Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1. Dunia Lain

Suara ketukan jari pada keyboard terdengar memenuhi ruangan. Setiap tombol yang ditekan membuat karakter dalam layar PC bergerak sesuai kata kunci yang diberikan. Karakter game bergerak gesit menghindari serangan lawan, kemudian mengeluarkan teknik yang langsung membuat musuh mati seketika. Tulisan "You Win" tertera di layar disertai dengan musik kemenangan, namun Yoo Joonghyuk tidak lagi menaruh pandangan pada layar komputer.

Ia menatap jendela kamarnya yang dipenuhi titik-titik air hujan. Karena ruang kamarnya didesain kedap suara―untuk mencegah suara dari luar ruangan masuk saat melakukan live streaming―ia tidak bisa mendengar suara hujan yang entah sejak kapan mengguyur kota Seoul. Jam di dinding menunjukkan hari sudah sore, waktunya untuk menyiapkan makan malam.

"Live hari ini sampai di sini dulu," ucapnya pada mikrofon yang tergantung di atasnya. Jika kamera diatur pada sudut tertentu, mikrofon itu tidak akan terlihat di layar.

Di sudut layar komputer, ada barisan panjang dari obrolan penonton yang sedang menonton live-nya.

"Kapan live lagi? Mungkin lusa, tergantung suasana hatiku." Yoo Joonghyuk berkata seraya melihat kotak obrolan yang muncul tanpa jeda. Ia hanya bisa menjawab pertanyaan yang sempat terlihat olehnya, karena begitu banyak penonton yang mengekspresikan perasaan mereka di live chat, membuat kotak obrolan terus bergulir cepat.

"Apa game selanjutnya? Aku pikir akan bermain PUBG atau DOTA 2 nantinya.

"Event? Tidak tertarik membuat event.

"Kapan lanjut main Genshin? Aku tidak akan lanjut main, terlalu malas gacha.

"Game horor? Akan aku pertimbangkan lagi."

Yoo Joonghyuk menjawab pertanyaan satu persatu. Ketika melihat waktu menunjukkan pukul lima tepat, ia segera berkata, "Akhiri di sini." Lalu kamera dimatikan tanpa menunggu tanggapan dari penonton. Ia keluar dari game dan ruang live, mematikan komputer, dan merenggang tubuhnya yang kaku setelah duduk di kursi selama kurang lebih dua jam.

Layar PC yang hitam memantulkan sosoknya yang lelah. Dengan langkah gontai, ia berjalan ke kamar mandi. Kran wastafel dibuka dan air hangat mengalir melalui sela-sela jarinya. Yoo Joonghyuk membasuh wajahnya untuk menghilangkan penat. Di cermin, tampaklah kantong mata panda, yang sebelumnya ia sembunyikan menggunakan alas bedak warna kulit, membuat wajahnya terlihat tidak sehat. Ini bukan kali pertama Yoo Joonghyuk memiliki mata panda―bahkan sampai adiknya, Yoo Mia, membelikannya bedak kulit khusus untuk dirinya sendiri.

Dengan handuk di leher, Yoo Joonghyuk pergi ke meja untuk mengambil ponselnya. Tepat di samping ponsel, ada sebuah bingkai foto yang memiliki retakan pada kacanya. Melihat foto ini, Yoo Joonghyuk terdiam membisu sejenak.

Ada tiga orang terpotret di dalamnya; dengan serasi mengenakan seragam SMP yang sama. Ia masih ingat foto ini diambil saat penerimaan siswa baru. Di sisi kanan, terdapat sosoknya yang masih berusia tiga belas tahun, sedang berdiri dengan malas tanpa memandang ke arah kamera. Di sisi kiri, ada sosok gadis kecil berambut hitam pendek sedang memakan permen lemon. Dan di tengah keduanya ... sosok anak laki-laki tersenyum ke arah kamera dengan kedua tangannya merangkul dua anak di sampingnya.

Retakan kaca berada tepat di depan wajah anak laki-laki itu.

Anak itu terlihat secerah bintang. Tapi, di mata Yoo Joonghyuk, hanya ada warna merah yang memenuhi wajah anak itu. Merah cerah yang mengalir dari kepala hingga kaki tampak hidup, seakan-akan sosok anak itu benar-benar muncul di depannya.

【Joonghyuk.】

Bahkan Yoo Joonghyuk bisa mendengar suara anak itu memanggil namanya.

Mata hitam itu menatapnya dengan kosong. Tangannya yang bengkok terulur ke arahnya, berusaha untuk meraih sudut pakaiannya yang terlalu jauh untuk digapai.

【Tetap ... hidup.】

Tok tok tok

Suara ketukan pintu menyadarkannya kembali ke realitas. Yoo Joonghyuk memegang kepalanya yang sakit, mendapati dirinya telah basah karena keringat dingin. Matanya memandang sekitar, mencoba meyakinkan diri dengan fakta bahwa ia masih berada di kamar tidurnya sendiri. Tidak ada bercak darah, tidak ada tubuh yang bengkok, dan tidak ada ... anak itu.

Pandangan Yoo Joonghyuk beralih ke foto di atas meja. Wajah anak itu masih menunjukkan senyum bahagia, membuatnya tanpa sadar mengembuskan napas lega.

Benar, itu hanya masa lalu. Semua yang sudah berlalu biarlah berlalu. Sekarang, dirinya melangkah ke masa depan, meraih impian yang selama ini ia cita-citakan.

Tapi, mengapa masih terbesit perasaan bersalah di dalam hatinya?

"Oppa, kau baik-baik saja?" Terdengar suara Yoo Mia dari luar pintu. Mungkin karena ia tidak kunjung mendapat tanggapan dari dalam sehingga ia bertanya.

Yoo Joonghyuk merapikan kondisi pikirannya yang masih berkecamuk―bersiap untuk menjawab, namun cahaya yang muncul tiba-tiba membuatnya tersentak kaget. Sebuah lingkaran dengan berbagai tulisan rumit―yang tidak bisa ia pahami―terukir di lantai yang tepat di bawah kakinya. Cahaya itu semakin menguat seiring dengan lingkaran berbentuk sempurna dan tulisan rumit mengisi seluruh lingkaran. Kemudian, tulisan-tulisan itu merangkak naik dari lantai ke kakinya seperti semut yang mengerumi makanan.

"Mia―"

Sebelum ia bisa selesai memanggil adiknya, cahaya yang membutakan mata menghalau pandangannya.

Yoo Mia, yang mendengar suara kakaknya, memutar kenop pintu. Ia membuka sedikit celah dan mengintip ke dalam. Bagaimanapun, kakaknya adalah orang yang sangat suka menjaga privasi.

"Oppa ... ?"

Tapi, ruang kamar itu kosong.

***

Yoo Joonghyuk merasa tubuhnya mengapung di kehampaan. Ia tidak bisa melihat apa yang terjadi pada dirinya saat ini; tangannya bergerak untuk meraba lingkungan sekitar, namun ia bahkan tidak bisa merasakan gerakan tangannya. Bukan hanya tangan, ia juga tidak bisa merasakan kakinya; rasanya seperti jiwanya dikeluarkan dari raga dan kini berada di ruang tertutup.

Tidak diketahui berapa lama waktu telah berlalu. Mungkin sudah sehari, seminggu, sebulan, atau bahkan setahun terlewati; Yoo Joonghyuk tidak bisa lagi menghitung jumlah hari di alam bawah sadarnya. Ketika berpikir ia akan terus terjebak seperti ini, ada arus hangat yang mengalir melewatinya. Arus hangat itu mengelilinginya, seakan ingin ia mengikuti arah mereka pergi. Yoo Joonghyuk tidak bisa mengendalikan dirinya untuk tidak pergi dan hanya bisa merasakan arus hangat itu membawa dirinya ke suatu tempat. Semakin dekat tempat itu, semakin kuat perasaan hangat di sekitarnya, dan Yoo Joonghyuk bisa merasakan ada tarikan yang menghisapnya seperti lubang hitam.

Detik berikutnya, ia bisa merasakan kakinya menapak tanah, tangannya juga bisa menyentuh lingkungan sekitar, dan cahaya memasuki matanya. Tapi, bukan ruang kamar yang akrab di ingatannya, melainkan ruangan luas dengan banyak ornamen emas dan perak terpajang di setiap dinding. Ada susunan batu bercahaya yang menggantung di langit-langit ruangan, serta berbagai lingkaran dan tulisan rumit yang pernah ia lihat sebelumnya menyelimuti seluruh lantai. Dan hal yang paling aneh dan tidak masuk akalーadalah kehadiran sekumpulan makhluk kecil berbulu terbang di sekitar ruangan, mengelilingi area di luar lingkaran.

Mereka bukan burung, lebih seperti boneka berbulu yang dimiliki oleh adiknya.

Makhluk kecil berbulu itu saling berbisik dan menatap ke arahnya, beberapa dari mereka juga menatap ke sisi yang lain. Yoo Joonghyuk mengikuti tatapan itu, menemukan seorang wanita yang terbaring di sampingnya dengan wajah terkejut. Tak jauh dari itu, ada orang lain yang juga dalam kondisi serupa, dimulai dari anak-anak hingga nenek tua. Pada dasarnya, di dalam lingkaran ini, Yoo Joonghyuk melihat orang-orang yang memiliki tatapan bingung dengan lingkungan sekitar.

Sepertinya mereka mengalami hal yang serupa. Alis Yoo Joonghyuk berkerut, bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi.

"Ini ... Apakah ini pemanggilan pahlawan legendaris yang sering terjadi di anime?!" Seorang remaja laki-laki tampak berseru dengan ekspresi setengah kaget setengah senang terlukis di wajahnya. Rambutnya putih mencolok, yang tampaknya dicat menggunakan pewarna rambut. Ada perban yang melilit tangannya, tapi Yoo Joonghyuk yakin remaja itu tidak terluka.

"Apa yang terjadi? Ada syuting film fantasi?" Orang lain menyerukan pendapatnya, berpikir bahwa apa yang ia alami adalah rencana program televisi untuk membuat film.

Semua orang saling berbicara dengan berbagai pandangan, bahkan ada dari mereka yang memarahi makhluk kecil di sekitar karena telah melakukan penangkapan tanpa hak asasi manusia.

"Semuanya, tenanglah. Tolong dengarkan saya." Pria lain mencoba untuk menenangkan orang-orang. "Saya akan berusaha untuk menghubungi mereka yang terkait dengan hal ini."

"Apa? Siapa kau?"

Pria itu menunjukkan lencananya. "Saya adalah tentara letnan satu yang bekerja di kamp 6502 saat ini."

Yoo Joonghyuk dengan tenang memandang orang-orang yang mengelilingi pria letnan satu itu, lalu pandangannya beralih pada makhluk kecil yang selama ini hanya diam memandang mereka. Makhluk-makhluk itu memiliki berbagai penampilan dan warna yang berbeda, tapi setidaknya mereka semua memiliki tanduk di atas kepala; walau jumlah tanduk juga berbeda.

"Hei, tidak ada sinyal!" Salah satu dari mereka mencoba untuk menghubungi seseorang dengan ponsel yang dibawa, namun mendapati ia tidak bisa menghubungi siapapun.

Mendengar itu, semua orang memeriksa ponsel mereka.

Yoo Joonghyuk menyalakan ponselnya, melihat waktu yang menunjukkan pukul setengah enam petang, tanggal-bulan-tahun yang sama dengan yang terakhir kali ia ingat, dan baterai yang tersisa enam puluh persen. Ada bar kosong dengan tanda silang merah di sudut kiri atas, membuktikan apa yang dikatakan orang itu benar.

Tidak ada sinyal di tempat ini.

"Selamat datang di dunia kami, para pahlawan dari dunia lain!" Sebuah suara terdengar di antara banyak makhluk kecil.

Tiba-tiba, makhluk-makhluk itu menyingkir ke samping, menciptakan sebuah jalan yang bisa dilalui satu orang. Seorang pria yang tampak berumur kepala empat berdiri di sana, berjalan mendekat seperti Musa membelah Laut Merah. Jubah putih dengan corak emas menutupi tubuhnya, beberapa ornamen yang memiliki lambang khusus terpasang di dadanya, dan tongkat di tangannya mengetuk lantai marmer seiring kakinya mengambil langkah. Namun ketika pria itu berdiri tepat di pinggir lingkaran, Yoo Joonghyuk menyadari bahwa pria itu bukan manusia. Ada tanduk yang menyerupai makhluk kecil berbulu tumbuh di kepalanya, menembus melewati rambut panjangnya yang hitam kecoklatan; bukti keberadaannya sebagai satu bagian dari makhluk-makhluk di sekitar.

"Pahlawan dunia lain! Seperti anime!" Remaja laki-laki itu masih belum menyerah berpikir demikian.

Mata merah pria itu melirik remaja itu dengan senyuman, seakan terhibur dengan ucapannya. "Benar, kalian adalah pahlawan dari dunia lain yang kami panggil melalui ritual pemanggilan."

"Hei! Tidakkah ini hanya syuting film? Mana sutradara? Aku ingin mengajukan keberatan!"

Pria itu memiringkan kepalanya dengan ekspresi bingung. "Syuting film? Sutradara? Apakah ini sesuatu yang berasal dari dunia kalian?"

"Jangan bercanda!" Provokasi satu orang menciptakan bangkitnya ribuan orang. Di belakang orang itu, beberapa orang yang memiliki pikiran serupa mengajukan protes ke arah pria itu.

Setelah mendengarkan beberapa kali kata-kata yang diucapkan, pria itu mengangguk seakan memahami masalahnya. "Jadi, Anda sekalian berpikir apa yang terjadi sekarang hanyalah tipuan? Haruskah saya menunjukkan sesuatu agar Anda percaya?"

Lalu, tongkat di tangan pria itu terangkat sedikit sebelum jatuh dengan satu ketukan ringan. Tiba-tiba, tanah bergetar kuat seperti gempa bumi, hingga membuat orang-orang tidak mampu menahan keseimbangan dan jatuh ke lantai. Bahkan Yoo Joonghyuk harus membungkuk agar bisa menahan tubuhnya dari getaran. Satu-satunya yang masih berdiri hanya pria tua itu yang tampak tidak merasakan apapun.

Kobaran api muncul dari bawah tongkat pria itu. Seperti ular yang melata, api itu bergegas ke arah orang-orang di dalam lingkaran. Suhu panas bisa dirasakan dan orang-orang menjerit panik karena takut terbakar. Tapi, sebelum api itu bisa datang mendekat, pria itu mengangkat tongkatnya bersamaan dengan api yang meledak di depan mereka.

"Bagaimana dengan sihir api itu?" Pria itu bertanya tanpa merasa bersalah karena telah menakuti mereka.

Orang-orang tidak menjawab. Mereka terlalu sibuk untuk mengatur napas setelah tiba-tiba dikejutkan dengan apa yang baru saja terjadi.

Mungkin, yang bisa menerima situasi dengan cepat hanya remaja laki-laki berambut putih itu. "Wow! Itu sihir api?! Keren!"

Mata Yoo Joonghyuk menyipit tajam. Ia menatap pria di depannya dengan perasaan aneh. Entah mengapa, ia merasa pria di depannya benar-benar berniat membunuh mereka, namun niat itu tiba-tiba diurungkan. Tongkat yang diangkat juga tampaknya dilakukan secara terpaksa, seakan bukan keinginannya untuk mengangkat tongkat itu.

"Maaf telah membuat Anda sekalian ketakutan, tapi saya hanya bisa melakukan ini agar Anda percaya dengan situasi saat ini." Pria itu meletakkan tangannya di dada, kemudian membungkuk hormat. "Saya Raja Dokkaebi―mewakili seluruh ras di dunia ini―meminta maaf sebesar-besarnya pada Anda sekalian karena telah memanggil Anda secara paksa, sehingga Anda masih bingung dengan apa yang telah terjadi."

Raja Dokkaebi?

Mungkin karena kata-kata tulus pria itu, yang kini memperkenalkan diri sebagai Raja Dokkaebi, orang-orang yang panik mulai menenangkan diri.

"Lalu, di mana ini?" Seorang wanita muda dengan berani mengajukan pertanyaan. Sejauh Yoo Joonghyuk memperhatikan, wanita ini juga dengan cepat mempelajari situasi dan beradaptasi dengan lingkungannya.

Raja Dokkaebi tersenyum atas pertanyaan wanita muda itu.

"Selamat datang di <Star Stream>, para pahlawan terkasih."

•••

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro