Chapter 29
"Tuan Yan!"
Suara ini ... kenapa terdengar sangat tidak asing?
Teralihkan sudah pandangan Yun Bei ke arah suara yang memanggil barusan, mendapati seorang wanita dalam balutan pakaian huafu putih biru dengan rambut panjang tergerai setengah lengkap dengan hiasan kepala, mendekat.
"Lan Mei! Kenapa kau kemari?"
"Sutradara Yong memanggilmu, jadi aku menawarkan diri untuk kemari," jawab Lan Mei, tersenyum manis. Andai Yun Bei sendiri tak mengenalnya, pasti sudah berpikir bagaimana ramah dan cantiknya aktris ini. Namun, nyatanya taklah demikian, Yun Bei malah membuang muka dengan mengembuskan sedikit napasnya.
"Kau adalah aktris utama dalam drama ini, tidak perlu repot-repot kau sendiri yang datang."
"Tidak perlu sungkan dengan hubungan kita, Tuan Yan. Lagian, aku juga ingin menemui teman lamaku ini." Mengalihkan pandangan pada Yun Bei yang sama sekali tak merespon balik, memandang pun tidak.
"Teman ...? Kau dengan Yun Bei?" Tuan Yan tampak takjub.
"Benar, bukankah begitu, Yun Bei?"
"Kami memang berteman, hanya ...."
"Lihat, kami memang teman dekat," potong Lan Mei, mendekati Yun Bei dan meraih lengannya seolah mereka memang sangatlah dekat. Namun, netra malah fokus melirik Jia Hou yang sama sekali tak peduli.
"Maksudku ... kami hanya kenalan satu sekolah. Tidak berteman dekat." Menarik lengannya, menjauh dari Lan Mei dan mengambil posisi di samping Jia Hou gantinya.
Katakan saja tameng hidup, sudah saatnya Jia Hou yang bekerja kali ini melindunginya. Bukankah selama ini selalu Yun Bei yang bekerja layaknya bodyguard? Maka kini tiba giliran Jia Hou.
"Tampaknya, Yun Bei masih marah padaku atas kejadian terakhir. Jujur saja ... itu benar-benar kesalahpahaman."
"Jika salah paham maka harus segera diselesaikan. Bagaimana jika kita merayakan pesta bersama malam ini? Hitung-hitung sebagai perayaan kerja sama kita, Tuan Feng," ajak Tuan Yan.
"Ming Hai, apa kita punya waktu?"
Pertanyaan Jia Hou begitu datar, terkesan malas juga meladeni orang-orang ini. Mungkin hal itu tak disadari mereka yang tak mengenal dekat Jia Hou. Namun, akan lain ceritanya bagi Ming Hai, tentu menangkap dengan baik maksud tersembunyi Jia Hou.
"Tuan Yan, asal tahu saja ... kami selama 5 bulan ke depan akan sangat sibuk. Jika sekali saja mengendur, maka waktu 5 bulan tidak akan cukup," jawab Ming Hai.
"Ahhh ...! Ternyata begitu ketatnya jadwal kalian."
"Bagaimana jika Yun Bei saja yang mewakili kalian?" sela Lan Mei, netra tak jauh-jauh dari Jia Hou bahkan tak lupa Lan Mei mengeluarkan senyum secantik mungkin. Menjadikan Yun Bei diam-diam menahan tawa berkat Jia Hou yang tak menggubris senjata andalan aktris tersebut sedikit pun.
"Yun Bei adalah asisten terdekatku. Hanya dia yang paham betul apa yang kusukai dan tidak sukai, tanpanya ... aku tidak akan merasa nyaman," ungkap Jia Hou, menoleh pada Yun Bei. "Karena itu, dia tidak boleh pergi tanpa diriku," tambahnya, menghentikan seketika sesi tawa tertahankan Yun Bei, terganti dengan mengatup rapat bibirnya.
Apa kau sedang mengancamku?
"Baiklah! Kurasa waktunya kami untuk bekerja." Jia Hou mendapati para timnya yang masuk dengan membawa banyaknya peralatan serta keperluan lainnya yang akan dibutuhkan selama proses mendekorasi atau mendesain.
Jia Hou bukan hanya menolak ajakan, melainkan juga mengusir. Tentu, hal itu menjadi suatu kepuasan tersendiri bagi Yun Bei yang mulai tersenyum, menahan sekuatnya senyum menang yang dirasakan hingga Tuan Yan dan Lan Mei pergi, tertawa puas setelahnya dalam ruangan besar yang menggemakan suaranya itu.
"Sesenang itukah dirimu?" tanya Ming Hai yang juga ikut terkekeh.
"Hmm, sangat senang. Lihatlah wajah mereka tadi, siapa yang tidak akan tertawa jika melihatnya? Apalagi mereka orang yang menyebalkan."
"Berterimakasihlah pada Jia Hou, jika bukan karena bantuannya, kau pasti tidak akan lepas dan sudah ikut pesta makan malam bersama mereka."
"Terima kasih, Direktur Feng," ujar cepat Yun Bei, senyuman terus saja mengembang.
"Jangan senang dulu dan berhati-hatilah. Usahakan untuk menjauh dari mereka."
"Baik! Aku mengerti!" jawab Yun Bei penuh semangat.
Setelahnya kesibukan akan pekerjaan dimulai. Tak lagi terlihat main-main, terutama Jia Hou dengan raut wajah begitu serius menjelaskan dan mengarahkan timnya. Sedangkan di luar gedung, tampak proses perekaman sedang dimulai dengan Lan Mei yang menjadi sorotan kamera dan juga banyak pasang mata. Tidak bisa dipungkiri, Lan Mei memang aktris yang handal. Sayang, dirinya tidak memiliki sikap yang bisa diajak berteman baik dengan Yun Bei.
Sejak itu pula, baik Yun Bei atau Jia Hou akan jarang berada di toko atau kantor mereka. Kecuali, karena keadaan mendadak yang mengharuskan mereka hadir, itu pun tidaklah lama. Sementara Ming Hai telah dipercaya untuk mengurus masalah pemesanan, ketersediaan bahan-bahan serta tanaman atau bunga yang diperlukan baik dalam proyek maupun toko atau hal lainnya yang tidak akan mengganggu bisnis mereka secara keseluruhan. Tanpa terasa, hari demi hari berlalu hingga 2 bulan lamanya.
"Selamat datang, ada yang bisa dibantu?"
"Aku datang bukan untuk membeli bunga, tapi ingin bertemu dengan Yun Bei, Asisten Direktur Feng," jawab Xu Wei.
"Yun Bei sedang tidak berada di kantor sekarang. Ada proyek yang harus dikerjakan, jika ada pesan yang ingin disampaikan, silahkan katakan padaku. Pasti akan kusampaikan selengkap mungkin."
"Rupanya begitu ... baiklah, tidak apa-apa. Aku akan datang lain waktu saja."
Melangkah pergi, saat itulah sosok wanita tak asing dengan aura kuat masuk ke dalam toko, menghentikan langkah Xu Wei. Bukan karena menghalangi jalan, melainkan wanita yang tak lain adalah Feng Mei Lin, ibu dari Jia Hou yang menghentikan Xu Wei.
"Kau ... Xu Wei, putri dari Pimpinan Xu Chang Xue, bukan?"
"Benar, itu aku. Kalau boleh tahu ... kau ...?"
"Aku Feng Mei Lin, ibunya Jia Hou."
"Ahhh ... Bibi Feng, apa kabar? Senang bertemu denganmu," sapa Xu Wei dengan ramahnya, menyunggingkan senyuman tentu sudah menjadi keharusan, bukan?
"Kenapa kau kemari? Ingin bertemu dengan Jia Hou?"
"Tidak, aku ingin bertemu dengan asisten Jia Hou, Yun Bei, tapi ... tampaknya mereka sedang tidak ada di sini, sibuk dengan pekerjaan di luar."
Mendengar hal itu, Feng Mei Lin segera meminta kertas dan pulpen pada penjaga kasir. Tampak fokus menulis yang kemudian menyerahkan kertas tersebut pada Xu Wei.
"Itu alamat Jia Hou sekarang bekerja, ada proyek yang ditanganinya. Pergilah ke sana jika kau ingin bertemu karena dia akan jarang kemari dalam waktu dekat ini."
"Terima kasih, Bibi Feng. Kalau begitu, aku permisi dulu," pamit Xu Wei.
Feng Mei Lin sama sekali tidak bisa melepaskan pandangannya dari Xu Wei, tampak senang dan merasa puas sebelum dirinya menuju ke lantai dua. Jelas alasannya apa, bukan? Calon menantu yang diharapkan. Jadi, bagaimana bisa dirinya tak senang?
Sementara Xu Wei yang telah berada di luar, masih saja memandang ke dalam toko, lebih tepatnya memerhatikan Feng Mei Lin yang kemudian melihat kertas yang diberikan tadi padanya.
"Xu Wei!" panggil seseorang yang sontak mengembalikan kesadarannya, mendapati Ren Cheng yang mendekat. "Kenapa kau bengong di sini?"
"Tadi aku ingin mengajak Yun Bei makan siang, tapi dia sedang tidak di sini, sibuk dengan Jia Hou di luar. Sebagai gantinya, aku bertemu dengan seseorang." Xu Wei menarik Ren Cheng menjauh dari toko beberapa langkah.
"Siapa yang kau temui? Terlihat begitu serius. Jika tidak penting, aku harus kembali ke hotel karena tidak bisa menemui Yun Bei sekarang."
"Feng Mei Lin, ibunya Jia Hou. Dia terlihat sangat cantik diusianya kini, juga terlihat sangat modern dan modis dalam balutan pakaian mewahnya."
Raut wajah Ren Cheng serta merta berubah, kentara sekali tak suka dengan nama yang baru keluar dari mulut Xu Wei tadi. Bahkan seakan-akan Ren Cheng telah masuk dalam dunianya sendiri dengan pandangan kosong. Sedangkan Xu Wei yang tak sadar akan keterdiaman temannya itu masih saja fokus membicarakan betapa cantiknya Feng Mei Lin yang samar-samar tertangkap indra pendengaran Ren Cheng.
"Ren Cheng ...! Ren Cheng?!" Mengibas-ngibas sebelah tangannya di hadapan Ren Cheng, serta merta pria itu tersadar. Mungkin, akan lebih tepat jika dikatakan kesadarannya kembali bukan karena Xu Wei, melainkan karena sosok yang kini keluar dari toko Nightshade Florist, Feng Mei Lin.
Ketidaksukaan jelas terpampang dari pandangan tajam wanita itu pada Ren Cheng, sebelum akhirnya masuk ke dalam kursi penumpang yang dibukakan si supir dan mobil pun melesat pergi.
Kenapa harus bertemu dengannya? Sungguh sial dan menyebalkan!
"Ren Cheng ... kau kenapa?"
"Tidak, tidak apa-apa. Ayo pergi dan makan siang bersama."
Kenapa aku merasa Ren Cheng dan Bibi Feng saling mengenal? Bukan hanya kenal kurasa, melainkan ada kebencian dari pandangan mereka tadi. Ren Cheng ... tepatnya apa hubunganmu dengan Jia Hou?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro