[12]
***
"Apa?! Apa yan terjadi?!"
"Tidak mungkin! Bukankah itu Tuan Tanah?!"
"Dia membunuhnya! Slayer FUG membunuhnya!!"
"Dia pasti datang untuk membunuh semua orang disini! Pasti FUG berniat begitu!!"
Kekacauan terjadi di antara para tamu. Mereka menunjuk Baam dengan tatapan sanksi dan takut, rombongan Marshal, Novick dan Ran beserta para pengawal yang hendak memberi salam hendak pergi kembali ke dalam pesta hanya untuk melihat ini.
Mata biru tua Ran melirik orang mati yang acak-acakan, melihat kembali pada Baam yang tangannya berlumuran darah. "Tuan Slayer, Beast, apakah anda mengerti arti dari tindakan anda? Orang itu sudah memiliki perjanjian dengan kami, yang berarti anda juga mencari masalah dengan pihak kami."
Baam tenang, tampak tidak terganggu dengan tuduhan yang ada dan juga ucapan Ran. Dia diam-diam menyimpan belati di tangannya agar tidak terlihat oleh orang lain. Novick memberi isyarat pada prajurit di belakangnya untuk maju, membekuk Baam. "Kami berharap kerja sama anda disini, kita tidak mau ada korban lain tentu nya."
"Tunggu! Sialan! Apa yang kalian pikir kalian lakukan?! Slayer itu datang bersama Putri ini! kalian tidak bisa membawanya begitu saja!" seru Endorsi menghentikan langkah para prajurit yang hendak menangkap Baam.
Shibisu mengikuti di belakang dengan tergesa-gesa, dia menghirup nafas sedikit takut saat melihat Baam di dekat mayat yang ada. Tetapi setelah beberapa observasi, dia yakin akan satu hal. "Itu benar, selain itu belum tentu Slayer yang membunuh tuan itu. Lihatlah semua cipratan noda darah yang menodai hampir seluruh balkon ini, jika dia memang pembunuhnya maka pasti bajunya akan ikut ternoda!"
"Hmph! Dengan kemampuannya sebagai seorang Slayer dan juga sebagai seorang irregular, hal itu mungkin saja." ujar Novick sarkastis.
Segera setelah Khun kembali dari penahanan FUG, Novick langsung dijatuhi hukuman oleh Khun karena dia termakan oleh tipuan Baam. Mengingat hal itu membuat dia jengkel.
Endorsi masih ingin membantah saat Ran menatapnya keras, "Tuan Putri, saya pikir anda terlalu longgar dan sembrono. Apakah anda tidak memikirkan status anda sedikitpun?"
"Kau,..!"
***
Pesta itu kacau karena penemuan mayat yang ada. Para tamu dengan cepat memutuskan untuk pergi dan kembali ke tempat mereka masing-masing. Setiap dari mereka menjadi sangat was-was, takut nyawa mereka yang akan menghilang berikutnya.
Endorsi menyandarkan dirinya ke dinding di samping Baam. Menghela nafas panjang dan kasar, jelas dia jengkel. Mereka entah bagaimana berhasil membuktikan bahwa Baam tidak bersalah setelah perdebatan keras dengan pihak Ran.
Lampu taman yang bersinar temaram dalam lingkaran membuat gambaran seakan merka berada di satu-satunya tempat yang aman di antara kegelapan yang ada disekitar. Baam disisi lain masih diam, dia hanya menatap kebawah seakan tanang di bawah sana lebih menarik perhatian dibandingkan kehadiran seorang putri cantik di sampingnya.
"Baam! Kenapa kau hanya diam saja saat kau di tuduh tadi?!" Endor membuka suara, mulai mengajukan keberatannya. "Kau seharusnya membantah dan mencoba membersihkan namamu!"
Baam mengukir senyum masam saat dia melirik Endorsi, "Tidak seperti itu akan berhasil. Nona Endorsi, aku adalah seorang Slayer FUG yang sudah membunuh banyak orang. Dengan kondisi dimana aku memiliki tangan berlumuran darah dan mayat didekatku, pembelaaan seperti apapun akan percuma saja."
"Tapi tetap saja kau seharusnya,..." Endorsi tersedak, dia tahu bahwa apa yang di katakan Baam benar.
Hampir tidak mungkin bagi Baam untuk membuktikan ketidak bersalahannya secara pribadi, karena tidak ada seorang pun yang akan percaya. Bagaimanapun sosok Baam sebagai seorang Slayer dan juga Dewa yang akan menggulingkan Zahard dari tahtanya sudah lama tersebar di seluruh menara, menyebar kan rasa takut dihati penghuni menara hanya untuk mendengar namanya. Lain hal nya jika orang lain yang membuktikan, barulah itu bisa diterima.
"Sudahlah, yang terpenting akhirnya kau terbukti tidak bersalah juga." Ujar Shibisu datang menghampiri dengan tiga kaleng minuman yang dia beli di dekat mesin pembeli otomatis terdekat.
Baam menangkap minuman kaleng yang dilemparkan padanya, melihat itu adalah minuman dengan merek yang sama yang dulu sering dia konsumsi saat bersama dengan yang lain saat mereka masih menjadi seorang regular dan menaiki menara. Ingat pada saat itu Khun akan sedikit mengernyit menolak tapi tetap meminumnya juga, si Biru mengatakan dia lebih suka kopi asli yang di seduh langsung daripada yang instan dan kalengan.
"Tapi ini benar-benar mencurigakan, kalau itu bukan kau yang melakukannya, maka siapa?" guman Shibisu tidak henti-hentinya menganalisis kembali peristiwa yang ada.
Baam tidak menjawab. menyesap minumannya dalam diam. Hatz juga diam, tapi dia sama sekali tidak pernah menurunkan penjagaannya. Dia dengan cepat menoleh ke suatu arah, tangan di atas ganggang pedang, siap menariknya kapanpun. "Siapa disana?!"
Suara tawa yang halus terdengar, membuat Baam langsung menegakkan tubuhnya saat tawa itu terdengar begitu familiar. Di seberanga sana, dimana lampu taman lain yang berjarak beberapa meter dari mereka. Sosok seorang pemuda yang ramping perlahan terlihat, pertama adalah sepatu hingga terus menampakkan keseluruhan orangnya saat terus melangkah hingga sepenuhnya disirami cahaya lampu.
Mata cantik Endorsi seketika melebar, dia mengutuk, "Kau brengsek,..."
Di seberang sana, Khun berdiri dengan seringai khasnya. Baju putih murninya bernoda darah dari atas hingga bawah, sepatunya yang sebelumnya putih mengkilap bahkan tidak lagi terlihat putih. Melainkan merah gelap seakan itu telah terendam dalam darah begitu lama.
"Hm, aku lihat kau masih disini." Ujarnya santai, "Kupikir aku akhirnya bisa menangkapmu lagi, ternyata aku terlalu naif. Ck ck."
Brak
Duar
Endorsi sangat kesal. Dia sangat kesal dan juga marah, terlebih setelah mendengar ucapan Khun tadi membuat dia langsung maju melancarkan pukulan cepat dengan bantuan teleportasi.
Shibisu, "Endorsi!!"
Debu mengepul menutupi jarak pandang, perlahan menghilang dengan hembusan angin. disana Endorsi ditahan keras oleh lapisan es yang tebal dan kokoh, gadis itu terlihat lebih marah dari sebelumnya. "Kau bajingan sialan! Lepaskan dan biarkan aku menghajarmu hingga mati!!"
Khun menggeleng lemah saat dia menatap Endorsi dengan simpati yang jelas palsu. "Putri yang ku hormati, tidak akan ada seorang pun yang akan mau menuruti anda jika anda berkata begitu."
Melirik kearah Baam, Khun sedikit menelengkan kepalanya. "Lagipula anda sekali lagi memihak Slayer FUG, apakah hukuman beberapa waktu yang lalu tidak membuat anda jera?"
Mendengar ini Endorsi semakin kesal. Ketika berita bahwa Baam telah di tangkap dan berada di bawah penahanan Khun, Endorsi langsung datang ke markas nya dan membuat keributan untuk bertemu dengan Baam. Dan karena hal ini Endorsi harus menderita hukuman kurungan di penjara yang begitu putih dan membosankan selama beberapa minggu sebelum dikeluarkan oleh Yuri.
"Khun! Apa tujuanmu datang kemari?" seru Shibisu, memotong sebelum Endorsi bisa mulai mengutuk Khun lagi. Jangan sampai Endorsi harus di hukum lagi. Hatz di sisi lain menggerutu pelan, "Pengadu!"
Mata kobalt Khun langsung menatap Hatz dingin, dia ingin sekali memberi pukulan pada wajah serius pemuda gila pedang itu. "Tentu saja mengambil apa yang menjadi milikku," satu tangan terangkat meminta pada Baam, "Kembalikan padaku."
Endorsi menautkan alisnya tidak mengerti, "Memangnya apa yang diambil oleh Baam dari mu? Baam bukan pencuri licik seperti mu!!"
Khun tidak menghiraukan ocehan Endorsi, dia menatap Baam datar dan dingin, menuntut agar keinginannya segera terpenuhi. Baam balas menatap mata kobalt itu lamat, melihat tidak ada kehangatan yang ditawarkan di sana benar-benar membuat Baam tidak tahan. "Baik, tapi aku ingin kita bicara terlebih dahulu."
"Jangan berbelit-belit, aku orang yang sibuk!" ujar Khun tidak sabar, "Berikan saja cepat dan kalaupun ada yang ingin kau bicarakan kenapa tidak langsung saja?"
Baam menatap Khun dengan sikap keras kepala, "Aku ingin bicara, hanya kita."
Khun menatap Baam semakin dingin dari sebelumnya, jelas marah karena di paksa. Shibisu disisi lain mencoba mencairkan suasana saat dia memaksa dirinya untuk tertawa, "Hahaha, Yah Baam masih keras kepala kau tahu itu Khun. Sama seperti di masa lalu, hahaha."
"..."
"...haha..." Shibisu menipiskan bibirnya, batuk pelan saat dia berbicara kembali. "Khun, bisa kau tolong hilangkan es shinsu mu dulu jika kau ingin pergi? Kau sendiri tahu kalau es mu sangat susah untuk mencair. Maksudku, kasihanilah Endorsi yang membeku."
Endorsi berseru marah, "Hei jelek! Siapa yang kau kasihani?!"
Baik itu Baam dan Khun, keduanya mengabaikan orang lain saat mereka masih saling menatap. Satu menatap dengan keras kepala dan jelas tidak ingin mengubah idenya, dan yang satunya lagi menatap dingin menuntut agar semuanya di akhiri dengan cepat.
Khun menghela nafas pelan, mengangguk saat dia menatap Baam dingin. "Baik, tapi apa jaminan kalau ini bukanlah jebakan untuk menangkap ku?"
Mata emas itu jelas bersinar bahagia, tapi wajah Baam masih datar khas seorang Slayer Jyu Viole Grace. "Kau bebas mau melakukan apapun yang menurutmu aman,..."
Zriing
Ucapan Baam belum selesai saat selusin senjata tajam mucul di udara kosong disekitarnya. Mengancam akan menusuknya hingga tubuhnya dipenuhi lubang kapanpun itu siap. Mata emas itu bergeser melihat asal semua senjata yang mengelilinggi. Melihat itu berasal dari suatu inventaris armor mewah yang berada di sekitar Khun.
"Bajingan! Apa yang kau lakukan?!" teriak Hatz baru saja akan menarik pedangnya saat Baam mengangkat tangan agar dia berhenti.
Khun memiliki seringai puas di parasnya, "Suka dengan armor baru ku? Zahard sangat prihatin dengan pengalamanku ditangkap oleh FUG sehingga dia dengan murah hati meng-upgrade armor pemberian ayahku. Sungguh sangat indah daripada sebelumnya."
"Jadi," Kembali pada Baam, mata kobalt itu berkilat dingin. "Ayo kita ke tempat yang lebih pribadi kurasa."
.
.
.
TBC~
23 Juni 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro