Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 8 | Kesibukan Beradaptasi

Di sore hari Chen Yi kedatangan tamu, itu adalah seorang ger yang rumahnya tidak jauh dari sumur yang terakhir kali Chen Yi kunjungi.

"Selamat sore Tuan Chen. Maaf saya baru bisa datang untuk menyapa hari ini, saya Mu Rui, pasangan Yan Pei. Rumah kami ada di dekat sumur yang memiliki pohon bambu di bagian samping."

"Ah ya salam kenal, saya Chen Yi."

"Tuan Chen, ini ada beberapa roti kukus bawang yang saya buat."

"Terima kasih, panggil Chen Yi saja. Saya baru berumur 18 tahun."

"Ah baiklah Yi-er, aku tiga tahun lebih tua."

"Baik Rui-ge. Mari masuk, aku baru saja berbelanja di kabupaten tadi bawalah beberapa untuk suami dan anggap saja ini ucapan terima kasih."

"Tidak perlu repot, ini hanya ucapan salam perkenalan saja. Ke depannya kita akan menjadi tetangga yang rukun."

"Tentu."

Chen Yi menyeduh daun teh dan mengeluarkan kue yang dibelinya, lalu mengambil daging dan telur untuk diberikan kepada Mu Rui. Mu Rui benar-benar panik dan menolak hadiah Chen Yi karena menurutnya itu berlebihan.

"Ke depannya mungkin aku akan merepotkan saudara Rui untuk banyak masalah."

"Tetap saja, ini berlebihan. Tolong jangan begini."

Akhirnya Chen Yi hanya memberinya daging dan kue yang tidak habis dimakannya. Mu Rui mendengarkan dan perlahan mempelajari karakter Chen Yi, ia tentu puas dengan orang di depannya yang cantik dan sopan. Dari sekilas Mu Rui tahu bahwa Chen Yi adalah orang yang melek huruf dan mungkin berasal dari keluarga kaya di suatu tempat.

"Di desa Huamei tidak banyak ger yang masih lajang, jadi mungkin sulit menemukan teman sebaya di sini. Tapi jangan khawatir, ada Li Zhimu yang dekat dengan umurmu, dia sedang sibuk di sawah jadi aku tidak mengajaknya hari ini."

"Terima kasih, oh ya... Aku juga ingin meminta tolong pada saudara Rui untuk menemaniku ke rumah kepala desa besok. Aku berencana membeli tanah untuk membangun rumah di sini."

"Tentu, bukan masalah. Musim bertani sudah lewat dan banyak orang yang menganggur, pasti akan ada orang-orang di desa yang bisa bekerja untuk membawa daging di tahun baru imlek."

"Baik, aku akan menyusahkan saudara Rui."

"Tidak masalah. Aku harus kembali sebelum gelap, besok kita akan bertemu di depan rumahku, jadi perjalanan ke rumah kepala desa akan lebih mudah."

"Baik. Berhati-hatilah di jalan."

Dan Mu Rui pun berjalan membawa setengah kati daging berlemak dengan perasaan senang karena berteman dengan Chen Yi yang baik hati. Ia juga bercerita kepada suaminya, Yan Pei tentang apa yang Chen Yi katakan.

"Pasti berat menjalani hidup seperti ini, apalagi dia pergi tanpa bisa mengucapkan selamat tinggal pada siapapun," ujar Yan Pei pelan.

"Hmmm karena itu aku ingin Yi-er betah di desa ini dan menjalani hidup yang lebih baik lalu melupakan masa lalu. Semuanya sangat menyesakkan, kita hidup hari ini dan masa depan bukan untuk masa lalu."

"Kau benar, besok aku akan pergi mencari beberapa orang di desa untuk membantu Chen Yi membangun rumah. Tahun baru akan segera datang, meskipun sulit untuk menyelesaikan rumah sebelum tahun baru, setidaknya aku akan membantunya memperbaiki gubuk itu agar musim dingin tidak terlalu menyakitkan untuknya."

"Itu yang terbaik."

"Pasukan ke delapan istirahat dan berganti dengan pasukan ke sembilan."

Derap langkah para prajurit yang bertukar posisi terdengar, Gu Ming yang berada di pasukan delapan akhirnya bisa mundur. Sudah hampir tiga minggu berlalu sejak ia di kirim ke barisan depan pasukan Da Yan. Ia pernah berada di medan perang di usia yang belia, saat ini ia berusia dua puluh tahun dan kembali melihat pemandangan yang akrab.

"Kapten Gu, ini sup anda."

"Terima kasih."

Prajurit yang memberikan Gu Ming sup duduk di sebelahnya, ia adalah Fan Jiangxi. Tidak seperti Gu Ming yang memiliki latar belakang luar biasa selain menjadi tentara. Fan Jiangxi adalah orang yang pergi ke Medan perang karena wajib militer dan telah tinggal di militer selama empat tahun, keluarganya telah lama pergi dan ia tidak memiliki tujuan selain hidup untuk hari ini.

"Jendral Zheng telah pensiun sebelum anda kembali. Ia melukai mata dan tangannya. Jendral besar Chen merasa kasihan dan membiarkan dia pergi setelah memberi kompensasi atas jasanya untuk Da Yan."

"Jendral Zheng adalah pengembara yang sepi, dia tidak terikat oleh siapapun tetapi ia selalu dapat membedakan mana orang-orang dengan hati yang baik dan buruk. Belum lagi dia tidak menginginkan pangkat ataupun kekayaan yang seharusnya bisa ia dapatkan."

Fu Zhen mengangguk setuju dengan apa yang Gu Ming katakan, pelatih mereka itu berumur dua puluh tujuh tahun saat pensiun. Ia menghabiskan sepuluh tahun di militer dan mengajar banyak prajurit elit, tetapi ia tidak ingin direpotkan oleh pangkat dan aturan lainnya.

"Aku berharap perang ini akan segera berakhir, Da Yan tidak memiliki cukup tentara yang kuat dan uang untuk mengongkong kebutuhan militer."

Gu Ming setuju di dalam hati, pakaian, senjata dan makanan di barisan depan sangat memprihatinkan. Semangat prajurit tidak baik sehingga sulit untuk bertempur dengan maksimal. Pabrik senjata milik Da Yan kekurangan besi dan tembaga untuk membentuk senjata yang kuat.

"Karena itu kita harus menyelesaikan semuanya secepat mungkin."

Fu Zhen mengangguk. "Setelah semua ini, mungkin aku akan pergi jauh dari Ibukota, tinggal di kota kecil yang damai dan mencari istri yang memasak dengan baik."

"Kau bisa bermimpi untuk itu."

Salju melayang di udara yang memiliki aroma belerang dan darah yang kental, namun Gu Ming tidak pernah berhenti memikirkan pemandangan Istana Barat Kerajaan Da Yan di hari itu, dengan pemuda yang memakai Hanfu hijau yang kontras dengan dinginnya suasana di sekitar dan menjadi peri musim semi Gu Ming.

"Aku akan menjemputmu dan akan menjagamu selama sisa hidupku."

Janji itu selalu diucapkan oleh Gu Ming, seolah-olah jika ia tidak mengatakannya maka hal itu akan menyakiti hati seseorang yang sangat disayanginya.

Chen Yi menggunakan hanfu berwarna biru dan pergi ke rumah Mu Rui setelah sarapan. Di sana Mu Rui sedang berdiri menunggunya sambil memegang seorang bocah laki-laki putih yang memakai baju berwarna biru gelap dan terus melihat ke arah rumah Chen Yi.

"Selamat pagi!" sapa Chen Yi ramah.

"Selamat pagi Yi-er, ini adalah putraku Yan Chi. Ayo Xiao Chi sapa Paman Chen."

"Pagi Paman Chen."

"Selamat pagi, ini ambil," Chen Yi memberi Yan Chi makanan ringan yang dibawanya dan tiga koin wen padanya.

"Terima kasih!" Suara susu Yan Chi membuat Chen Yi tersenyum.

Ketiganya berjalan menuju rumah kepala desa, itu adalah rumah ubin hitam dengan pohon jeruk yang rimbun di bagian depannya. Kepala desa Tang berumur lima puluhan dan berkulit gelap karena ia mengurusi tanah pertaniannya sendiri selama bertahun-tahun. Teman yang ingin diperkenalkan oleh Mu Rui pada Chen Yi adalah cucu menantu kepala desa yaitu Li Zhimu.

"Tuan Chen, ada urusan apa pagi-pagi sekali?"

"Saya ingin merepotkan kepala desa dengan beberapa urusan. Saya ingin membeli sepuluh mu tanah di bagian gubuk tempat saya tinggal sekarang, juga membeli dua mu tanah subur dan dua mu tanah menegah dan tiga mu tanah kering juga di sekitar."

"Untuk tanah di kaki gunung itu cukup murah hanya 10 tael perak per-mu. Sementara untuk tanah pertanian subur itu 15 tael perak, tanah menengah 10 tael dan untuk tanah kering itu 5 tael perak."

"Jadi totalnya adalah 165 tael, saya juga tahu harus membayar di Yamen dan yang lainnya. Saya akan menyerahkan 200 tael perak ini kepada kepala desa untuk mengurus semuanya sampai selesai. Jika ada sisanya, anda bisa membeli beberapa kati daging atau telur untuk dibagikan ke warga. Ambil saja lima atau sepuluh tael untuk anda."

"Itu terlalu banyak, berikan saja 180 tael. Semuanya akan beres."

Chen Yi awalnya ingin berdebat namun Mu Rui juga menyetujui nasehat dari kepala desa. Sehingga Chen Yi hanya bisa setuju.

"Kalau begitu saya akan menyusahkan kepala desa lagi, saya ingin mendirikan rumah baru di tanah yang saya beli dan ingin membangunnya dengan dinding ubin. Bisakah kepala desa mencari orang yang membuatnya dan memesannya untuk saya?"

"Baik, bukan masalah besar. Kebetulan pembuat ubin yang digunakan di rumahku adalah sepupuku, ia ada di desa sebelah. Setelah mengurus dokumen di Yamen, aku akan pergi dan memesannya untukmu."

"Terima kasih banyak Pak Kepala Desa."

"Tidak masalah tidak masalah."

Li Zhimu yang baru muncul dari arah dapur lalu memberikan Chen Yi sepiring pancake bawang dan kentang. Mereka berbicara sedikit lagi mengenai beberapa material lain seperti kayu dan juga membeli bibit tanaman.

Mu Rui dan Yan Chi juga mendapatkan beberapa dan berterima kasih. Chen Yi memutuskan untuk kembali ke gubuknya dan tidur siang, ia sedikit lelah dengan banyaknya hal yang harus diurus. Saat memejamkan mata Chen Yi bermimpi bahwa ia masih berada di Istana Barat Da Yan dan menjalani hari-hari sepinya.

Tidak ada yang begitu istimewa sampai kemudian Chen Yi melihat darah di sekitar kakinya dan menyadari sesuatu, ia terbangun dan menangis. Kehilangan anak itu adalah rasa sakit yang tidak pernah bisa ia lewati, pengkhianatan dan kesepian itu mungkin dapat ia maafkan jika anak itu masih berada di sisinya.

"Maafkan aku, maafkan aku tidak bisa menjadi Ibu yang baik."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro