Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 24

Kini, langit cerah terambil alih oleh kegelapan pekat. Satu demi satu lampu pengganti cahaya yang telah menenggelamkan diri dinyalakan, menerangi seluruh kota yang sibuk dengan urusan masing-masing.

Tak terkecuali Yun Bei, satu-satunya yang masih ada dan sibuk dengan kerjaan. Memang tak perlu dipertanyakan lagi, bukan? Sikap gadis ini dalam menyikapi pekerjaan. Karena sejatinya sikap seperti itu akan sulit dihilangkan, apalagi jika sekarang dirinya pun memiliki atasan yang bahkan bersikap lebih parah lagi darinya. Jia Hou si pekerja keras yang ruangan kerjanya pun masih menyala terang. Lembur, bagaikan suatu keharusan yang tak boleh terlewatkan.

Tok! Tok!

Masuk setelah mendapat respon, Yun Bei mendapati betapa sibuknya Jia Hou dengan beberapa dokumen masih menumpuk.

"Direktur Feng, sudah larut malam ... kau tidak kembali?"

"Ada beberapa hal yang harus kuselesaikan segera, kau tidak perlu menungguku."

"Kau pasti belum makan malam, aku akan menyiapkannya untukmu, bagaimana?"

"Tidak perlu, kau kembalilah dan tidak perlu mengurusku," ujar cepat Jia Hou, netra tak bisa lepas dari pekerjaannya.

Ingin rasanya Yun Bei mengambil dan menyingkirkan semua dokumen, tapi diurungkannya. Lagian siapa dirinya? Hingga berani melakukan hal seperti itu. Selain hanya mengetahui betapa melelahkannya hari-hari pria ini, apa memangnya yang Yun Bei pahami?

"Baiklah, aku kembali dulu. Ingatlah untuk tidak terlalu lama bekerja, pulang dan istirahatlah. Juga! Jangan lupa makan, jangan biarkan dirimu sendiri sakit dan jangan memikirkan apa pun," beritahu Yun Bei, terasa seperti sedang menasihati seseorang yang penting. Sontak, Jia Hou pun mengalihkan pandangan padanya. Entah karena merasa tersentuh akan kepedulian Yun Bei, atau karena semata gadis ini berisik saja.

"Sampai jumpa besok," tambah Yun Bei, melangkah pergi dengan cepatnya. Mungkinkah malu? Atau malah Yun Bei takut dirinya akan kena semprot oleh kata-kata kasar?

Apa pun itu, Jia Hou melepaskan dokumen dengan terus saja melihat ke arah pintu Yun Bei keluar tadi. Namun, pandangan penuh pikirannya itu kini beralih pada bunga bittersweet. Seolah mencari jawaban dari pikirannya.

Sementara Yun Bei, setelah memastikan bahwa semua lampu yang harus dipadamkan telah padam. Dirinya pun keluar, merasakan sentuhan lembut angin malam yang berembus sebelum akhirnya netra menangkap sosok yang dikenal.

"Ren Cheng! Kenapa kau di sini?"

Ren Cheng yang tampaknya hendak pergi, sontak menghentikan langkah. Berbalik, memandang Yun Bei yang mendekatinya.

"Kau baru mau pulang semalam ini?" tanya balik Ren Cheng.

"Hmm, ada banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan sebelum proyek baru lainnya tiba."

"Tampaknya kau sangat menyukai pekerjaanmu, dan tampaknya ... pertemuan klien kalian siang tadi berjalan baik."

"Bagaimana kau tahu kami menemui klien siang tadi?"

"Tidaklah sulit menebak hal itu," jawab Ren Cheng, tersenyum.

"Ohhh ... tapi apa yang kau lakukan di sini? Kau belum menjawab pertanyaanku."

"Sejak kau bekerja di Nightshade Florist, kita jarang bertemu dan mengobrol bersama. Jadi ... aku hanya lewat, bermaksud menguji keberuntunganku."

"Maaf, Ren Cheng. Itu karena aku harus mempelajari semua hal dari nol. Karena itu pula, waktu bebasku sangatlah sedikit."

"Baiklah, masuklah. Akan kuantar."

Tanpa ragu, Yun Bei tentu saja menerima ajakan, masuk ke dalam mobil dan menjadikan kesempatan ini untuk bersama teman yang sudah lama tak bertemu. Meskipun memang, terlihat seperti Yun Bei memanfaatkan Ren Cheng untuk mengantarnya pulang, tapi percayalah itu bukan hal utama Yun Bei menyetujui ajakan Ren Cheng.

Tanpa Yun Bei ketahui, Ren Cheng pun begitu. Bahwa Jia Hou dalam toko memerhatikan hingga keduanya melesat pergi, mobil bergabung dalam keramaian. Alhasil, Jia Hou pun berbalik dan kembali masuk, naik ke lantai dua dengan kunci mobil pada tangan kanan dimasukkan ke dalam saku celananya.

"Ren Cheng, apa mungkin kau ... mengenal Jia Hou?"

"Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?"

"Tadi siang ... kulihat kau dan Jia Hou tampaknya tidak dalam hubungan yang baik, apa telah terjadi sesuatu pada kalian sebelumnya?"

"Sebagai karyawan dan asistennya, harusnya kau sudah tahu mengenai hubungan bisnis tempat kerjanya dengan hotel keluarga kami. Jadi, sudah pasti aku tidak akan menyukainya," jawab Ren Cheng.

Itu benar, tidak heran jika Ren Cheng membenci Jia Hou, tapi ... ada apa dengan Jia Hou sampai begitu membenci Zhilian Hotel? Tepatnya, hal apa yang tidak kuketahui tentang mereka?

"Kapan-kapan mari kita makan siang bersama, aku akan menjemputmu di tempat kerja."

Tak ada jawaban, Ren Cheng sontak melirik ke samping. Mendapati Yun Bei yang termenung, melihat lengannya yang terluka kemudian. Serta merta, Ren Cheng membuka laci mobil, mengambil sesuatu dan menyodorkan pada Yun Bei.

"Ambillah ... obati lukamu. Tidak baik seorang wanita memiliki luka di daerah yang terlihat begitu."

"Ohh! Salep ini sama seperti yang Jia Hou berikan siang tadi. Kurasa kalian menyukai produk yang sama dalam hal obat." Yun Bei mengambil, mengoles ke lengannya kemudian.

"Salep itu digunakan ayahku dari sejak kecil padaku. Kurasa ... ayah Jia Hou juga menggunakan salep itu padanya."

"Dari mana kau bisa yakin itu ayahnya? Bagaimana jika ibunya?" tanya Yun Bei yang baru saja selesai mengenakan salep, menaruh kembali ke dalam laci mobil.

"Entahlah, aku juga tidak tahu kenapa bisa seyakin itu," jawab Ren Cheng yang membuat perjalanan mereka setelahnya dipenuhi keterdiaman. Padahal biasanya Ren Cheng akan memiliki banyak topik, apalagi setelah mereka telah lama tak bertemu. Namun nyatanya, berbanding terbalik.

Apa mungkin karena pembicaraan terkait Jia Hou tadi masalahnya? Karena Yun Bei sempat menyaksikan Ren Cheng yang tersenyum getir saat menjawab pertanyaan terakhirnya. Mungkin itu pula yang membuat Yun Bei enggan berbicara banyak, pun tak ingin menyimpulkan dan memilih percaya barangkali Ren Cheng sedang dalam mood yang buruk.

Maka di sinilah kini Yun Bei berada, keluar dari mobil bersamaan dengan Ren Cheng. Saat itu pula, mobil hitam mendekati mereka. Yun Bei yang tahu siapa orang dalam mobil tersebut hanya tersenyum.

"Ge, kau pulang lebih awal malam ini."

"Hakim Li, senang bertemu denganmu. Aku Wang Ren Cheng, teman Yun Bei."

"Kurasa kita seumuran, tidak perlu memanggilku seperti itu. Juga, terima kasih sudah mau repot-repot mengantar adikku pulang."

"Aku sama sekali tidak merasa repot. Yun Bei adalah temanku dan kebetulan sudah lama tak bertemu. Jadi, gunakan kesempatan ini untuk mengobrol," ucap sopan Ren Cheng. "Baiklah, sudah malam. Aku tidak akan mengganggu waktu istirahat kalian, aku permisi dulu," pamit Ren Cheng.

Seperginya Ren Cheng, barulah Yun Bei dan Dao Yang masuk ke dalam pekarangan rumah. Sesekali Dao Yang akan menggoda adiknya itu. Tentu sanggahanlah yang didapat hingga suasana ruangan rumah kini dipenuhi akan suara candaan mereka, menandakan rumah sudah lengkap akan keberadaan setiap orang di dalamnya.

Akan tetapi, saat hari mulai berganti menandakan hari baru tiba dengan langit gelap perlahan terang. Namun, tampak tak secerah hari kemarin. Rintik-rintik hujan mulai membasahi tanah kering sebelum akhirnya berubah menjadi deras.

Pagi itu pula, Dao Yang mengantar Yun Bei ke tempat kerja, memberikan tumpangan payung hingga masuk ke dalam toko. Tampak sepi tanpa keberadaan siapa pun, tentunya karena faktor hujan yang menghambat aktivitas.

"Ge, minumlah kopi dahulu sebelum pergi." Yun Bei naik ke atas, tak mengindahkan pula akan jawaban kakaknya yang tampak enggan, meninggalkan seorang diri yang akhirnya tak punya pilihan selain mengagumi toko bunga ini.

Anak malang itu, tak disangka kini berhasil meraih keinginannya.

"Apa yang kau lakukan di sini, Dao Yang?"

Terdiam, tapi kenapa harus begitu? Dirinya pun bukan pencuri. Maka, Dao Yang tersenyum kemudian, netra masih mengedar ke sekitaran sebelum akhirnya mengalihkan pandangan ke arah suara.

"Lama tak berjumpa, Jia Hou."

"Kau masih sama seperti dulu, tidak berubah sama sekali."

"Sudah 10 tahun, apa aku benar masih sama?" tanya Dao Yang, terkekeh.

Jia Hou membawa Dao Yang ke sisi lain toko, duduk berhadapan. Sedangkan Yun Bei baru saja turun dengan membawa dua cangkir kopi, terpaku saat melihat kebersamaan Dao Yang dan Jia Hou. Dapat dirinya lihat pula, pandangan Jia Hou pada kakaknya berbeda, lebih tepatnya hangat. Bagaimana bisa? Sementara dirinya saja selama kerja di sini belum pernah melihat Jia Hou yang seperti itu.

Jangan bilang ... Jia Hou menyukai Dao Yang Ge?!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro