Chapter 53
Mengabaikan keterkejutan yang dialami, gedung proyek yang seharusnya menjadi tujuan keberangkatan Yun Bei dari sakitnya pun sedikit tertunda. Namun, kesibukan di dalam gedung tak seharusnya ikut tertunda pula, bukan?
Orang-orang yang masuk akan terbelalak, tapi bukan karena keterkejutan melainkan tercengang akan keindahan hutan nan luas didominasi warna menyegarkan mata. Sayang, sinar mentari pagi di luaran sana tak mampu menyinari malah tergantikan dengan cahaya buatan.
Tanah berlumut, akar-akar menyembul menghiasi, bahkan bayangan lalu-lalang orang-orang berseliweran. Entah baru saja tiba dan siap bekerja kembali, atau mungkin saja mereka tak pulang sama sekali sejak semalam. Kata lembur seperti tertulis samar-samar di wajah masing-masing, tapi banyaknya cup kopi kosong pada sudut ruangan bagai tinta penerang kata lembur yang samar-samar itu sendiri, jelas jika mereka memang lembur semalaman.
"Aku butuh tanda tanganmu, laporan ini harus kuserahkan ke bagian gudang hari ini juga." Serah Ming Hai yang seketika diterima Jia Hou, memeriksa kemudian.
"Aku percayakan padamu, pastikan tidak ada masalah dan pemesanan bunga semuanya tersedia," ucapnya sambil menandatangani laporan. "Juga, bersiaplah untuk memastikan bunga-bunga segar yang akan digunakan untuk proyek ini tersedia pada waktunya nanti," lanjutnya, menyerahkan kembali laporan pada Ming Hai.
"Baik, aku mengerti."
"Diriku sungguh beruntung memilikimu, terima kasih."
"Kita sudah bertahun-tahun lamanya bersama, kenapa masih bersikap sungkan begitu? Lagian, ini sudah menjadi pekerjaanku," balas Ming Hai, menepuk sebelah bahu atasan yang sekaligus sahabatnya itu.
"Ada apa dengan kata-kata manis kalian? Membuatku merinding saja," sela seseorang yang tentu saja mengalihkan seketika pandangan kedua pria ini padanya.
"Kau sudah sehat?" tanya Ming Hai, terlontar begitu saja berikut dengan senyuman lebar yang tertampil.
Mengangguk sebagai balasan, pun Yun Bei ikut dibuatnya tersenyum dengan Ming Hai yang mengulurkan sebelah tangan lurus mengarah pada kening Yun Bei. Mungkin hanya sekadar memastikan asisten wanita Jia Hou ini memang tak lagi demam. Bukankah hal itu umum dilakukan? Tapi yang terjadi berikutnya, mengharuskan Ming Hai bersipandang dengan Jia Hou. Jia Hou yang menghentikan tindakannya.
"Apa yang kau lakukan?"
"Kau lupa harus segera ke gudang menyerahkan laporan, apa yang kau lakukan berlama-lama di sini? Pergilah ... sekarang."
"Aku hanya ingin memastikan Yun Bei baik-baik saja, baru setelahnya pergi. Lagian sekarang, itu kau yang tak mengizinkanku pergi." Ming Hai mengalihkan pandangan pada tangannya yang masih terpegang oleh Jia Hou, pegangan yang terlihat sedikit mesra. Sontak, Jia Hou segera melepaskan dengan raut wajah seperti baru ketahuan berselingkuh, pergi menjauh setelahnya untuk menghilangkan rasa malu yang tertahan.
"Yakin kalian tidak punya hubungan apa-apa?" tanya Yun Bei, tersenyum-senyum menuntut jawaban.
"Tidak! Kau pikir aku ini pria seperti apa?"
"Tapi kurasa hubungan kalian tidaklah sesederhana itu." Kali ini Yun Bei menampilkan tatapan penuh kecurigaan.
"Whoah ... kau! WHOAHH!" Ming Hai pergi menjauh tanpa bisa berkata-kata dengan mengibas-ngibas wajahnya, mungkin merasa harga diri sebagai pria tercoreng. Sementara Yun Bei hanya bisa tertawa, melihat Jia Hou kemudian dan mendekat.
"Tepatnya hubungan apa yang kau miliki dengan Ming Hai? Apa dia mantanmu sebelum menjalin hubungan dengan mantan kekasihku, Zi Han?" tanya Yun Bei yang masih saja tertawa jail.
"Kau masih akan tertawa seperti itu?"
"Ohh, aku akan tertawa sepuasnya."
Memalingkan wajah ke samping, pun Jia Hou tersenyum sebelum akhirnya keseriusan mengambil alih. Membawanya mendekati Yun Bei dengan sangat dekat, sampai titik di mana Yun Bei membulatkan netranya terus menatap pria ini, bahkan mampu mendengar suara dan merasakan hangatnya napas Jia Hou pada wajahnya.
Kenapa dia terus mendekat? Mungkin itulah pertanyaan yang memenuhi kepala Yun Bei, sampai batas di mana sepasang matanya pun terpejam sendiri alih-alih terus bersipandang yang membuat detak jantungnya tak karuan.
Barulah, Jia Hou berhenti. Tersenyum menyadari tingkah gugup asisten wanitanya ini. Namun, dirinya kembali mendekatkan wajah hingga menempelkan keningnya sendiri pada kening Yun Bei.
"Masih ingin bercanda denganku sekarang?"
"Ak-aku harus bekerja."
Secepat mungkin Yun Bei mendorong jauh Jia Hou, pergi ke sisi lain ruangan dengan terburu-burunya sambil memegang kedua pipinya yang jelas saja memanas. Bisa saja Yun Bei asal main pergi selama bisa menjauh dari atasannya itu, bukan? Sementara Jia Hou tertawa kecil melihatnya, menyusul kemudian.
***
"Apa yang kau pikirkan belakangan ini? Bagaimana bisa seorang direktur bekerja ceroboh seperti ini?!" Wang Zhi Feng melempar laporan dengan cukup keras ke lantai.
"Aku akan meninjaunya kembali," jawab Ren Cheng, memungut laporan di hadapannya.
"Aku tidak ingin ada kesalahan lagi, tinjau baik-baik laporan sebelum diserahkan padaku," tekan Wang Zhi Feng.
"Aku akan mengingatnya, tapi ... izinkan aku bicara sebagai seorang putra bukan bawahanmu saat ini, bisakah?"
"Selama jam kerja berlangsung kau dilarang bicara masalah pribadi, kau lupa?"
"Karena itu aku meminta izin padamu ... hanya dengan mengatakannya aku bisa merasa tenang dan fokus bekerja kembali, bukankah ini sama saja demi kebaikan bawahanmu?"
"Katakan."
"Yun Bei ... mohon berhentilah mengganggunya dan meminta bantuannya demi kepentingan keluarga. Dia sudah cukup tertekan, tidak seharusnya menjadikan dirinya terjebak lebih dalam lagi terkait masalah keluarga kita," ujar Ren Cheng dengan mata yang berkaca-kaca, napas memburu dan pandangan penuh harap akan pesetujuan ayahnya.
"Aku tidak akan menemuinya, pertemuan lalu kujamin yang terakhir."
"Bagaimana jika dia memutuskan datang ke rumah? Akankah, memanfaatkannya lagi?"
"Mengenai hal itu tergantung keputusannya, akan membantu atau tidak. Juga ... aku tidak pernah memanfaatkannya, aku hanya meminta tolong bantuannya."
"Pada akhirnya, tetap Yun Bei yang akan menderita. Die, harusnya sejak awal tidak perlu meminta bantuannya, tidak perlu melibatkan dirinya. Semua salahku ... harusnya aku dengan tegas menahan dan melarangmu."
Ren Cheng memberi hormat, keluar dari ruangan dengan menitikkan air mata. Tidak peduli orang-orang akan melihat, sudah tak mampu lagi menahan sesak dan sakit dadanya. Lagian memang lebih baik dikeluarkan saja, bukan? Setidaknya mampu mengurangi rasa sesak seiring dengan melajunya waktu.
Tanpa terasa pagi pun teralihkan ke siang, terlihat pula Yun Bei meninggalkan gedung proyek dengan Jia Hou yang memerhatikan. Yun Bei bahkan berpapasan dengan Ming Hai, tapi mengabaikannya begitu saja seolah tak melihat. Ming Hai yang bingung sontak saja mendekati Jia Hou.
"Mau ke mana dia?"
"Bertemu seseorang, katanya sudah janji."
"Seseorang? Siapa?"
"Entahlah, dia hanya mengatakan seseorang, tidak menyebutkan tepatnya siapa," jawab Jia Hou.
"Sungguh mencurigakan."
"Siapkan makan siang, kita makan di sini saja."
Ming Hai seketika beralih ke bagian dapur, sementara Jia Hou melempar kembali pandangan ke arah perginya Yun Bei tadi, tampak penuh pemikiran sebelum akhirnya seseorang berseru memanggil, membawanya yang enggan masuk terpaksa harus kembali dalam gedung proyek.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro