[10]
***
Baam menatap kosong pemandangan di luar kapal. Kota-kota metropolitan di bawah sana nampak berkilau dengan cahaya lampu yang gemilang, membuat bias cahaya di langit malam buatan administrator lantai.
Beberapa alat transportasi nampak melintas di atas kota. Membawa garis cahaya seiring cepatnya mereka bergerak.
"Kita sudah sampai, ayo." Hwaryun bangkit berdiri. Dengan langkah anggun menuruni kapal saat dia melipat kedua lengannya di depan dada. Matanya menelusuri tempat pendaratan mereka dengan pandangan acuh sebelum kemudian mengambil jalan.
Baam mengikuti dalam diam. Dia tidak pernah mempertanyakan jalan yang dipilihkan oleh Hwaryun padanya. Baam percaya pada Hwaryun. Setidaknya Baam mencoba untuk terus percaya.
Hwaryun tahu Baam sudah mulai menutup diri. Baam mulai tidak mempercayai seseorang dengan mudah. Sejak pengkhianatan Khun di Sarang, Baam mulai meragukan semua orang. Bahkan walau Baam tidak mengatakan itu dengan keras, Shibisu dan yang lain merasakan kewaspadaan Baam terhadap mereka. Mereka tentu tidak suka, tapi mereka juga tidak bisa menyalahkan Baam.
Pertama kali dia dikhianati oleh wanita yang dia anggap sebagai saudara nya sendiri, dan pengkhianatan itu bahkan tidak sekali dua kali. Lalu setelah banyak pengkhianatan terjadi, saat semua orang berpikir Baam tidak akan mengalami pengkhianatan lagi karena Baam sudah tidak terpaku pada Rachel lagi. Sebuah kejutan datang bukan hanya mengejutkan Baam. Shibisu dan Endorsi juga terkejut.
Khun mengkhianati Baam. Itu adalah sesuatu yang tidak pernah mereka pikirkan sebelumnya. Bahkan itu adalah sesuatu yang mustahil untuk terjadi saat mengingat bagaimana Khun sangat mempedulikan Baam. Tapi itulah yang terjadi. Khun mengkhianati Baam, sejak awal hingga akhir itu adalah kebohongan.
"Yo Baam, lama tidak jumpa." Shibisu melambaikan tangannya, menyapa Baam. Disamping nya ada Hatz yang hanya mengangguk acuh sebagai sapaan.
"Halo Tuan Shibisu, Tuan Hatz." Balas Baam menyapa seadanya.
"Kita sudah tidak bertemu lebih beberapa tahun. Kau benar-benar tampak berbeda seakarang." Shibisu menatap Baam mengukur, melihat bagaimana tubuh tegap sang Irregular di balut setelan jas berwarna hitam dengan dasi merah tampak begitu tampan. "Hm, kau menjadi semakin tampan seiring waktu berlalu."
Baam tersenyum kecil, "Kau juga Tuan Shibisu, setelan itu cocok untuk mu."
Mengibaskan tangannya acuh, wajah Shibisu meringis saat mendengar pujian dari Baam. "Penilaian dari Endorsi dan Hatz sudah menyadarkan ku, kau tak perlu berbohong untuk itu Baam."
Baam, "Aku jujur, walau memang kau lebih cocok memakai jersey"
"Ugh, sudah ku duga." Shibisu mengepalkan telapak tangannya di dekat dada, bertindak seakan dia telah sakit di tempat yang tak terduga, begitu dramatis. Hatz memukul kepala Shibisu saat dia menegur, "Sudahlah, acaranya akan segera dimulai. Ayo masuk."
Itu adalah sebuah pesta besar yang diadakan suatu perusahaan besar dimenara atas peluncuran produk baru mereka. Banyak orang terkenal dari kalangan datang untuk memperluas bisnis mereka. Baam datang kali ini juga untuk kesepakatan bisnis. Salah satu ranker yang hadir di pesta kali ini adalah seorang pengusaha yang kaya dan juga terkenal eksentrik akan uang. Selain dari itu dia juga merupakan penjual informasi yang terpercaya. FUG ingin Baam membeli informasi dari ranker ini.
Shibisu dan Hatz berada disini adalah karena keberadaan seorang Putri yang mengatakan dia butuh pengawal namun malah meninggalkan kedua lelaki itu di tengah pesta. "Dasar Endorsi, kemana sih pergi nya dia." Gerutu Shibisu geram namun jelas khawatir.
Hwaryun juga sudah menghilang entah kemana. Jadi Baam bergabung dengan Shibisu untuk mencari Endorsi. Keduanya berkeliling di aula yang luas mencari Endorsi di antara semua orang kaya yang memakai pakaian bermerek dan Baam berpikir dia bisa mendengar suara rengekan dompet Shibisu.
Terlepas dari beberapa tatapan yang ingin tahu dari para orang kaya yang mengetahui identitas Baam. Tidak ada yang berani untuk benar-benar menghampiri dan berbicara. Setidaknya itu berlaku untuk para tetua, tidak untuk anak-anak muda. Baam, Shibisu dan Hatz tengah berhenti sejenak mengambil minuman saat beberapa gadis datang menghampiri.
Mereka cantik dan memukau. Sekali lihat juga jelas kalau mereka adalah Putri dari 10 Keluarga yang ikut datang menemani tetua mereka.
"Hai, kau pasti Jue Viole Grace."
"Kau terlihat sangat tampan, berbeda dengan apa yang kami bayangkan."
"Aku mendengar kau,..."
Hatz memiliki ekspresi bermasalah di wajahnya. Beberapa dari gadis ini juga ikut mengajaknya berbicara yang mana Hatz sama sekali tidak berminat. Shibisu disisi lain tersingkir kesamping, membuat pemuda berjerawat itu meneteskan air mata dalam diam.
Terlepas dari tanggapan Baam yang sopan namun jelas menyiratkan mengusir para gadis yang mengerumuninya, dan juga sikap cuek dan acuh Hatz. Para gadis itu sama sekali tidak tampak mempermasalahkan dan bertindak seakan mereka tidak menangkap usiran halus yang di berikan. Mereka tetap kukuh disana mengajak kedua pria itu untuk berbicara berbagai topik dan dengan cepat berlaku seakan mereka adalah teman akrap.
"Maaf nona, itu tidak pantas." Baam melepaskan genggaman tangan seorang gadis di lengannya saat dia menolak secara halus.
"Kau begitu sopan untuk ukuran seorang Slayer. Apa kau memiliki waktu nanti? kita bisa bersama untuk saling mengenal lebih dalam." Ujar gadis itu dengan senyum penuh arti. Baam baru saja akan menolak saat suara merdu seorang gadis terdengar membentak.
"Jalang! Apa yang kalian lakukan bersama dengan pria-pria ku!"
"Siapa yang kau panggil jalang?! apa kau ti-..."
Ucapan gadis itu tidak terselesaikan saat dia menoleh menatap siapa yang datang. Endorsi dengan gaunnya hijaunya yang mewah dan riasannya yang anggun tampak begitu cantik dan mempesona. Menatap sekumpulan gadis di sekitar Baam dan Hatz dengan tatapan merendahkan.
"Siapa aku? Apa aku perlu memecahkan kepalamu untuk memasukkan informasi tentang siapa aku? Pergi kalian jalang!" ucap Endorsi penuh dengan udara sombong.
Shibisu segera bergabung kembali, berdiri diantara Hatz dan Baam. "Endorsi, kemana saja kau? Kami mencari mu kemana-mana."
Endorsi mengambil segelas wine yang ditawarkan oleh pelayan, "Aku bertemu dengan sekelompok paparazzi lagi. Mereka menanyakan terlalu banyak hal jadi sangat susah untuk kabur."
Hatz, "Bukankah kau bisa menghajar mereka untuk kabur seperti yang biasa kau lakukan."
"Aku juga berniat begitu, tapi mereka adalah orang-orang dari perusahaan berita ternama milik salah satu 10 Keluarga. Yuri akan membunuhku jika aku membuat masalah lagi." Endorsi meneguk wine nya saat dia kemudian menoleh, menatap Baam dengan senyum menggoda di wajahnya.
"Baam, lama tidak jumpa." Sapa Endorsi saat dia meletakkan gelas wine di atas meja. Memeluk Baam erat setelahnya. "Kau menjadi begitu terkenal dan tampan, aku khawatir pacar-ku ini akan di embat jika aku tidak berhati-hati."
"Nona Endorsi, aku tidak berpikir itu adalah hal yang baik untuk kau ucapkan." Nasihat Baam saat dia melepaskan pelukan Endorsi. Baam baru saja akan mendorong Endorsi untuk memberi jarak yang cukup sopan saat Endorsi berkata. "Dia datang."
Baam membeku sejenak sebelum kembali mendorong Endorsi, "Siapa yang datang? Putri Yuri?"
"Kau tahu siapa yang aku maksud." Endorsi mengusap cincin permata yang menghiasi jemarinya. Endorsi membiarkan Baam terdiam sementara dia menyapu pandangannya ke semua arah. Dia kemudian menunjuk ke pintu masuk aula. "Itu dia."
Baam tanpa sadar mengikuti. Di sana ada begitu banyak orang berkumpul. Tampak memberi selamat pada seseorang yang begitu penting. Suara bernada pujian terdengar saling menyahut sebelum kemudian itu berhenti, kerumunan orang itu terbelah memberi jalan agar tamu yang baru datang bisa memasuki ruang pesta.
Jantung Baam berdetak keras, berpikir mungkin saja Shibisu dan yang lain bisa mendengarnya. Khun berada disana, dalam setelan jas biru gelap membalut tubuh rampingnya dengan kemeja putih dan dasi biru berlambangkan keluarga Khun. Rambut biru es miliknya dibiarkan terurai jatuh hingga pinggang, tampak berkilau dibawah cahaya mengalahkan kilau perhiasan orang lain.
Dia berpakaian jauh lebih sederhana jika dibandingkan dengan semua tamu lainnya. Tapi dia tampak yang paling memukau dan elegan di ruangan itu.
Senyum yang akrap menghiasi paras rupawan lelaki itu saat dia berbicara dengan orang disampingnya. Di belakang Khun juga ada Novick, dan mungkin karena kejadian beberapa waktu lalu, Ran juga ikut menemani Khun kali ini.
"Itu Marshal Khun, dia ternyata benar-benar datang."
"Hei bukankah Slayer FUG juga ada disini?"
"Ya itu dia, bersama Putri Endorsi."
"Wah bukankah kalau begini akan ada berita baru bagi pihak pemberitaan. Kalian bisa untung besar kalau mendapatkan gambar yang bagus."
"Hehe, kau ingin mengungkap kebenaran rumor lalu. Berhentilah mencari perkara."
"Perusahaan ku membutuhkan berita baru. Topic tentang Putri Zahard tercantik dan idol-idol itu sudah mulai ketinggalan."
Berbagai bisikan terdengar. Ada yang berupa pujian dan ada yang berupa gunjingan. Para pengusaha ini yang tidak mengetahui bagaimana keadaan di medan perang sebenarnya, ada yang cerdas dan memilih menjaga mulutnya, sementara yang ceroboh melontarkan beberapa komentar yang agak kotor.
"Marshal jauh lebih cantik dari yang aku kira, wajar kalau orang lain ingin menyentuhnya. Bahkan walau itu mantan sahabatnya sendiri."
"Kau benar, aku sebelumnya hanya berpikir itu karena aku melihatnya dari foto yang sudah di edit. Ternyata dia lebih bagus di dilihat dari kenyataan."
"Haa, andai dia bukan Marshal ataupun anggota 10 Keluarga, dia pasti akan sangat bagus menjadi boy toy."
"Hush, jaga ucapanmu! Kau ingin mati?"
"Aku serius, kau sendiri harus mengakui. Dia jauh lebih bagus dari boy toy milikku, ini sangat memberatkan."
Baam mengepalkan kedua tinjunya di sisi tubuh. Wajahnya tenang tapi emosinya mengancam akan meledak mendengar semua komentar kotor orang-orang ini. Shibisu disisi lain meminum minumannya cepat dan meletakkan cangkirnya sedikit keras namun tidak menarik perhatian orang banyak karena semua fokus ada pada Khun sekarang.
"Huh! Mulut mereka begitu kotor. Jika saja mereka tahu betapa mengerikannya Khun yang sebenarnya, apakah mereka masih akan bisa terus berbicara seperti itu?" ejek Shibisu marah.
Endorsi mengangkat bahu acuh, "Tapi mereka ada benarnya, kenapa bajingan itu bisa begitu berkilau? Apa yang dia berikan pada rambutnya sampai nampak begitu lembut dan mewah?"
Hatz mendengus, "Anting-anting tukang solek."
Khun disisi lain mendengar semua bisikan buruk padanya, tapi dia tidak mengatakan apapun tentang itu. Dia hanya dengan senyum palsu menanggapi sikap menjilat beberapa pengusaha ini saat Ran menarik tangannya sedikit. Mengikuti isyarat Ran untuk melihat kearah tertentu, Khun mendapati empat orang mantan rekan lamanya.
Khun menyapa mereka dengan seringai sombongnya yang khas.
.
.
.
Tbc~
Aku sangat berterima kasih untuk semua orang yg menyukai ff satu ini walau aku sebenarnya membuat ini hanya sebagai selingan, benar2 terima kasih untuk semua readers yg ada.
Tapi aku mau bilang lagi, kalau ff ini slow update karena aku lebih fokus ke ff yg satu lagi. Jadi tolong harap maklumi dan tolong bersabar untuk itu.
06 May 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro