Bab 4 | Awan Kelabu
Pada musim dingin ke-30 dinasti Da Yang, 40 tahun sejak Kaisar Wang Caoji menjabat, Kaisar Wang Caoji telah menutup matanya untuk selamanya.
Aura suram telah membumbung di sekitar Ibukota terutama di sekitar Istana Kekaisaran. Para pelayan sibuk dengan pengaturan dan persiapan jamuan untuk para tamu yang melayat, Chen Yi juga harus tampil di depan umum untuk membantu Wang Jiang untuk menyambut para tamu.
Kaisar Wang Caoji ada di dalam peti mati dan akan dikebumikan setelah rangkaian upacara kematian selesai dilakukan. Wajah Wang Jiang gelap dan dingin, menyembunyikan perasaan yang sebenarnya yang ia rasakan. Hal itu dipahami oleh Chen Yi dengan baik, karena ia pun paham apa yang akan dihadapi setelah ini.
Ketenangan para mentri dan jendral seperti permukaan pedang yang siap diayunkan untuk melindungi atau membunuh orang yang ada di depannya. Penasehat datang ke arah Chen Yi dan mengatakan Pangeran akan menemuinya setelah makan malam. Chen Yi mengangguk paham dan kembali ke keadaan semula.
Para pelayat akhirnya pergi satu persatu setelah mempersembahkan dupa untuk Kaisar, Chen Yi bangkit dan berniat untuk mandi sebelum makan malam. Ia tidak menggunakan pakaian yang rumit, ia juga tidak menata rambutnya dan membiarkan rambut yang setengah kering terjuntai melewati bahu dan punggungnya.
"Yang Mulia Pangeran datang menyapa Tuan Chen."
Pintu kamar terbuka dan memperlihatkan Pangeran dengan jubah tidurnya, ia terlihat lebih muda dari penampilannya yang biasa. Namun ekspresi dingin dan keheningan itu menempel dengan baik di seluruh tubuh Pangeran, ia tidak peduli dan memilih untuk tetap tenang. Pangeram duduk di kursi, butuh waktu setengah dupa sampai akhirnya mulut Wang Jiang terbuka.
"Saya akan membuat Wei Yuanyi sebagai Permaisuri. Saya akan menikahinya tepat sebelum acara penobatan milik saya akan berlangsung."
Ucapan itu membuat kepala Chen Yi pusing, ia tahu Wang Jiang tidak pernah mencintainya apalagi memikirkannya sebagai seseorang yang telah berada di sisinya baik suka ataupun duka. Pria ini begitu kejam, itulah yang terlintas dipikiran Chen Yi saat ini.
"Lalu... Bagaimana dengan saya?"
Pertanyaan spontan yang terus berulang di kepala Chen Yi terungkap, ia tahu itu adalah hal yang sia-sia untuk dikatakan. Pria di depannya tidak akan menganggapnya, belum lagi dengan statusnya—Menjaganya di sisi seorang calon kaisar adalah sebuah perbuatan yang sia-sia.
"Saya... saya adalah orang yang telah berbagi semuanya dengan yang mulia, status saya mungkin tidak akan membantu banyak, tidak juga menjadi entitas yang bisa mengokohkan posisi anda nantinya, namun saya sudah berada di sisi yang mulia begitu lama... saya tidak perlu diangkat untuk menjadi ratu atau permaisuri, keinginan saya hanyalah berada di sisi yang mulia."
Pidato singkat yang menyentuh hati itu tidak membuat Wang Jiang tergerak hatinya, Chen Yi juga paham seberapa dingin dan tidak acuhnya pria ini. Chen Yi memejamkan mata dan menahan emosinya, ia mengingat bagaimana semuanya bermula dan sekali lagi menyesali banyak pilihan di dalam hidupnya.
"Saya selalu mempercayai bahwa saya adalah orang yang paling banyak mengorbankan hidup dan matinya untuk kaisar, tubuh dan jiwa ini adalah milik kaisar. Tuan Wang Jiang, kaisar yang saya hormati dan sembah—Hidup saya mungkin tidak berarti apa-apa untuk anda dan saya memahami beban itu. Namun jika diizinkan, biarkan saya keluar dari istana ini dalam keadaan utuh dan hidup," semakin ke akhir pemikirannya semakin sulit Chen Yi mengucapkannya.
"Kamu, seorang budak yang hanya tahu membuka kaki dan menjerit di ranjang... Apa kau pikir nyawamu berharga?"
Wang Jiang terkekeh sambil memandang Chen Yi, "biar tuanmu ini mengingatkanmu, Ayahmu adalah orang yang mengirim anda ke sini dengan tangannya sendiri demi mempertahankan posisinya di bidang militer. Anda bisa mengatakan pidato menyentuh itu tetapi kau yang paling tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jadi jangan membuang imajinasimu ke hadapanku untuk bertingkah sebagai korban, karena orang yang membuatmu ada di posisi ini tidak lain adalah Ayahmu dan dirimu sendiri."
Chen Yi mencoba menahan rasa kesal, tidak berdaya dan bodoh yang ia rasakan. Bahkan setelah bertahun-tahun ada di lingkungan istana yang penuh dengan orang-orang berbahaya, Chen Yi hanya bisa menerima setiap tuduhan Kaisar di depannya lagi dan lagi. Wang Jiang tidak ingin menghabiskan waktu lebih banyak di kamar Chen Yi, jadi ia bangkit dan memandang Chen Yi yang duduk terdiam.
"Sebaiknya kau tetap patuh dan diam seperti ini, jika kau patuh setidaknya aku akan mempertimbangkan untuk membiarkanmu hidup setelah keluar dari sini."
Kata-kata ancaman itu membuat Chen Yi tidak membuka suaranya, ia harusnya sadar bahkan setelah semua pengorbanan yang ia lakukan—Orang ini adalah tuannya, ia tidak punya pilihan selaim menunggu keputusan tuan yang memegang wadah tempatnya hidup untuk dipindahkan atau dihancurkan nantinya.
❖
Pemakaman Kaisar diselesaikan dengan khidmat, seluruh proses seremonial dan penguburan dilakukan dengan baik. Para saudara Gu berdiri di barisan para prajurit terhormat yang mengawal dan mengantar Kaisar sebelumnya ke peristirahatan terakhirnya. Gu Ming yang menggunakan seragam berwarna biru tua dengan tenang mengikuti seluruh alur acara sambil sesekali melihat ger yang menggunakan hanfu putih polos itu dalam diam.
Aura di sekitarnya yang muram tidak dapat menyembunyikan pesonanya, tidak ada perhiasan atau jenis pakaian berlebihan yang digunakan sebelum dan sesudah pemakaman. Chen Yi berdiri beberapa langkah di belakang Wang Jiang dan ada Wei Yuanyi yang bangga berjalan bersisian dengannya.
Gu Bai memiliki banyak hal untuk diurus, melihat adik laki-lakinya tidak banyak berkomentar tetapi matanya terus tertuju kepada sosok yang akrab itu, ia hanya bisa menghela nafas. Tidak jauh dari mereka seorang pria paruh baya yang memiliki tubuh tegap datang dan menghampiri Chen Yi, itu adalah Chen Guo, ayahnya.
"Xiao Yi, apa kau baik-baik saja?" tanyanya sambil menatap putranya yang jarang dilihatnya.
"Ayahanda, tidak apa. Saya selalu memastikan diri untuk cukup makan dan istirahat."
"Ibumu mengkhawatirkanmu, dia tidak bisa ikut karena sedang terkena demam ringan. Ayah sendiri yang datang ke Istana kali ini."
"Apa ibu baik-baik saja?"
"Seharusnya begitu, ada Xiao Jili yang menemaninya."
"Baik... Ayah, aku mendengar beberapa rumor di istana bahwa suku barbar di utara telah menyerang beberapa desa dan mengakibatkan kerusakan yang parah. Apa Ayahanda tahu apa yang terjadi?"
Menghela napas ia mengangguk. "Mereka datang dari seberang laut, senjata mereka sebenarnya sama dengan kita namun teknik bertarungnya benar-benar berbeda, banyak prajurit gugur dan terluka karena menghadapi mereka. Mungkin dalam waktu dekat Ayah harus kembali ke perbatasan untuk melihatnya."
"Aku akan mendoakan keselamatan Ayah, aku juga akan mengirim beberapa pengawal untuk Ibu selama Ayah pergi."
Pembicaraan ayah dan anak itu berlangsung selama beberapa menit, mata Wang Jiang telah mengawasi dan di balik wajahnya yang tidak menampilkan ekspresi apapun sebenarnya ia sedang menyusun rencana untuk mencapai tujuannya.
Gu Ming menghampiri Chen Yi dan memberi hormat, ia meminta Chen Yi untuk kembali ke istananya dan tidak perlu pergi ke istana Wang Jiang. Chen Yi paham dan ia berjalan ke istananya bersama Gu Ming, keduanya memiliki jarak ini sejak lama baik Wang Jiang ataupun Chen Yi akan membangun garis pemisah agar keduanya tidak mencampuri urusan satu sama lain.
Gu Ming hendak pergi, namun Chen Yi mengundangnya untuk minum teh karena ada beberapa hal yang ingin ia tanyakan kepada Gu Ming.
"Tuan Gu Ming, kita telah berteman hampir satu dekade. Saya ada di istana ini selama delapan tahun lamanya, namun rasanya saya seperti tidak pernah tinggal di sini."
Chen Yi tersenyum lembut, "saya ingin bertanya mengenai beberapa hal dalam kemungkinan yang ada. Saya... mungkin akan dikirim keluar dari istana oleh Yang Mulia Pangeran dalam waktu dekat."
Pernyataan itu membuat Gu Ming terkejut, "bagaimana bisa? Tuan Chen telah berada di sisi Yang Mulia dan merawat tubuhnya dari banyak bahaya. Sudah sepatutnya anda tinggal di istana dan mendapatkan gelar sebagai istrinya bertahun-tahun yang lalu."
"Itu semakin akan menjadi sebuah permintaan yang sangat arogan kepada Yang Mulia sekarang, Wei Yuanyi adalah wanita yang diinginkan Yang Mulia untuk menjadi Permaisurinya, bukan saya. Kami bersama dan telah berbagi ranjang sejak lama namun saya tidak bisa memberikan Yang Mulia penerus ataupun membuatnya bahagia, kenyataan bahwa saya ada di posisi ini karena Ayah saya meminta mendiang Kaisar untuk mempertimbangkan permintaannya dengan menjadikan saya alat tawar menawarnya—Itu sudah cukup untuk membuat saya tidak memiliki posisi yang nyaman duduk di sini."
Gu Ming merasakan perasaan menyesal saat ini, jika ia bisa memutar waktu—Mungkin dia akan menahan gurunya untuk berbakti kepada mendiang Kaisar dan meminta Ayahnya untuk membantu. Namun semuanya sudah terlambat, sangat terlambat delapan tahun lamanya ia. Perasaan putus asa itu, saat mendengar Chen Yi dikirim ke istana membuatnya bertekad dalam belajar ilmu bela diri ataupun pengetahuan dari buku, melatih hati dan tubuhnya untuk menjadi lebih kuat demi pergi ke medan perang di usia tiga belas tahun dan kembali dengan selamat.
"Lalu... Apa yang ingin Tuan Chen Yi tanyakan kepada saya?"
"Jika saya dikirimkan dalam pengasingan, dapatkah Tuan Gu mengirim seseorang yang dapat dipercaya untuk ada di sisi saya? Entah di manapun saya akan di asingkan, saya ingin ketentraman pikiran sambil menghabiskan sisa hidup saya ini dengan tenang. Saya memiliki ini—"
Chen Yi lalu mengeluarkan sebuah kotak kayu yang indah dari bawahnya dan membukanya untuk diperlihatkan kepada Gu Ming isinya. Ada beberapa uang kertas, 500 tael perak dan beberapa perhiasaan emas di dalamnya beserta batu giok.
"Ini adalah beberapa hadiah dari Ayah dan Ibu saya selama bertahun-tahun, saya tidak pernah memakainya kecuali di saat darurat. Tolong bayar orang itu dengan ini, setidaknya dengan uang ini nyawa saya masih bisa menjadi milik saya bahkan setelah pengasingan."
Gu Ming melihat itu dan memejamkan mata, "Anda tidak perlu melakukannya Tuan Chen, saya pasti akan menemukan siapa yang bisa dipercayakan pada permintaan ini. Namun untuk keselamatan dan keamanan sebaiknya saya membawa ini untuk diamankan oleh orang kepercayaan saya."
"Baik, saya tahu mempercayakan hal ini kepada anda adalah pilihan yang tepat."
Tidak menunggu lama Gu Ming pergi dari istana Chen Yi, selama masa berkabung dan berbakti ini tidak ada banyak pergerakan di istana Pangeran Mahkota selama beberapa hari, hingga akhirnya Chen Yi mendapat kabar bahwa Ayahnya telah pergi ke perbatasan untuk bertarung dengan para orang bar-bar.
Gu Ming memberikan kabar bahwa beberapa orang telah setuju untuk menjadi pengawalnya, namun mereka hanya berjaga untuk sementara waktu karena situasi saat ini tidak terbaca.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro