Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3. Dunia Lain

Sudah berapa lama waktu berlalu?

Benar, sudah tiga belas tahun sejak kejadian itu. Setelah lulus dari SMP, ia dan Han Sooyoung melanjutkan ke sekolah yang berbeda, menempuh jalan hidup yang berbeda, dan mencapai tujuan yang berbeda. Yoo Joonghyuk ingin menjadi pro-gamer, dan cita-cita ini tidak pernah berubah sedari kecil hingga sekarang. Han Sooyoung ingin menjadi seorang penulis, menerbitkan banyak karya hingga diadaptasi ke manhwa dan drama.

Dan sejak itu juga, mereka tidak pernah berhubungan lagi seperti dulu.

"Mengapa kau terlihat terkejut? Tidak pernah mengira kita akan bertemu lagi?" Han Sooyoung berkata sinis ketika melihat ekspresi Yoo Joonghyuk yang menurutnya sangat lucu. Hampir satu setengah dekade ia tidak bertemu orang ini, sekalinya bertemu bukannya menangis haru, malah dengan bodohnya tercengang di tempat seperti melihat hantu.

Tidak, Yoo Joonghyuk tidak mungkin akan menangis. Jika orang ini menangis, Han Sooyoung akan meragukannya, berpikir bahwa Yoo Joonghyuk pasti dirasuki arwah penasaran yang cengeng.

" … Aku tidak menyangka kau masih hidup." Yoo Joonghyuk dengan cepat memulihkan ekspresinya dan membalas perkataan Han Sooyoung. Kenyataannya, ia benar-benar tidak menyangka akan bertemu dengan Han Sooyoung lagi. Jauh dalam ingatannya, hanya ada sosok gadis kecil yang galak dan kejam terhadap semua orang. Sekarang, gadis kecil itu tumbuh menjadi wanita dewasa di depannya; sudah pasti ia akan terkejut.

"Seperti biasa, mulutmu minta dihajar, ya?" Urat nadi kekesalan terukir di pelipis Han Sooyoung, namun ia mendengkus kasar ke samping alih-alih menghajar Yoo Joonghyuk seperti yang ia katakan. "Yah, bagaimana pun itu, senang melihat seseorang yang akrab di situasi seperti ini."

Han Sooyoung benar. Adalah hal yang membahagiakan ketika bertemu seseorang yang kau kenali selama berada di tempat yang asing. Orang yang akrab bisa menenangkan emosi gelisah akibat waspada terhadap lingkungan tak dikenal, juga mampu menghibur diri karena merasa ada seseorang yang bisa diandalkan. Walau Yoo Joonghyuk enggan mengakuinya, tapi setelah melihat Han Sooyoung, tanpa sadar bahunya yang tegang sejak bertemu Raja Dokkaebi lebih rileks kali ini.

Seperti Yoo Joonghyuk yang mengevaluasinya, Han Sooyoung juga memperhatikan pria di depannya. Model rambutnya tidak pernah berubah, mungkin karena keinginan 'orang itu' sehingga ia tidak pernah mengganti penampilannya. Ada handuk di bahunya, tampaknya ia baru keluar dari kamar mandi sebelum dipanggil ke dunia ini. Badannya terbalut kaos hitam lengan panjang yang dilipat sampai siku, begitu juga dengan celana khaki berwarna biru dongker. Yang paling menarik adalah kantong mata hitam di bawah matanya, seakan pria ini belum tidur selama seminggu penuh.

Han Sooyoung kira-kira bisa menebak alasan dibalik mata panda itu. "Kau masih dihantui masa lalu, ya?"

Mendengar itu, Yoo Joonghyuk tersentak kaget. Sudah jelas, Han Sooyoung tahu hal ini karena ia mengalami hal yang serupa. Tapi, tidak seperti Yoo Joonghyuk, Han Sooyoung dengan cepat keluar dari perasaan itu. "Jangan seperti ini, dia tidak akan senang melihat situasimu sekarang."

Yoo Joonghyuk sangat mengerti siapa yang Han Sooyoung maksud dengan 'dia'. Orang yang telah menghantuinya dalam mimpi selama tiga belas tahun ini, orang yang ia saksikan kematiannya tepat di depan matanya, orang yang berkata akan selalu berada di sisinya … Dan orang yang paling ia benci dalam hidup ini.

"Tidak perlu mengungkit orang yang sudah tiada." Yoo Joonghyuk bangkit berdiri dan berjalan ke luar ruangan, meninggalkan kalimat terakhir, "Masa lalu biarlah berlalu."

Han Sooyoung menyaksikannya pergi dengan tenang, kemudian mengembuskan napas lelah.

"Kau berkata seperti itu, tapi faktanya, kau tidak bisa lepas dari masa lalu."

***

Di luar ruangan, Yoo Joonghyuk jatuh bersandar pada dinding. Ia memejamkan matanya, berusaha melupakan kenangan berdarah yang masih segar dalam ingatannya. Tangannya mengusap kasar wajahnya sebagai pelampiasan, disertai dengan embusan napas yang menyertai kelelahan seluruh tubuh.

"Apa Anda butuh sesuatu?" Salah seorang Dokkaebi datang mendekatinya begitu melihat wajah frustrasi yang ditunjukkan Yoo Joonghyuk.

" … Di mana kamarnya? Aku lelah." Itu bukan alasan, Yoo Joonghyuk benar-benar merasa lelah. Dan seharusnya Seoul sudah malam sekarang, waktu di mana manusia akan pergi tidur.

Yoo Joonghyuk tidak tahu apa malam ini―di tempat yang berbeda―bisa tidur nyenyak. Jika tidak, ia akan bertanya apakah ada obat tidur di dunia ini.

Dokkaebi mengantarnya ke kamar. Melihat ruang di dalamnya, Yoo Joonghyuk tertegun di ambang pintu. Ruang kamar ini seluas ruang kelasnya semasa kuliah dulu. Ada kasur king-size di tengah ruangan, dengan karpet lembut menyelimuti lantai, serta almari besar dengan banyak pintu di sisi dinding kamar. Lampu gantung di langit-langit kamar terbuat dari batu bercahaya, mirip dengan yang ada di altar pemanggilan. Berhadapan dengan pintu masuk, ada jendela kaca dari lantai hingga langit ruangan, tertutup oleh tirai putih tipis tertiup angin dari luar.

Yoo Joonghyuk berjalan ke jendela yang juga berfungsi sebagai pintu balkon. Sejauh mata memandang, ada hamparan rumput luas dengan beberapa tanaman bunga yang dirawat dan dipangkas dengan rapi. Dinding―yang entah terbuat apa―dibangun sangat jauh, sehingga Yoo Joonghyuk tidak bisa memastikan berapa ketinggiannya. Di langit biru, awan-awan putih berkumpul dan berlalu pergi tertiup angin, burung-burung berkicau berkelompok, dan serangga terbang menghampiri putik bunga.

Tampaknya tidak jauh berbeda dengan lingkungan alam di bumi; itulah yang akan dipikirkan Yoo Joonghyuk jika ia tidak melihat seekor naga hitam terbang melintas di atasnya dengan sangat cepat.

Tidak, Yoo Joonghyuk tidak salah lihat. Ada naga besar dengan sisik hitam terbang di atasnya!

" … Naga?"

"Oh, itu seharusnya Tuan <Abyssal Black Flame Dragon>, naga yang tinggal di Jurang Terdalam yang berada di perbatasan Benua Hitam."

Dokkaebi yang mengantarnya menjelaskan begitu melihat keberadaan naga itu. "Biasanya dia akan keluar dari jurang sekali dalam setahun untuk jalan-jalan. Sepertinya, kemunculannya hari ini untuk menyambut kedatangan para pahlawan dari dunia lain."

… Apakah naga di dunia ini memiliki banyak waktu luang? Keluar untuk jalan-jalan? Memangnya dia sedang melakukan tur wisata sekolah? Yoo Joonghyuk tidak habis pikir dengan kehidupan makhluk di dunia ini. Sama seperti semua ras Benua Putih menghabiskan waktu tiga ratus tahun lamanya hanya untuk memanggil pahlawan, tidakkah mereka pernah memikirkan konsekuensinya? Apa yang akan terjadi jika ritual pemanggilan gagal? Bukankah semua usaha tiga ratus tahun ini jadi sia-sia?

Tidak mungkin untuk menanyakannya.

Yoo Joonghyuk menatap diam pada sosok naga yang berputar di langit sebelum mendarat di halaman yang luas. Seiring kaki belakangnya yang menapak tanah, tubuhnya yang besar perlahan menyusut hingga menyerupai manusia. Terlihat masih muda―sekitar lima belas tahun―dengan rambut hitam lebat yang tumbuh menutupi matanya. Pakaiannya sangat sederhana, hanya berupa jubah hitam yang terlalu panjang hingga tangannya tertutup dan kain di bawahnya menyapu tanah.

"Itu hanya wujud manusianya. Sejatinya, dia berusia lebih dari lima ribu tahun." Terima kasih atas penjelasan Dokkaebi di sampingnya, Yoo Joonghyuk bisa menghindari beberapa kecurigaan; seperti usia naga yang tampaknya masih muda.

Sosok Raja Dokkaebi datang dari dalam, mendekati naga berwujud manusia seakan menyambut kedatangannya. Karena dipengaruhi jarak, Yoo Joonghyuk tidak bisa mendengar percakapan mereka, tapi ia tidak pernah melepas pandangan dari keduanya.

Mungkin karena merasakan tatapan Yoo Joonghyuk, naga berwujud manusia itu menoleh ke atas. Ekspresi terkejut melintas di wajahnya, lalu tangannya yang tertutup jubah terangkat; isyarat menyapa seseorang.

"Sepertinya Tuan <Abyssal Black Flame Dragon> menyapa Anda, Tuan Pahlawan." Dokkaebi di sampingnya masih saja berbicara.

Dengan ragu, Yoo Joonghyuk mengangkat tangannya sebagai balasan. Naga berwujud manusia itu terlihat antusias dan melompat-lompat di tempat dengan kedua tangan melambai.

… Naga dengan mental anak-anak. Yoo Joonghyuk yakin itu.

"Tuan Pahlawan, Tuan <Abyssal Black Flame Dragon> tampaknya menyukai Anda."

"Pertama, jangan panggil aku 'Tuan Pahlawan'. Kedua, bisakah kau pergi? Aku ingin beristirahat." Sudah cukup dengan istilah 'pahlawan' dan penjelasan yang tidak perlu dari Dokkaebi yang satu ini. Yoo Joonghyuk merasa tubuhnya semakin lelah hanya dengan mendengarnya.

Dokkaebi menundukkan kepalanya yang bahkan tidak bisa dibedakan dengan badannya, kemudian terbang mundur keluar kamar seraya menutup pintu. Menyaksikannya menghilang di balik pintu, Yoo Joonghyuk menoleh untuk melihat situasi di halaman lagi, tapi secara mengejutkan sosok naga berwujud manusia―yang seharusnya berada jauh di sana―entah sejak kapan berdiri tepat di depannya. Tidak, bukan berdiri, melainkan melayang di luar pagar balkon.

Sejak kapan ... ? Yoo Joonghyuk reflek mengambil langkah mundur, mencoba membuka jarak di antara keduanya. Muncul di dekatnya tanpa suara sudah membuktikan betapa berbahayanya makhluk di depannya ini. Memasang sikap waspada, ia bertanya, "Ada perlu apa denganku?"

Naga berwujud manusia itu meletakkan jari telunjuk di dagunya dan memiringkan kepalanya dengan ekspresi bingung. [Bukannya kau yang 'ada perlu apa denganku'?]

Suara yang terdengar seperti gema memasuki telinga Yoo Joonghyuk, membuat jantungnya berdetak lebih cepat.

Mungkin itu salahnya karena menatap makhluk di depannya terlalu lama. Yoo Joonghyuk menenangkan dadanya yang bergemuruh, lalu mundur perlahan ke dalam kamar.

Ketika pintu kaca balkon ditutup, samar-samar Yoo Joonghyuk mendengar makhluk itu bergumam nyaris berbisik.

[Kau sedikit berbeda dari―]

Sayangnya, pintu balkon yang sepenuhnya tertutup memotong kata-kata itu. Tepat saat itu juga, sosok naga berwujud manusia menghilang dari tempatnya. Karena sekarang dunia fantasi, Yoo Joonghyuk bisa memperkirakan apa yang naga itu lakukan semacam teleportasi … atau mungkin lebih tepatnya sihir berpindah tempat.

Setelah menunggu selama sepuluh menit untuk memastikan naga itu tidak akan muncul lagi, Yoo Joonghyuk mengembuskan napas lega. Ia meraba lengannya yang berkeringat dingin dengan kesal, perasaan takut seperti ini sangat menjengkelkan. Untuk kedua kalinya, Yoo Joonghyuk merasa dirinya sangat lemah.

Dan ia benci rasa lemah ini.

Yoo Joonghyuk menatap telapak tangan kanannya yang memiliki bekas luka goresan melintang, terlihat sangat mencolok dari garis telapak tangan yang tampak samar-samar. Ia telah memiliki bekas luka ini selama tiga belas tahun, dan bekas luka ini yang akan selalu mengingatkannya kembali ke tragedi yang menghantui mimpinya setiap tidur. Bekas luka yang ditinggalkan oleh 'orang itu', juga bekas luka yang terus mendorongnya maju untuk tetap hidup seperti kata 'orang itu'.

Tangan itu dikepalnya dengan kuat, seakan memegang janji yang takkan ia ingkari.

"Aku harus menjadi lebih kuat."

Bukankah sekarang ia berada di dunia pedang dan sihir? Maka ia akan menjadi lebih kuat dengan cara dunia ini.

***

"Tidak seperti biasanya, Anda mendekati seseorang yang belum Anda kenal sepenuhnya," ucap Raja Dokkaebi begitu melihat kedatangan naga berwujud manusia seusai bertemu muka dengan salah satu pahlawan yang dipanggil.

Naga yang hidup dalam kesendirian di Jurang Terdalam tidak akan pernah mengizinkan siapa pun mendekatinya, bahkan Raja Dokkaebi harus mengambil beberapa jarak agar terhindar dari serangan api hitam yang tak bisa dipadamkan; sihir khas milik naga tertua ini. Tapi sekarang, <Abyssal Black Flame Dragon> mendekati seseorang―orang itu masih hidup dan naga itu sendiri yang mengambil inisiatif? Jika Raja Dokkaebi menceritakan apa yang ia lihat ini pada orang lain, mereka pasti tidak akan percaya.

<Abyssal Black Flame Dragon> berjalan mendahului Raja Dokkaebi seolah-olah dirinyalah penguasa di tanah ini. Mendengar pertanyaan Raja Dokkaebi, <Abyssal Black Flame Dragon> dengan mudah menjawab, [Manusia itu hanya mengingatkanku pada seseorang.]

"Maafkan kelancang saya yang berani bertanya, tapi siapa orang yang Anda maksud?" Raja Dokkaebi masih tidak menyerah untuk mendapatkan informasi dari makhluk tertua di dunia ini. Naga di depannya telah menyaksikan berbagai hal sepanjang hidupnya sebelum memutuskan untuk mengurung diri di Jurang Terdalam tiga ratus tahun lalu. Singkat kata, <Abyssal Black Flame Dragon> setara dengan buku sejarah berjalan di matanya.

[Siapa dia? Apa kau sangat ingin mengetahuinya?] Langkah <Abyssal Black Flame Dragon> berhenti. Beruntung Raja Dokkaebi tepat waktu berhenti dengan jarak aman, atau tidak ia akan hangus terbakar api hitam.

"Bila Yang Mulia mengizinkan, mohon beritahu hamba jawabannya." Raja Dokkaebi benar-benar merendahkan diri di bawah tatapan naga berwujud manusia. Seandainya Yoo Joonghyuk ada di sini, ia akan tahu kalau Raja Dokkaebi tidak bersungguh-sungguh merendahkan dirinya. Raja Dokkaebi melakukan itu semata-mata untuk mendapatkan jawaban, namun dirinya tidak benar-benar merasa lebih rendah dari naga hitam di depannya.

Jika Yoo Joonghyuk bahkan tahu hal ini, apalagi <Abyssal Black Flame Dragon> yang telah bertemu banyak makhluk serupa? Tapi, ia terlalu malas untuk meladeni orang semacam ini. Toh, apa keuntungan baginya mengurus mereka yang repot-repot melakukan hal menjijikkan seperti menjilat kaki orang lain?

Dengan santai ia melempar jawabannya. [Orang itu … tentu saja bajingan yang menciptakan Celah Dunia.]

Tapi di telinga Raja Dokkaebi, jawaban itu bagaikan bom yang meledak di pikirannya.

Celah Dunia. Dua kata penuh makna bagi orang-orang tertentu di dunia <Star Stream>. Hanya mendengar kata ini saja membuat punggung Raja Dokkaebi dipenuhi keringat dingin.

Sepertinya ia telah menyentuh hal yang sangat tabu.

"Saya bersumpah atas nyawa saya untuk tidak mengatakan hal ini pada siapa pun."

<Abyssal Black Flame Dragon> berbalik dengan tak acuh, meninggalkan kalimat dingin pada pria tua di belakang punggungnya.

[Baguslah jika kau memahami posisimu.]

•••

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro