Chapter 68
Tiga hari kemudian.
Penampilan begitu berbeda dari biasanya, apa benar dirinya pemilik Nightshade Florist? Alih-alih mengenakan kemeja, Jia Hou memilih mengenakan kaos putih tanpa motif sepadan dengan rautnya yang datar, pucat. Pun rambut yang biasanya terangkat kini turun menutupi kening.
Jia Hou, terpaku lurus memandangi gerbang rumah yang terbuka. Masuk atau tidak, bukan itu yang menjadi keterpakuannya. Sepasang netra jelas tak ada keraguan. Akan tetapi, desahan kecil diembuskan, keseriusan melingkupi keseluruhan wajah bahkan tiap langkah yang diambil memasuki area rumah, tak terkecualikan.
Pada akhirnya, apa yang dilihat hanyalah suatu kehangatan keluarga. Menyaksikan dalam diam. Menantikan kapan waktu baginya tuk mendekat.
"Kami berangkat dulu." Song Rui Lian tersenyum menanggapi pamitan sang suami, pun mobil telah siap memberangkatkan pria keluarga Wang ini termasuk pula Ren Cheng yang segera berpamitan pada ibunya. Namun, niatan untuk pergi tampaknya harus diurungkan kembali. Mematung mendapati keberadaan Jia Hou.
"Kenapa kau kemari?" Pertanyaan yang terlontar tanpa dipikirkan, jelas Ren Cheng akan melakukannya, bukan? Tahu dan sadar betul bahwa pemilik Nightshade Florist ini tak mungkin akan mau menginjakkan kaki di rumahnya. Lalu, kedatangannya kali ini, buat apa?
"Aku ingin tahu ... apa yang kalian ketahui dan katakan pada Yun Bei hari itu terkait Feng Mei Lin," jawabnya, semacam ada rasa sakit yang sulit dijelaskan saat nama Feng Mei Lin disebutkan. Genangan tipis air mata, itulah bukti dari keberadaan rasa sakit itu sendiri.
"Masuklah, mari bicara di dalam," tawar Song Rui Lian. Tanpa ragu, tanpa menunggu dan tanpa memandangi Wang Zhi Feng, Jia Hou berlalu masuk begitu saja mengikuti arahan Song Rui Lian.
"Ren Cheng, kau berangkat dulu ke hotel."
"Die!" Wang Zhi Feng tak peduli akan panggilan khawatir putranya, terus melangkah masuk kembali dalam rumah sebelum akhirnya Ren Cheng membawa pergi mobil melesat meninggalkan rumah. Berpura-pura tak terjadi apa-apa, lagian Jia Hou juga putra ayahnya, jika kedua pihak ingin bertemu apa yang bisa diperbuatnya, bukan?
"Kau terlihat pucat, apa kau sedang sakit?" tanya Wang Zhi Feng. Namun ditanggapi oleh keterdiaman, malah Jia Hou mengalihkan pandangan pada tangga rumah dalam ruang keluarga ini. Tangga yang sama dalam mimpinya atau ingatan yang dirinya telah ingat sekarang.
"Minumlah teh ini, apa kau sudah sarapan?" Song Rui Lian meletakkan teh juga beberapa jenis kue kering di meja. Berakhir bersipandang dengan suaminya yang tampak kehilangan kata-kata untuk memulai pembicaraan.
"Katakan, orang seperti apa Feng Mei Lin di mata kalian. Apa benar ... dia berbeda dari yang diriku kenal? Terutama semasa lalu."
"Kenapa kau tiba-tiba ingin tahu?" tanya Wang Zhi Feng.
"Aku kemari untuk mendengarkan ... bukan untuk menjelaskan kedatanganku," ketus Jia Hou.
"Baik, akan kuceritakan."
"Rui Lian." Wang Zhi Feng tampak tak setuju, bukan tidak ingin melainkan kondisi pucat Jia Hou membuat dirinya tak yakin untuk memberi tahu kenyataan saat ini.
Lain waktu saja, itulah pandangan yang dilemparkan Wang Zhi Feng pada istrinya. Namun, Song Rui Lian malah menggeleng. Merasa inilah waktu yang tepat.
Memang benar, kapan lagi bisa memiliki kesempatan jarang seperti ini. Tak tahu pula kapan Jia Hou akan berubah pikiran dan tak ingin mengunjungi mereka, bukan? Setidaknya, saat ini Jia Hou sendirilah yang menginginkan kenyataan masa lalu. Risiko seperti apa yang akan didengar harusnya Jia Hou sudah mempersiapkannya, bukan?
Pun Wang Zhi Feng memang sangat merindukan putranya ini. Tak menyangka sekarang malah duduk dalam rumahnya. Meskipun Jia Hou enggan untuk memandang dirinya barangkali sedikit saja, tapi bagi Wang Zhi Feng ini sudah menjadi suatu berkah. Saat itulah, Wang Zhi Feng memberikan persetujuannya pada Song Rui Lian yang kini telah duduk di sampingnya.
Bermula dari saat Song Rui Lian dan Feng Mei Lin adalah teman dari sejak SMA. Pertemanan yang terjalin pun terus terbawa hingga masa kuliah. Bertemu dengan Wang Zhi Feng yang nyatanya senior, bahkan seiring dengan berjalannya waktu menjalin hubungan asmara dengan Song Rui Lian.
Banyak waktu dihabiskan bersama, tentu tanpa mengecualikan Feng Mei Lin. Misalkan hal-hal kecil seperti berkumpul, makan, jalan-jalan bersama dan melakukan aktivitas terkait perkuliahan. Namun, siapa yang menyangka jika Feng Mei Lin pada akhirnya menaruh hati pada Wang Zhi Feng.
"Setelah ayahmu lulus ... dia berjanji akan menikahiku dan sudah memperkenalkanku pada keluarga Wang lainnya. Tanggal pernikahan sudah ditetapkan dan hal lainnya sudah diurus, tapi siapa yang menyangka ... malam itu, Feng Mei Lin mendatangi rumahku ... mengatakan bahwa dirinya mengandung anak Wang Zhi Feng, sudah 2 bulan." Song Rui Lian menitikkan air mata, seolah kejadian menyakitkan itu baru saja dialaminya kemarin.
"Melihatnya yang begitu kebingungan dan ketakutan, aku akhirnya memutuskan untuk membatalkan pernikahan dan menghilang. Meninggalkan semuanya termasuk kuliahku, tak ingin Wang Zhi Feng terus menolak menikahi Feng Mei Lin ....
"... Namun, dua bulan setelah kepergianku. Aku juga mengandung Ren Cheng, saat itu aku juga tahu bahwa Feng Mei Lin sudah menikah. Jadi, aku diam lagi dan terus hidup bersembunyi, melahirkan dan membesarkan Ren Cheng seorang diri hingga usianya 6 tahun ... saat itu pula dirinya dan aku tak sengaja bertemu Wang Zhi Feng. Setelahnya kau tahu apa yang terjadi, Jia Hou."
"Kau datang dengan anakmu lalu membuat diriku dan Niang diusir! Apa itu maksudmu?" ujar Jia Hou, meredam amarah sejadi mungkin terkumpul dalam kepalan kedua tangannya.
"Kau yakin ingin mendengar kenyataannya?" tanya Song Rui Lian, meyakinkan jikalau Jia Hou masih belum siap. Namun, Jia Hou tak mungkin di sini jika sudah siap, bukan?
"Beberapa hari sebelum aku membawa Song Rui Lian dan Ren Cheng pulang, aku mengetahui sesuatu dan bertengkar besar dengan Feng Mei Lin. Mengetahui bahwa Feng Mei Lin menjebakku tidur dengannya menggunakan wewangian pembangkit gairah. Dia bahkan berusaha menggunakannya lagi setelah bertengkar denganku hanya untuk menghentikan perceraian!"
"Saat itu Ketua Hakim Li Yan Xian mengusut kasus wewangian ilegal ini, dia memberi tahu dan ayahmu seketika memohon padanya untuk membiarkan masalah ini ditangani keluarga pribadi saja," sambung Song Rui Lian.
"Karena itu, kakek dan nenekmu memintaku mengusir Feng Mei Lin, tapi wanita gila itu malah menjadikanmu sebagai alasan untuk tidak pergi dan mengancam akan membunuhmu di hadapanku," sela Wang Zhi Feng. Menggetarkan netra Jia Hou, cairan bening kembali menghalangi pandangan yang sedikit ditundukkannya itu.
"Siapa yang sangka, saat aku berusaha untuk bercerai dan mengambil hak asuhmu. Kau malah membenciku dan memilih untuk pergi bersamanya. Bahkan, sampai kau dewasa kau semakin membenciku. Saat itu aku sadar, aahhh ... Feng Mei Lin pasti sudah mencuci otakmu untuk membenciku," lanjut Wang Zhi Feng lebih lagi.
"Jia Hou, apa kau tahu betapa ayahmu sangat peduli dan terus memerhatikanmu? Dia selalu mengirim surat dan uang padamu, hanya saja Feng Mei Lin mengirim kembali semuanya. Belum lagi, ayahmu terus berusaha mendekatimu, tapi kau yang tak ingin."
"Karena itu aku menemui Yun Bei, aku tahu dia pasti bisa menjadi penghubung kita. Aku tidak ingin melihatmu hidup dengan semua kebohongan, apalagi sampai menjadi alat balas dendam Feng Mei Lin," tambah Wang Zhi Feng.
"Karena aku anak yang tak diinginkan, karena itu aku tak pernah dianggap dalam keluarga Wang?" Terdapat suatu getaran dari setiap kata yang diucapkan, pun Jia Hou terkekeh menutupinya. Konyol, bukankah hal yang baru didengarnya ini sangatlah konyol?
"Kakek dan nenekmu dari awal memang tidak menyukai Feng Mei Lin, Jia Hou. Karena itu pernikahan kami sebelumnya tidak mengadakan perayaan apa pun. Bahkan, foto pernikahan satu saja tidak ada. Mereka meminta untuk tidak membiarkan media atau siapa pun tahu terkait kalian berdua, hanya dengan begitu ... aku bisa merawatmu," jelas Wang Zhi Feng.
"Bilang saja karena kau juga malu, bukankah begitu?"
"Itu salahku, saat itu aku bukanlah apa-apa dalam keluarga Wang. Semua masih kakek dan nenekmu yang mengatur, tapi sekarang ... mereka sudah tiada, situasi sudah berubah dan aku menginginkanmu menjadi putraku, dikenal semua orang, Jia Hou." Wang Zhi Feng mulai meneteskan air mata penuh harap. Harap kalau putra pertamanya ini akan mendengarkan, kembali bergabung dengannya.
"Pada akhirnya ... aku harusnya memang tidak dilahirkan."
"Jangan berpikir seperti itu, Jia Hou. Rumah ini dan kami akan selalu terbuka, menyambut dirimu," sela Song Rui Lian. Bagaimana bisa dirinya tegar? Biar bagaimanapun Jia Hou juga putranya.
Pun Jia Hou membangunkan tubuhnya yang bagai tak bernyawa, membawa pergi kedua tungkai yang enggan mengikuti perintahnya, berat bagai terpaku dengan mata memerah terlingkupi kekecewaan.
Tak menyangka akan semua kebenaran terkait kelahiran dan keberadaan dirinya, tak menyangka bahwa ibunya yang dia kira selama ini selalu bersama menyayangi dan disayangi malah berbohong dan pernah ingin membunuhnya hanya untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Bahkan sampai sekarang, Feng Mei Lin masih saja mempergunakan dirinya untuk balas dendam. Semua hal pahit itu, tak lain adalah tamparan keras yang diperoleh Jia Hou bertubi-tubi. Sakit? Mungkin sakitnya tak akan hilang.
"Jia Hou ... jangan berpikir yang tidak-tidak dan kembalilah ke rumah. Mari kita memulai dari nol lagi," pinta Wang Zhi Feng, menahan tangan putra pertamanya ini yang serta merta melepaskan diri. Termasuk pula tak memberikan jawaban, terus melangkah pergi dalam renungan bahkan mungkin tak lagi sadar akan luruhan cairan bening yang menapak di kedua pipi wajah sendunya itu.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro