seraya menginjak pedal gas, "Ada apa, Qingyuan?"

"Hei, Qingfang. Kami akan mengadakan reuni teman sekelas. Kamu mau ikut?"

Mu Qingfang sedikit terkejut mendengarnya. "Reuni? Kapan?"

"Lusa. Alamatnya akan kukirim."

Lusa?

Mu Qingfang mengingat jadwalnya untuk seminggu ke depan. Merasa yakin bahwa tidak ada jadwal yang bertabrakan untuk lusa nanti, dia menanggapi, "Ya, aku tidak sibuk."

Panggilan berhenti tepat mobilnya mencapai lampu lalu lintas yang berwarna merah. Mu Qingfang hendak mematikan headset bluetooth-nya ketika ponselnya berbunyi lagi. Dia mengangkat alisnya dengan heran. Begitu banyak orang yang membutuhkannya saat ini?

Dia melirik lampu merah yang belum berubah warnanya, kemudian melihat nama yang tertera di layar. Rasa heran semakin bertambah, pasalnya tidak biasa orang ini menghubunginya.

Jadi, dia menjawab panggilan dan berencana untuk menggodanya sebentar, "Ada apa malam-malam begi—uh, apa?!" Niatnya lenyap seketika. Dia melihat lampu merah berubah hijau dan langsung menginjak gas. "Oke, aku segera ke sana!"

===

Kediaman Keluarga Mo.

Mobil putih itu melambat ketika memasuki halaman rumah. Seseorang datang menyambutnya di pintu depan rumah.

"Selamat datang, Dokter Mu."

Mu Qingfang sedikit terkejut melihat kehadirannya. "Wen Qionglin? Tidak biasanya aku melihatmu di sini."

Wen Qionglin adalah nama samaran, Mu Qingfang tahu betul itu. Namun dia tetap tidak memanggil tuan muda keluarga Wen dengan nama aslinya.

Pria yang menjabat sebagai dokter itu melihat pemuda di depannya tertawa malu. "Aku hanya mengikuti Tuan Muda Wei ... "

Mu Qingfang, "Ah, sudah kuduga."

Wen Qionglin mengantarnya masuk dan dia berhenti ketika mencapai lantai dua. "Tuan Hua ada di kamar Tuan Luo. Aku masih harus menemani—"

"Ah-Ning! Di mana ponselku?!" Suara yang menggelegar di lantai yang sama memotong perkataannya. Wen Qionglin yang mendengar itu segera meminta maaf pada Mu Qingfang dan bergegas ke asal suara. Melihat itu, Mu Qingfang hanya menggelengkan kepalanya dengan perasaan terhibur. Dia terus berjalan ke lantai tiga, kemudian menuju ke suatu kamar dengan akrab.

Dia sudah sering mengunjungi rumah ini, bahkan dia memiliki kamar sendiri yang disediakan oleh pemilik rumah. Sayangnya, dia tidak terlalu suka tinggal di sini karena ... terlalu berisik.

Mu Qingfang membuka pintu, melihat ruang tidur yang seluas ruang kelas, lengkap dengan ranjang besar, kamar mandi, lemari pakaian, dan sofa lembut di dalamnya.

Di sofa, duduklah orang yang memanggilnya ke sini. Ketika pintu terbuka, orang itu duduk membelakanginya dan berkata tanpa berbalik, "dia di sana," seraya menunjuk dengan dagu ke arah ranjang tidur.

Di ranjang, seseorang duduk dengan tabung infus yang terhubung—tunggu, di mana jarumnya?!

Mu Qingfang dengan cepat mendekat dan berusaha menghentikan luka di punggung tangan menggunakan peralatan di tas dokternya. "Mengapa kamu melepas jarumnya, bodoh?!"

Dia menatap orang yang duduk tenang di tempat tidur. Daging di wajahnya sedikit menipis dan kulitnya pucat, namun tidak menghilangkan ketampanannya. Rambut hitam bergelombangnya tumbuh sedikit lebih panjang dari sebelumnya—jelas tidak dipotong dalam sebulan, namun masih terawat dengan baik. Mata hitam legam memandang dirinya dengan rasa heran, membuatnya seperti anak baik yang belum tersentuh sisi kelam dunia.

Melihat orang di depannya, Mu Qingfang menghela napas dalam hati.

Netizen memang benar. Dia bagai seorang pangeran di negeri fantasi, walaupun sifat sejatinya tidak layak disebut 'pangeran'.

Dia mengalihkan pandangannya pada orang yang masih duduk di sofa tanpa repot-repot menunjukkan raut muka khawatir.

Mu Qingfang berseru, "Mengapa kamu tidak menghentikannya?!"

Suara yang tenang menjawabnya, "Ketika aku datang, dia sudah begini."

Mu Qingfang, " ...... "

Aku percaya kamu adalah hantu!

===

Luo Binghe menatap sekeliling. Saat ini, dia ingin sekali bertanya pada seseorang, Siapa aku? Di mana aku? Mengapa aku di sini?

Sebelumnya, dia telah menghancurkan dunia menggunakan Xin Mo. Retakan seperti kaca pecah muncul di sekitar, termasuk lantai di bawah kakinya, sehingga dia jatuh ke celah hitam. Luo Binghe pikir saat itu adalah akhir hidupnya, namun sekarang adakah yang bisa membantunya menjawab alasan mengapa dia masih membuka mata?

Lingkungan di sekitar sangat asing. Dia masih mengenal beberapa fitur yang sedikit akrab seperti lemari pakaian, tetapi dia tidak tahu benda yang ada di tengah ruangan. Terlihat seperti kursi yang menyatu dengan selimut.

[Arbi: Sigh, aku tidak bisa mendeskripsikan bagaimana wujud sofa di mata orang kuno -_- ]

Dan ada jarum yang menusuk tangannya! Apa ini?! Serangan diam-diam ketika dia tidak sadar?!

Tanpa ragu, Luo Binghe mencabut jarum dan membuangnya, membiarkan tangannya mengalirkan darah. Dia mencoba untuk duduk, sayangnya tubuhnya sangat kaku sehingga butuh upaya ekstra agar dirinya bisa sepenuhnya duduk dengan jangkauan pandangan yang lebih luas.

Luo Binghe cukup yakin bahwa dirinya tidak berada di dunianya.

Memikirkan celah hitam dan Xin Mo, kemudian pengalaman yang pernah terjadi sebelumnya—yaitu munculnya 'Luo Binghe' yang membuatnya tersesat di dunia lain, Luo Binghe menggertakkan giginya. Jadi, dia berada di dunia yang lain lagi? Apakah dunia ini juga tidak memiliki Shizun?

Jika benar begitu, maka hancurkan lagi!

Pintu ruangan terbuka, seseorang masuk dengan kaki panjangnya. Orang itu terlihat tidak jauh lebih tua darinya, namun pakaiannya yang rapi membuat orang itu memancarkan aura dewasa. Luo Binghe tidak tahu jenis pakaian macam apa yang orang itu pakai, jadi dia hanya menilai secara kasar.

Orang itu mendekatinya. Baru saat itulah Luo Binghe menyadari bahwa orang itu cukup tinggi. Rambut hitamnya dibiarkan tumbuh sedikit panjang hingga menutupi mata kanannya. Mungkin karena bagian kanan terlalu panjang sehingga beberapa helai dikepang dengan mutiara merah sebagai hiasannya.

Melihat tangannya yang berdarah dan jarum yang menggantung di lantai, orang itu bahkan tidak mengangkat alisnya. Dia duduk di kursi selimut dan mengeluarkan ... sebuah kotak panjang hitam yang cukup tipis. Entah apa yang dilakukannya dengan menaruh benda itu di telinganya.

"Hei, Dokter Mu. Dia siuman. Cepatlah datang."

Luo Binghe, " ..... ?" Dengan siapa dia berbicara?

Orang itu meletakkan kotak hitam di atas meja. Kemudian memandang dirinya dari atas ke bawah dan ... hanya memandangnya.

Tidak ada gerakan lagi.

Luo Binghe, " ... "

Adegan 'aku menatapmu dan kau menatapku' itu berlangsung cukup lama, hingga pintu ruangan terbuka lagi.

Ketika dia melihat Lord Puncak Qian Cao, Mu Qingfang, Luo Binghe berusaha untuk tidak mengubah wajahnya. Dalam hati, dia bertanya-tanya mengapa seorang Lord Puncak berada di dunia lain bersamanya? Apakah dia juga masuk ke dalam celah hitam?

Mu Qingfang yang tidak tahu isi hati Luo Binghe melihat tangannya yang berdarah bergegas maju untuk menutup luka. Dia berkata dengan nada jengkel yang tak disembunyikan, "Mengapa kamu melepas jarumnya, bodoh?"

Luo Binghe ingin menghindari sentuhannya, namun tubuhnya yang lemah merespon lambat sehinga tak terhindarkan bila tangannya di tangkap. Pandangannya menelisik Mu Qingfang dari atas ke bawah, merasa sedikit aneh.

Saat itulah dia menyadari penampilan Mu Qingfang yang jauh berbeda dari yang dia tahu. Mu Qingfang ini tidak memiliki rambut panjang ataupun memakai jubah khas Puncak Qian Cao. Sebaliknya, rambutnya sangat pendek, pakaiannya berupa jubah putih, dan ada kacamata di wajahnya. Jika bukan karena suaranya yang mirip, Luo Binghe akan berpikir dia salah mengenali orang.

Mungkin dia adalah Mu Qingfang yang ada di dunia ini? pikir Luo Binghe.

Orang yang hanya duduk dengan tenang di kursi pun berdiri. Dia berjalan mendekat dan bertanya, "Siapa namamu?"

Luo Binghe yang sibuk berpikir tidak memperhatikan percakapan mereka sebelumnya. Dia juga tidak mengenal orang ini. Jadi, dia memilih tidak menjawab.

Orang itu tidak memaksa dan seakan tahu Luo Binghe tidak akan menjawab, jadi dia melanjutkan pertanyaannya, "Lalu, siapa aku?"

Luo Binghe juga ingin bertanya di depan wajahnya, "siapa kamu?" padanya, namun dia masih bersikeras untuk tidak menjawab. Apa peduli dirinya dengan orang ini? Yang harus dia pedulikan adalah mencari shizun di dunia ini.

Sayang, tubuhnya yang lemah tidak bekerjasama dengan keinginannya.

Orang itu menghela nafas. Dia melirik Mu Qingfang yang masih membalut luka. Menyadari tatapannya, Mu Qingfang berkata tanpa mengangkat kepalanya, "Aku sudah memeriksa kondisinya kemarin. Kinerja otaknya telah stabil. Namun, gejala pasca kecelakaan tidak bisa diabaikan. Setidaknya, hilang ingatan lebih baik daripada dia menjadi orang bodoh. Suatu keajaiban jika dia normal tanpa gejala apapun."

Orang itu tampaknya tidak percaya, "Dia benar-benar hilang ingatan?"

Mu Qingfang, "Kenapa? Berharap dia menjadi bodoh?"

Orang itu, "Orang bodoh lebih mudah ditangani."

Mu Qingfang, " ... "

Luo Binghe, " ... "

Meski dia tidak tahu apapun, bukan berarti dia bodoh. Tidak, dia tidak bodoh! Bahkan jika dia tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, dia tahu kata kunci dari pembicaraan mereka!

Tampaknya dirinya di dunia ini mengalami kecelakaan dan bagian kepala adalah korbannya, kemudian tidak sadarkan diri untuk waktu yang lama, dan mengalami hilang ingatan? Oh, tunggu dulu—

Luo Binghe mengulurkan tangannya yang masih kaku. "Di mana cermin?" Suaranya terdengar parau, sepertinya dia belum mengelurkan suara akhir-akhir ini.

Mu Qingfang—yang telah menyelesaikan pengobatannya—mengambil sesuatu dari dalam tasnya ... Ya, sepertinya itu sebuah tas(?). Sebuah benda kecil berbentuk oval diberikan padanya. Melihat pantulan dirinya pada benda itu, Luo Binghe menyadari bahwa benda ini adalah cermin di dunia ini.

Mengapa cerminnya berukuran kecil? Bahkan hanya seukuran telapak tangan. Luo Binghe ingat cermin besar milik Shizun yang dia letakkan di istana iblisnya.

Hmph! Sepertinya bahan pembuat cermin di dunia ini sangatlah terbatas.

Luo Binghe memandang dirinya yang memiliki penampilan baru di cermin kecil itu. Rambutnya tidak sepanjang dulu dan tanda iblis di dahinya juga menghilang. Wajahnya tidak berubah, hanya terlihat kurus dan pucat karena lama tidak tersentuh cahaya matahari.

Ini masihlah dirinya ... dengan penampilan yang berbeda.

Tidak seperti sebelumnya—dia masih berada dalam tubuhnya dan terlempar ke dunia lain. Kali ini, dia memiliki tubuh yang berbeda dan tampaknya mempunyai sejarahnya sendiri. Seakan jiwanya terpisah dari raga sebelumnya dan akhirnya menempati raga baru.

Orang itu, yang hanya menyaksikan tindakan Luo Binghe, akhirnya mengenalkan diri. "Namaku Hua Cheng."

"Aku adalah kakakmu."

"Dan kamu adalah adikku, Luo Binghe."


•••

Arbi's Note:

Fyuuh—

Cukup sulit menulis dari sudut pandang orang kuno yang tiba-tiba dilempar ke zaman modern ╮(╯∀╰)╭

Okeh, terima kasih telah membaca~~~



Omake:

"Ada apa, Qingyuan?"

Yue Qingyuan memegang ponsel di tangannya, sementara tangan lainnya menyentuh touchpad laptopnya. "Hei, Qingfang. Kami akan mengadakan reuni teman sekelas. Kamu mau ikut?"

Suara tanggapan terdengar dari ponsel, "Reuni? Kapan?"

Yue Qingyuan melihat jadwal di layar laptop dan berkata, "Lusa. Alamatnya akan kukirim."

Setelah mendengar jawaban positif dari seberang panggilan, dia berkata dengan senyum di bibirnya, "Baiklah. Maka aku akan memberitahu Qingqiu."

Panggilan berhenti ketika mobil tiba di tempat tujuan. Yue Qingyuan memeriksa waktu di jam tangannya, kemudian menutup laptopnya dan keluar dari mobil setelah pintu dibuka oleh sopir. Dia berjalan ke apartemen, memasuki lift, dan menekan tombol lantai di mana rekannya tinggal. Setelah lift berhenti, Yue Qingyuan menuju pintu kamar bernomor 921 dengan akrab.

Sebelum dia sempat mengetuk, pintu terbuka dari dalam. Dua orang yang tak sengaja bertemu itu saling bertatapan dengan wajah tercengang untuk beberapa saat. Yue Qingyuan segera tersenyum dan bertanya, "Ah-Yuan, di mana saudaramu?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro