Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[6]

***

"Novick, pada saat itu. Apa yang hendak dikatakan oleh Khun?" Baam berusaha keras untuk menjaga suaranya tetap tenang dan tidak terdengar seperti dia terburu-buru.

Dia ingat sebelum keluar dari ruang medis Khun tampak hendak mengatakan sesuatu tapi tidak jadi. Pasti ada sesuatu yang ingin di sampaikan oleh pemuda biru itu tapi tidak bisa dia katakan. Mungkin karena bekas luka di masa lalu dan mungkin karena perbuatan Baam tidak lama sebelumnya.

Atau mungkin karena memang mereka belum menemukan waktu yang tepat.

Melihat tatapan Baam, Novick menyadari bahwa Slayer di depannya sudah mengambil keputusan. Membuang wajah kearah lain, Novick memilik tidak menjawab.

Tindakan ini hanya membuat Baam merasa jantungnya di genggam kencang. Seperti seluruh tubuhnya di aliri air panas menghancurkan organ-organnya, mengancam menghentikan nafas.

Novick tahu sesuatu.

Suara Baam sedikit serak tapi itu tenang bahkan jauh lebih tenang dari yang pertama. "Katakan pada ku, apa yang hendak dia katakan."

Menutup mata sejenak, Novick memilih menyerah untuk terus menutup mulut. "Dia berpesan, kau hanya perlu hidup dengan baik. Jauhi perang dan tidak bertikai lagi dengannya."

Dia benar-benar ingin mengusir ku dari hidupnya?

Baam, "Menurutmu kenapa dia melakukannya?"

"Karena dia akan selalu setia menjadi bawahan Zahard, kau musuh tapi dia tidak ingin membunuhmu. Sangat logis untuk mengusirmu menjauh dari semua perang ini bukan?"

Baam menurunkan pandangannya. Sosoknya seakan membeku menjadi patung es. Amarahnya seakan lava panas menghantam cangkang keras. Emosinya yang semula di coba segel dalam-dalam tidak bisa dilacak, menyisakan rasa sakit yang halus.

Hanya itu. Baam tidak akan memaafkan kalau Khun berniat menjauhinya.

"Novick, aku tahu kau orang yang bisa di percaya, kau mau mendengarkan ku?" otak Baam mulai bekerja dengan cepat membuat rencana.

Novick balas menatap Baam bingung.

***

Helaan nafas berat dikeluarkan. Khun menyandarkan dirinya kedinding sel yang sungguh sebenarnya dia sendiri tidak ingin sandari. Dalam hati Khun mengejek betapa miskinnya FUG karena memiliki sel sekotor ini.

Tidak seperti sel di penjara Zahard yang luas dan di dominasi dengan warna putih dan penerangan yang terang tanpa perabotan tambahan yang sangat memungkin kan menjadikan orang yang terkurung di sana menjadi linglung bahkan gila hingga tahap tertentu. Sel di penjara FUG benar-benar tidak layak bahkan untuk di tinggali beberapa menit.

Terletak di bawah tanah. Sel itu berdindingkan batu yang sudah kotor dan lumutan dan tertempel kotoran entah apa siapa yang tahu. Bahkan Khun sendiri tidak ingin terus memikirkannya apa saja yang menjadi lapisan yang ada di lantai. Yang jelas pakaiannya yang selalu bersih pasti sudah sangat kotor saat ini.

Udara di sana juga sangat penggap dan berbau busuk. Penerangan hanya berupa obor yang sangat minim cahayanya membuat bayangan samar. Tidak heran semua orang yang pernah di tahan oleh FUG menjadi gila seperti binatang jika tempat ditahannya bahkan lebih buruk daripada kandang babi seperti ini.

Setidaknya sel di pihak Zahard walau itu membuatmu gila, tempat itu masih bersih dan kau tidak akan menjadi hewan tanpa otak setelahnya. Paling-paling kau hanya akan menjadi mayat hidup saja.

Sudah dua hari berlalu sejak ia ditangkap. Dan karena pengaruh armor yang dimilikinya, Khun sama sekali tidak terluka secara fisik dan tidak ada rantai yang mengikatnya. Tapi FUG tidak kehilangan akal. Mereka memaksanya menghirup gas beracun, membuat organ internalnya rusak walau tidak sampai membahayakan hidupnya. Khun ingin saja membiarkan ikan api yeon menyembuhkan semua cederanya namun dia tidak bisa gegabah.

Siapa yang tahu apa yang akan dilakukan oleh Rachel jika sampai dia tahu Khun sembuh total tanpa alasan yang jelas.

Yah, fakta bahwa dia bisa menyembuhkan diri sendiri dengan bantuan api yeon sejauh ini hanya diketahui oleh Baam, Rak, Novick dan beberapa orang kepercayaannya yang lain. FUG sejauh ini hanya mengetahui kalau Khun bisa menyembuhkan dan menarik seseorang dari ambang kematian saja dan juga mengumpulkan jiwa dengan api yeon. Mereka tidak tahu kalau Khun bisa menggunakan kemampuan penyembuhan itu pada dirinya sendiri.

Rasa sakit karena organnya yang rusak memang menyiksa. Dan itu makin menyiksa mengingat dia sama sekali tidak di beri makan ataupun air selama dua hari ini. Tidak, sebenarnya dia diberi makanan dan air, itupun jika dia bisa menyebut benda busuk di piring dan cairan bau di gelas itu bisa dikonsumsi. Daripada organ pencernaannya makin rusak, Khun lebih memilih berpuasa saja.

"Ugh, rambutku menjadi sampai seperti ini." keluh Khun saat jemarinya merasakan rambutnya yang biasanya lembut dan berbau harum menjadi begitu lepek dan tidak enak di sentuh. Karena pencahayaan yang kurang, Khun tidak bisa melihat warna dengan jelas tapi dia yakin kalau rambutnya pasti sudah kusam kehilangan kilaunya.

Dengan siksaan sakit yang ada, Khun ingin sekali tidur. Tapi jika dia tidur sekarang dia yakin kalau ikan kecil itu akan muncul menyembuhkannya selagi dia tidur. Tidak. Khun tidak bisa membongkar kartu As nya begitu saja.

Suara langkah kaki yang tergesa-gesa terdengar. Pintu sel itu di buka paksa hingga membuat suara yang melengking kuat. Rachel masuk dengan lighthouse kuningnya yang memberi lebih banyak penerangan.

"Kau bajingan! Aku tahu seharusnya aku membunuhmu saja!" teriak wanita itu marah. Keberadaan suatu sosok yang tidak terlihat di belakang wanita itu merasakan emosi pemiliknya, memberi serangan gelombang shinsu yang kuat pada Khun yang bersandar di sudut ruangan.

Armor Inventori milik ayahnya menampakkan diri, dengan mudah memantulkan serangan yang ada. Khun mengerutkan kening, antara rasa sakit yang dideritanya karena organnya yang rusak saat dia berusaha untuk duduk dengan benar. "Apa ini? Negosiasinya gagal?"

"Diam! kau harus membayar untuk Baam dengan nyawamu!"

"Huh?" fokus Khun yang sebelumnya kabur kembali dikumpulkan. "Memangnya apa yang terjadi pada Tuan Viole kalian?"

Khun merasa kepala nya pusing dan hawa panas diwajahnya. Sekilas dia sadar kalau demam pasti menyerangnya karena semua cedera yang dia derita saat ini. Wajahnya yang biasanya seputih giok diwarnai flush merah sementara bibirnya begitu pucat.

Jika terjadi sesuatu pada Baam, maka dia tidak akan bisa kembali ke Istana Zahard karena FUG pasti akan lebih memilih menahannya lebih lama dan semakin menyiksanya lebih buruk lagi. Ah, mungkin dia harus mulai menyusun rencana untuk kabur.

"Rachel, tunggu sebentar!"

Yura datang setelahnya mencoba menghentikan tindakan Rachel yang tampaknya ingin menaburkan sesuatu ke obor di dalam sel. Jelas ingin menambahkan racun yang lebih menyiksa dan paling buruk mematikan. "Berita itu baru saja datang, kita masih belum jelas dengan kebenarannya. Kita tidak bisa bertindak begitu gegabah."

"Tapi Yura, kau sendiri juga mendengar berita itu. Baam terluka fatal dan agar menghindari keributan jenazahnya di pindahkan diam-diam entah kemana siapa yang tahu. Ini pasti karena bajingan ini!" sela Rachel keras. "Apa lagi yang harus kita ragukan? Jika pihak Zahard bisa melakukan hal itu, maka kita juga dapat membunuh bajingan ini disini."

Yura mencoba membantah namun tidak tahu harus berkata apa lagi karena jelas dengan emosi Rachel saat ini, wanita itu tidak akan mendengarkan. Khun disisi lain hanya diam memeluk perutnya. Akh, tubuhnya terasa begitu sakit. Melirik kearah dua wanita yang tampak seperti putri dan pelayan ini, Khun mendapati ada orang tambahan.

Wangnan sepertinya datang menyusul. Pemuda itu menatap kedua wanita itu sejenak sebelum kemudian beralih menatap Khun. Tidak seperti mantan rekan lama yang lain, Wangnan tidak memiliki dendam atau kebencian pada Khun walau sang pemuda biru berada di pihak Zahard.

Itu karena menurut Wangnan sendiri peraturan yang di buat oleh Khun untuk di jalani oleh pengawas ujian sangat bagus dan meminimalisir kematian para regular lemah tiap tahunnya. Walau mereka mungkin akan tetap gagal ujian karena kelemahan mereka, setidaknya itu lebih baik daripada mati di tangan regular yang lebih kuat.

Mereka masih memiliki kesempatan untuk terus melanjutkan.

Selain itu saat masih berstatus regular, Khun sangat membantu tim asam-manis dalam meningkatkan baik itu kekuatan dan teknik. Wangnan tidak melihat ada sesuatu yang harus di perdendamkan karena dia sendiri tidak menyukai Jinsung yang dinilainya terlalu menakutkan.

"Wangnan Ja, apa berita itu sudah tersebar?" tanya Khun memaksakan suara dari tenggorokannya yang kering.

"Ya, ketu- maksudku Khun." kebiasannya menyebut Khun sebagai Ketua saat masih di tim Asam-Manis benar-benar sangat susah untuk dihilangkan.

Situasi ini terlalu kacau, jika tidak di tangani dengan baik. Khun sangat yakin kematiannya akan menjemput karena kegilaan Rachel. Dan beruntung Karaka tengah pergi saat ini, situasi akan lebih buruk jika Slayer yang tidak bisa jujur itu juga ada disini.

"Lalu, apakah kalian sudah menanyai Hwaryuun? Menurut pendapat ku sendiri, akan sangat tidak mungkin Tuan Viole mati semudah itu mengingat sejarahnya."

"Kami berniat menemui Hwaryuun sebelumnya, tapi dia tidak bisa ditemukan dimanapun." Jawab Yura menjelaskan.

Rachel menepis tangan Yura yang menahannya saat dia melangkah maju. Dia mengangkat kakinya hendak menendang tapi terhalang oleh kemunculan Armor Inventaris yang selalu melindungi Khun secara otomatis. Sayang sekali benda ini tidak dapat melindungi Khun dari racun.

"Hwaryuun pasti keluar karena dia tahu akan kematian Baam! Itu pasti!"

Suara teriakan Rachel benar-benar suara terburuk di Menara. Jika dirinya berhasil keluar dari sini, Khun sepertinya harus mengajukan cuti sejenak dan memanjakan telinganya dengan musik-musik indah menara untuk mensucikan telinganya kembali.

"Kenapa kau begitu pesimis? Si pemandu itu bisa saja pergi ke suatu tempat karena dia tahu Tuan Viole masih hidup." Seringai mengejek terukir di paras Khun saat dia mencoba menyembunyikan rasa sakitnya. "Atau kau sebenarnya ingin dia mati?"

"Kau bajingan!"

"Itu aku, itu aku." Khun mengakui santai saat suaranya perlahan menghilang, dia tidak bisa menahan dirinya lagi. Demamnya semakin naik gara-gara penambahan beban pikiran secara tiba-tiba. Rachel melihat Khun yang pingsan di tengah kata-katanya, berniat memukul pemuda itu saat Yura dengan cepat menahan.

Wangnan maju memeriksa, tangannya yang di letakkan di atas dahi pemuda biru itu ditarik cepat saat dia merasakan panasnya yang jelas tidak normal.

"Dia demam."

"Huh! Dia pantas mendapatkannya! Berharap dia mati!"

"Rachel! Ayo kembali, kita harus menenangkan anggota lain." bujuk Yura.

.

.

.

Tbc~

17 April 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro